Perlu pengorbanan dari teguran fisik untuk membuat Reiha berbaring tenang di ranjang. Sebelumnya, ia memaksakan diri menyambut Yoongi dan Jimin selayaknya tetek bengek melayani tamu yang baik dan benar. Yoongi sudah wanti-wanti supaya gadis Park tersebut istirahat saja, tak perlu repot-repot karena Yoongi hanya penuhi keingintahuan serta kerinduan Jimin, bukannya minta diperlakukan semacam raja. Namun, Reiha yang tengah di fase lumayan sekarat itu membengal, alhasil dia malah terjerembab hingga hasilkan satu telur ukuran minimalis di sisi dahinya.
Sudah Yoongi bantu kompres pakai air hangat tadi, makanya diameter telur tersebut perlahan menciut. Apalagi ada Jimin yang senantiasa menawarkan bantuan supaya dahi Reiha kembali sediakala. Tidak banyak tentangan, Yoongi lekas mengalihkan kompresan kepada Jimin tanpa uraikan bagaimana mengaplikasikan mengingat ia bahkan pernah dirawat oleh Jimin tatkala virus yang sama menyerang.
Di mata sempit Yoongi merefleksikan gambaran bagaimana Jimin senantiasa menjaga kualitas retorikanya kepada Reiha yang kendati dijejali gurat lesu dan letih, tetap meladeni Jimin sebagaimana saat mereka habisi waktu bersama. Atas fenomena tersebut, Yoongi menghela pelan. Ternyata mereka memang telah sedekat itu.
"Reiha, apa kau sudah makan?"
Pertanyaan yang dilayangkan Yoongi menyeret atensi sendu Reiha menghadap presensinya. Gadis Park buka mulut guna menjawab, "Sebentar lagi." Kemudian ia menimpal tatkala Yoongi menurunkan kelopak mata, "Jam makan pagi Aurora di mulai pada pukul delapan." Lalu menambah kembali sewaktu alis Yoongi berbentuk tak bersahabat, "Tapi tadi aku sudah makan roti tawar."
Yoongi lantas berdecak samar, merasa kurang senang mendengar keteledoran ini dari orang yang kerap mewanti ia dan Jimin menjaga pola makan supaya hidup sehat. Namun, Yoongi sadar, tidak ada yang bisa disalahkan. Aurora punya aturan, sementara Reiha setidaknya masih jejalkan sesuatu untuk lambungnya biarpun belum penuhi standar.
"Ayah, Rei-ssaem sedang sakit. Jadi, jangan dimarahi," celetuk Jimin menegur sambil menggoyangkan telunjuk tembamnya.
Masih menekuk alis, Yoongi menyanggah, "Ayah tidak marah, Jimin."
"Itu mata Ayah." Telunjuk yang tadinya mengarah langit lantas bertransisi mengacung ke Yoongi. Ketimbang menantang amarah, malah terlihat menggemaskan. "Sama saat Ayah memarahi Jimin, karena Jimin memanjat pohon apel Paman Hoseok tinggi-tinggi, tapi Jimin tidak bisa turun."
Kesengitan yang melekat di wajah Yoongi impulsif melunak. Terlepas memang begitulah Yoongi, Jimin menangkapnya dengan sangat baik. Ia tidak bisa mengelak, dan enggan lagi memperpanjang. Oleh sebab itu, usai melepas helaan payah, Yoongi bangkit dari duduk. "Ada bahan apa saja di lemari pendinginmu, Rei?" Yoongi bertanya seraya luncuti jas abu-abu. Meletakkannya di punggung kursi kemudian berderap ke dapur minimalis Reiha.
Atensi Reiha mengintip pergerakan Yoongi, dan ia langsung paham maksud pertanyaan itu. "Paman, tak perlu rep—"
"Ada apa saja?" Yoongi tahu ia ingin dihentikan, maka itulah ia yang memutuskan. Dengan nada yang sengaja ditanamkan kemutlakan, meskipun Yoongi tengah pampangkan muka masa bodoh. Ia tak akan beri Reiha celah untuk bicara selain menjawab sesuai keinginan. Begitulah Yoongi tatkala enggan menerima penolakan.
Setelah berulang kali buka dan katup mulut bersama wajah pasrah, akhirnya Reiha menjawab, "Tiga hari lalu, aku belanja. Jadi, kupikir bahannya masih lengkap."
Seulas senyum samar tersemat di bibir, menandakan jika Yoongi puas terhadap apa yang ia dengar. Sembari menyingsing lengan kemeja putih hingga atas siku, Yoongi segera mengecek bahan-bahan yang berpotensi menghasilkan hidangan untuk mengganjal serta meningkatkan energi orang sakit.
Selain bunyi hasil kegiatan, suara antusiasme Jimin yang enggan redam adalah penemani Yoongi selama memasak. Jika tadinya ia hanya duduk, kini anak itu turut bergelung di samping Reiha dengan kedua tangan menggelantung di udara, seperti sedang membuat pola abstrak. Reiha tidak mengizinkan Jimin begitu menempel, sebenarnya. Sudah diperingatkan, tetapi atas nama rindu dan persetan, Jimin apatis.
Untuk satu itu, Yoongi tidak sanggup berbuat banyak. Ia enggan melihat Jimin menangis lagi seperti kemarin malam, dan ia berharap semoga malaikat kecilnya diberi daya tahan tubuh yang melimpah.
Setelah melewati prosedur demi prosedur, akhirnya masakan tersebut siap untuk santap. Nampak sederhana sekaligus cantik bila dipandang. Lalu menyoal rasa, Yoongi berani disentil lidahnya, jika ciptaannya itu tidak enak. Bersama kedua tangan dipenuhi mangkuk—entah Reiha tidak punya nampan atau hanya luput dari matanya saja—Yoongi melenggang dekati meja pendek persegi di sekitar ranjang Reiha, arkian meletakkan dua bawaan di atasnya.
"Reiha, sudah siap. Ayo makan," instruksi Yoongi pergi ke sisi Reiha lalu bertanya, apa gadis itu bisa berdiri sendiri. Jika tidak, Yoongi dapat mengerahkan tenaganya sedikit lagi. Hanya semerta-merta menghindari pertambahan lebam di kening gadis Park itu.
Min Yoongi yang biasanya anti sekali menghadapi situasi merepotkan dan melelahkan menurutnya, malah sedang melakukan hal tersebut dengan sukarela sekarang.
"Untuk semua di hari ini, terima kasih banyak, Paman," ucap Reiha ketika ia telah duduk di hadapan masakan-masakan Yoongi. Sedikit mendongak guna rangkum profil lelaki Min, ia menambah, "Sekarang, tolong berangkatlah ke kantor, tidak boleh telat lama-lama meski itu punya sendiri." Atensi Reiha turun, persis menatap Jimin di sampingnya. "Jimin juga. Pergi ke Aurora, ya? Kan katanya sudah janji bakal menari di depan teman-teman bersama Dino, Taehyun, Ryuwon, dan Jaerim." Lantas, Reiha menengadah kembali pada Yoongi. "Aku sudah tak apa, dan aku janji akan habiskan makanannya. Jadi, kalian tidak perlu terlalu lama menahan diri di sini."
Berbeda dengan Jimin yang nampak hendak meledak lantaran teringat akan janji sakral bersama sahabat bocahnya, Yoongi justru bisu dalam sedekap. "Ya, aku akan pergi." Mungkin Reiha memang mengusirnya secara pelan, meski itu untuk kebaikan Yoongi dan Jimin sendiri. Bibir Yoongi menipis seiring keteduhan yang hadir di tatapan. "Tapi setelah aku melihat kau menghabiskan makananmu dan beristirahat."
Akan tetapi, sesuatu yang kuat dalam diri Yoongi membikin ia harus tinggal lebih lama.[]
hai, cie nunggu lama nie eaaa.
Wkwk ada untungnya nunda nulis ini, soalnya tetiba dapet ilham buat nistain para makhluk ga peka ini biar ada improvisasi dalam hubungannya :D
KAMU SEDANG MEMBACA
sérendipité
Fanfiction[COMPLETED] [Side story of Marriage Contract With Jung Hoseok] Tanpa Min Yoongi minta, takdir menawarkan gadis muda bernama Park Reiha untuk menjadi penyangga dalam kehidupannya yang timpang. Start: 15 Januari 2019 Finish: 07 Desember 2019 ©suyomini...