[34]

991 208 50
                                    

Dengan semburat-semburat hangat ciptaan pias cahaya dan cat dinding kamar, rasanya Yoongi ingin tergelak-gelak bilaperlu sampai terjungkal di kasur Jimin yang tengah ia tiduri. Bukan karena perihal komedi mengocok perut, hanya saja ini menyoal kecemasan yang mendadak mendera tatkala menerima laporan berupa pesan dari Park Reiha.

Hari ini pertemuan—ah, tidak—kencan ketiganya dengan Kim Jihoon.

Padahal setelah melalui proses pembicaraan penting dengan Reiha tempo lalu, Yoongi dapat menjalani hari-hari dengan nyaman. Seakan-akan beban itu perlahan meninggalkan tengkuk Yoongi. Hirupan napas bebas, selepas mulutnya lancarkan sarkasme pada ibunya. Berkat Reiha yang bilang, bahwa tidak terrekognisi ada yang menyeleweng dari Jihoon, Yoongi jadi tenang. Namun, berkat Reiha yang beritahu, jika memilki jadwal habiskan waktu bersama Jihoon pula, Yoongi mendadak serba salah.

Aneh. Aneh sekali. Bahkan saking anehnya, Yoongi kerapkali bermonolong, ada dendam apa keturunan bermarga Park terhadapnya?

Park mantan, Park istri, dan Park yang satu ini.

Benar-benar memprovokasi Yoongi menerjang-terjang udara sambil menggelepar layaknya ikan di darat, jika tak ingat Jimin yang tepat di sampingnya baru terlelap. Kelelahan bermain dengan trio Jung, seperti biasanya. Jadi, yang Yoongi lakukan hanya berbaring sambil bermonolog, "Tenanglah, tenanglah, tenanglah." dalam hati.

Ah, apakah ini karma lain untuknya lantaran sembarangan kacaukan jalur hidup seseorang? Kalau iya, tolong izinkan Yoongi bersujud mohon ampun, meski ia tipikal orang yang sulit mengucap maaf, apalagi dibarengi gaya yang menurutnya berlebihan. Sangat tidak Min Yoongi.

Getaran berpusat di perut kontan menginterupsi, membikin Yoongi impulsif mengangkatnya tepat di depan wajah. Di layar sana terpampang, bahwa ada pesan masuk dari orang yang Yoongi percayai sebagai mediasi karma entah apa yang tengah ia terima. Jempol lihai Yoongi lekas membuka kolom pemberitahuan tersebut agar ia lebih leluasa membaca. Namun, belum genap tiga puluh detik, Yoongi sekonyong-konyong beranjak dengan ekspresi yang seolah hendak menelan apa saja yang terlihat.

Jempol Yoongi lagi-lagi pamer aksi di atas radas kecanggihan sebelum ia taruh di depan telinga. "Jimin," ujar Yoongi tatkala panggilan yang ia buat tersambung.

"Iy—"

"Kau sedang di kantor?" Yoongi memotong.

"Tidak. Ken—"

"Segera datang ke rumah, dan jaga Jimin untukku. Cepat!"

Karena Yoongi tidak punya banyak waktu.[]

testie, testie ... chap ini sama yang kaya kemaren, UDAH PENDEK, GANTUNG PULA!
Sebenernya mau apdet dabel, tapi part 35 belum selese-selese ditulis 🙏😭👌

Oh iya, yang baca ff ini itu pembaca kawin kontrak sama hoshiki bukan? Kalau iya, entar ada sesuatu yang ... wkwk nantikan aja eap 👌

Sabtu, 09 November 2019.

sérendipitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang