[33]

975 187 43
                                    

"Jimin, selamat pagi. Paman pun, selamat pagi."

Seperti manusia yang memiliki rahasia untuk memajukan suatu kalangan atau bahkan negara, begitu pula esensialnya Reiha bagi Yoongi. Semalam, meskipun habis melalui kenyataan-kenyataan berat, Yoongi kesulitan memejamkan mata dalam jangka lama. Padahal kalau diingat kembali, tidur menempati peringkat tiga teratas kegiatan kesukaan seorang Min Yoongi.

Dan Yoongi harap, setidaknya nanti atau setelah ini, ia dihadiahkan pembasuh penat di kepala-cukup soal kerjaan saja, yang lain tidak usah ikut-ikutan.

"Pagi," sapa Yoongi terlebih dahulu sebelum membidik lensa alamiah gadis Park. "Reiha, bisa kita bicara?"

"Hm, oke ... tapi bukannya kita memang sedang bicara, Paman?"

Astaga, gadis ini! Nyaris saja Yoongi berdecak.

"Bukan itu," ralat Yoongi, ia menggeleng. "Ada hal penting lain yang mesti kutahu darimu."

Barangkali Yoongi memang tipikal pemilik raut serta aura keseriusan tiada mati, tetapi kali ini kadarnya kian bertambah. Jadi, tidak punya celah untuk menolak. Sebab, ya, walau ditolak pun, ia bakal mendesak. Bagaimana pun caranya, mengingat Yoongi terkadang menjadi diktator. Tidak berselang kemudian, kepala Reiha naik turun.

"Jimin tidak diajak bicara juga, Ayah?"

Menurunkan atensi, Yoongi mengaku nyaris lupa masih ada Jimin di sana bersama wajah terbilang bulat habis dimakan ketembaman pipi kemerahannya, mata berkilau, dan bibir nampak semanis permen. Begitulah Jimin, di mata siapa pun. "Tidak. Jimin masuk saja, ya?" Yoongi upayakan intonasinya terdengar lembut, tetapi masih mengandung sebuah perintah. Kalau keras, takutnya Jimin jadi sensitif. Lantas, semacam dukungan atas kebetulan, pasukan yang terdiri dari empat bocah menyeruak tampilkan presensi sembari menyambut Jimin. Maka, tanpa Yoongi ajukan perintah di kali kedua, Jimin telah melenggang bersama langkah yang ringan. Bergabung bersama aliansi kecilnya yang riang-gembira seolah sudah lama tidak tatap muka.

Atas pemandangan hangat tersebut, senyum simpul serta-merta tersemat di labium Yoongi.

"Jadi, apa yang Paman ingin bicarakan?"

Yoongi lantas menyeret maniknya sampai bertumpu lurus di galaksi Reiha. Oke, inilah saat intinya.[]

double apdet aja deeeh

sérendipitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang