[39]

1.4K 207 117
                                    

Ini adalah kali kedua Yoongi dapat menyaksikan refleksinya yang sedemikian rupawan dengan balutan tuksedo sewarna tinta gulita. Semacam film yang diputar ulang, tetapi dengan jalan cerita dan pemain yang berbeda. Yoongi harap, dia mendapatkan penuntasan yang jauh lebih baik. Jika tidak bisa selamanya, maka setidaknya beri jangka sampai ia mampu menyaksikan Min Jimin memiliki seseorang yang akan memanggilnya ayah.

Bersama Park Reiha, gadis yang kini terangkum sedemikian dalam melalui bening mata, Yoongi akan mewujudkan hal tersebut.

Sebetulnya niat tersebut nyaris tergugat di hari yang sama saat Yoongi pendarkan ajakan menikah. Sebab, sebelum mempersilakan Yoongi mengantongi jawaban 'iya', Reiha terlebih dahulu mengungkap sebuah fakta berupa skenario yang tidak Yoongi ketahui sedikitpun. Menyoal gadis Park itu dan Kim Jihoon, yang ternyata berlakon supaya Yoongi membuka mata sempitnya lebar-lebar.

Kejadian di motel hanyalah representasi persekongkolan dari Jihoon yang kepalang muak dengan aksi monopoli Yoongi terhadap hidup seseorang, dan Reiha yang menurutnya terlalu baik dengan mempersilakan orang lain memegang kendali atas benang merahnya.

Jadi, inti sari skenario tersebut hanyalah menyadarkan. Bukan untuk menghancurkan, begitupun dihancurkan. Nyatanya, Jihoon bukanlah seonggok bajingan. Rumor busuk yang dilekatkan pada namanya pun hanyalah bualan. Sempurna sekali, bahkan pemuda itu merelakan hidungnya terkena bogem mentah.

Barangkali memang sanggup membikin Yoongi merasa dipermainkan. Karma, lagi-lagi Yoongi mendapat karma. Namun, terkuaknya fakta tersebut tidak serta-merta mengurungkan niat Yoongi menggandeng gadis itu agar membantunya menghadapi dunia sekali lagi. Jika Yoongi telah kehilangan alasan bertanggung jawab atas ulah seenak jidatnya, maka dia memiliki Min Jimin sebagai alasan penguat lain. Lagi pula, harapan yang Reiha untai mulai terdengar menarik untuk Yoongi turut wujudkan.

Keluarga utuh yang hangat dan senantiasa terliput kebahagiaan. Sederhana dan klise sekali. Akan tetapi, tidak semua orang dapat merasakannya, bukan? Mungkin, Reiha juga merupakan jawaban dari harapan yang tertuju padanya.

"Apa ada yang aneh, Paman?" desis Reiha menggelitik rungu Yoongi.

"Tidak ada." Yoongi menutup mata sejemang kemudian menggeleng kecil. Kenyataan bahwa perempuan Park ini diselimuti keindahan gaun gading menjutai ke belakang yang penuh ornamen-ornamen di lingkar dada dan pinggang, rambut panjang ditata sedemikian rupa, serta polesan di wajah yang membikin sosoknya jelita. Bagaimana bisa Yoongi mengadakan, bahwa mahakarya di depannya ini adalah keanehan? Mustahil sekali. "Kau sempurna." Merangkai jeda, Yoongi mengulurkan tangan guna menyimpan tangan Reiha di genggaman. Agar dapat Yoongi tuntun menghadapi kesakralan yang akan mengikatnya dan gadis itu nantinya. "Dan terima kasih karena telah memberiku kesempatan untuk memilikinya."

Mari bangkit dan berbahagia.

t e r m i n e r ●

Minggu, 02 Desember 2019.

sérendipitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang