Prolog

2.8K 151 9
                                    

Langit sangat cerah siang ini. Tepat pukul 14.15 siang, bel pulang berbunyi nyaring di salah satu SMA swasta di kota Jakarta. Semua murid keluar kelas dengan semangat untuk menuju ke rumah masing-masing. Namun, hal itu tidak di lakukan oleh salah seorang gadis. Ia biasa saja. Tidak semangat, tidak juga tidak semangat. Flat.

Gadis itu bernama Bintang. Ia kini memakai tas di punggungnya dan berjalan keluar kelas yang sudah sepi. Koridor sekolah masih cukup ramai karena bel berbunyi beberapa menit yang lalu. Ia menuju gerbang sekolah untuk menunggu angkutan umum datang.

Bintang menuruni anak tangga. Sesekali membenarkan letak rambutnya yang terseok karena angin. Ia tak tahu, dari arah belakang ada seseorang yang berjalan mendekatinya.

"Bintang!" panggil seseorang itu.

Bintang berhenti melangkah di anak tangga terakhir. Ia menoleh ke belakang dan matanya menangkap sosok lelaki yang ia kenal bernama Langit. Langit berjalan mendekatinya, berdiri tepat di sampingnya.

Bintang mengenal Langit--teman satu kelas saat tingkat 10--sedangkan sekarang sudah tingkat 11. Langit tersenyum padanya, membuat ia terheran-heran melihat lelaki itu. Tumben banget, gumamnya dalam hati.

"Lo mau pulang?" tanya Langit.

Bintang menghembuskan napasnya dengan pelan. Menatap sekelilingnya kalau area sekolah memang cukup sepi. "Iya, duluan," jawabnya. Kemudian berjalan meninggalkan Langit di anak tangga terakhir.

Langit tak tinggal diam, ia mengejar Bintang. Ia ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu, tapi ia ragu untuk mengatakannya. Kenapa, sih, lidahnya kelu saat ingin mengajak gadis itu mengobrol?

Langit menyukai Bintang. Ah, bukan. Lebih tepatnya menyayangi Bintang karena sikap gadis itu. Bintang baik, semenjak ia kenal dengannya, ia ingin selalu dekat dengan gadis itu. Tapi, Bintang yang sekarang berbeda dengan Bintang yang dulu. Kini, Bintang lebih bertambah pendiam. Itu yang ia tahu selama terus-menerus memperhatikan gadis itu.

"Bintang, gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Bintang berhenti berjalan, ia menghela napasnya sebelum berbalik badan kembali. "Apa?" Terdengar nada keberatan di sana.

Langit menatap mata Bintang. Menerobos masuk ke dalamnya. "Gue mau terus sama lo, ada di deket lo, gue pengen jadi orang yang tau semua keluh-kesah lo, Bin," ucapnya dengan mantap. Entah hilang ke mana kekeluan lidahnya itu.

Bintang membuang wajahnya ke samping. "Gak jelas lo, Lang."

Langit berjalan selangkah lebih maju. Membuat jarak keduanya makin dekat. Ia tak memikirkan orang-orang yang akan melihatnya. Asal ia bisa berbicara dengan Bintang. Itu yang Langit pikirkan.

"Gue jelas, Bin, gue beneran." Ia memberi jeda, lalu melanjutkan, "Bintang, dengerin gue, gue suka sama lo. Gue gak minta lo buat jadi pacar gue. Tapi gue minta sama lo, ijinin gue buat terus ada di samping lo ya, Bin?"

Bintang mendongak, menatap netra coklat itu. Ia tak menyangka kalau Langit akan berbicara seperti itu padanya. Langit yang ia kenal bukan seperti ini. Langit berbeda dari yang lain. Ya ... Langit memang berbeda. Sejak satu tahun yang lalu, Langit memang berbeda dari yang lain. Langit akan melakukan sesuatu yang menurutnya tepat dan tidak berakibat buruk. Tapi, apa yang dilakukan laki-laki itu sekarang? Sungguh, di luar dugaan.

"Gue gak yakin lo bakal terus di samping gue kalo lo tau hidup gue yang sebenarnya," kata Bintang. Kemudian beranjak pergi dari sana. Ia tidak mau terus berhadapan dengan Langit, atau siapa pun.

Langit tahu ke mana arah perkataan Bintang tadi. Itu juga menjadi alasan kenapa ia ingin selalu dengan Bintang. Ada di hidup gadis itu. Dan Langit tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan selalu berusaha untuk  Bintang.

Langit dan Bintang memang masih berjarak. Tapi bukan berarti mereka tak akan bisa bersatu. Setidaknya Langit ada untuk bisa terus di dekat Bintang, dan ia ingin terus bersamanya.

...

Jangan lupa, vote-komen-share!

Aku mau revisi dikit-dikit, ya. Mungkin tanda bacanya, dan aku revisi biar lebih enak dibaca aja, nggak semuanya, cuma bagian yg aneh dan kurang jelas aku perjelas aja

Indramayu, 29 juli 2020

Bi(n)lang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang