[05]

2.1K 394 26
                                    

Sebenarnya, kedai es krim ini adalah kesukaan Jimin dan Ibunya, karena Min Yoongi bukan tipikal penyuka makanan manis. Di hadapan Yoongi tersedia mangkuk ukuran sedang berisi lima varian rasa yang mulai meleleh lantaran tak tersentuh lagi oleh si empunya. Wajar, si kecil Jimin lekas tertidur, padahal baru menyuap beberapa sendok.

Lain halnya duo Min, di seberang, Park Reiha mengemut penuh suka cita sendok es krimnya. Sesekali ia tersenyum semringah, memuja betapa menakjubkannya olahan tangan manusia ini. Dan Reiha rasa, ia perlu bersujud kepada penemu pertamanya.

"Jadi, kau pengurus Aurora?" Yoongi membuka suara setelah menampung informasi, bahwa gadis Park itu sudah menemani sang putra menungguinya.

Reiha membenarkan, "Iya. Baru seminggu yang lalu."

"Lalu, nenekmu, siapa yang menjaga? Aurora hanya menampung anak-anak, bukan?" tanya Yoongi yang mendadak teringat Reiha memiliki tanggungan lain.

"Nenek sudah diurus oleh keluarganya. Walaupun aku kurang rela, takut mereka kembali jahat dan menelantarkan Nenek. Tapi aku bisa apa, mereka keluarganya," kecewa Reiha kemudian menghela pasrah. Dia merotasi mata ke langit-langit kedai yang unik. "Kuharap penyesalan mereka bukan bohong belaka. Karena harusnya mereka merasa beruntung masih memiliki keluarga, memiliki orang tua. Ada yang memberikan kehangatan dan tempat pulang. Harusnya mereka menghargai. Jangan sampai seperti aku, yang bebas melanglang buana tanpa tujuan."

"Orang tuamu?"

"Tidak tahu. Aku dari panti," tukas Reiha kemudian tersenyum kecut tatkala menyergahi atensi Yoongi. "Aku akan lebih senang, jika Paman tidak menatapiku seperti itu."

Yoongi berdeham. Mencetus permintaan maaaf akan membuat lidahnya kelu. Lantas ia mengubah pembicaraan. "Kau tinggal di mana?"

Agaknya Reiha juga tidak berlarut memusingkannya. "Waktu itu di flat—yang mungkin Paman tidak tahu lokasinya. Tapi sekarang, aku tinggal di asrama Aurora. Baik sekali, ya, mereka. Aku senang bisa bergabung. Jadi, aku tidak hilang arah." Kekehan Reiha mengalun seperti riak air. "Ah, iya. Kenapa Paman menitipkan Jimin di Aurora? Apa istri Paman juga sibuk? Wanita karir?"

Sering mendapatkan pertanyaan serupa, tetapi Min Yoongi belum terbiasa juga. Ia kuat, tentu saja. Akan tetapi, apa ia mesti biasa saja jika disinggungi, atau mungkin tertawa? Tentu hanya orang gila.

Helaan berat Yoongi mengakibatkan suara serak. "Istriku meninggal setelah melahirkan Jimin."

Spontan Reiha kelabakan. Ia menutup mulut kemudian menunduk-nunduk. "Aduh, maaf, Paman. Aku tidak bermaksud."

"Tak apa." Tidak sepenuhnya bohong, ya. Secara fisik, Yoongi oke. Secara psikis, Yoongi kurang.

Senyap sejenak.

"Sebentar. Sepertinya aku punya ide," celetuk Reiha sekonyong-konyong. Yoongi sigap menengok Jimin di pangkuannya, masih tidur. Syukurlah. "Begini. Paman, 'kan, CEO MalphaIN Group yang artinya sudah sangat-sangat kelewat sibuk. Bagaimana jika urusan Jimin biar aku yang menjaganya? Paman hanya tinggal mengantarkannya ke Aurora kemudian fokus pada pekerjaan. Lalu, ketika sudah tuntas, Paman bisa menjemput Jimin kembali. Atau bila perlu, aku yang mengantar Jimin pulang ke rumah Paman, dan aku akan pergi saat Paman sudah kembali," jelas Reiha panjang lebar tanpa menghilangkan antusiasmenya. "Sangat mudah, bukan? Tenang, Paman. Aku tidak menuntut gaji. Yang kulakukan ini hitung-hitung membalas budi."

Yoongi tidak menjawab. Belum. Ia masih menelisik penuturan Reiha yang terdengar begitu tulus di telinganya. Iris Yoongi seolah hendak menguak isi di bola mata Reiha. "Apa kau ... bisa dipercaya?"

"Percaya atau tidak, sejujurnya itu pilihan Paman. Tapi aku mau memberikan pembelaan." Reiha menempatkan sebelah tangannya di dada kiri. "Jika aku tidak bisa dipercaya, mungkin aku hanya lewat saja tanpa menolong Nenek yang tergeletak di dekat pembuangan sampah."

Park Reiha. Si enigma yang pandai sekali berbicara.

"Tunggu. Apa perlu kubuat CV?"

Bahkan membingungkan seorang Min Yoongi. []

saya tuh bingung, mau lanjut atau ngga :<

sérendipitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang