Part 07

391 67 12
                                    

Setelah sampai di ruang musik. Bintang memasuki ruangan itu. Sementara Langit pergi ke kantin untuk membeli minum. Haus, katanya. Dan setelah itu Bintang tak tahu lagi akan ke mana Langit pergi. Biarkan saja. Tidak akan hilang juga kan?

Di dalam ruang musik sudah ada Kak Mella dan satu orang berseragam rapih yang berbeda dengan Bintang. Bintang berpikir kalau itu adalah pelatihnya juga--seperti yang dikatakan Pak Iwan beberapa hari yang lalu kalau akan ada pelatih yang menemani Kak Mella. Tapi, masa iya pelatihnya seumuran dengannya? Yang benar saja? Ini mah buka pelatih, tapi teman duet cocoknya.

Mella dan lelaki itu sedang berbicara. Sepertinya memang sudah saling mengenal dekat. Bintang mengucapkan salam. Membuat mereka berdua menoleh padanya.

Mella tersenyum melihat Bintang yang tengah berjalan ke arahnya. "Sini, Bintang. Akhirnya dateng juga."

Bintang tersenyum kecil. Mella dan lelaki itu berdiri. "Bintang. Kenalin, ini Cakra. Cakra ini Bintang."

Lelaki yang disebut Cakra itu mengulurkan tangannya dan disambut oleh Bintang. Mereka berjabat tangan sebentar. Diselipkan senyum manis oleh Cakra, namun senyum canggung oleh Bintang.

Ada gelenyar aneh saat bersalaman dengan Cakra. Sesuatu yang tidak membuat jantung Bintang berpacu lebih cepat. Namun, saat menatap matanya seakan ia sedang berkaca diri. Ada sesuatu kesamaan yang ia rasakan. Namun, entah itu apa.

"Oke. Jadi gini, Bin. Cakra itu temen duet kamu nanti pas perlombaan."

"Maksudnya?" tanya Bintang bingung. Sambil mereka duduk kembali, dan Bintang pun duduk di samping Mella.

"Pak Iwan dapet informasi lagi dari panitia lomba kalau tiap-tiap sekolah itu bakal ada teman duetnya. Dan satu orang teman duetnya itu ditentukan dari panitia. Pakai cara kocok pilih. Dan sekolah kita dapet duetnya sama sekolah CA (Cakra Angkasa). Dan ya si Cakra ini anak pemilik sekolahan SMA CA yang kebetulan ikut ekskul vokal dan yang wakilin sekolahnya sendiri," jelas Mella panjang lebar.

Bintang mengangguk mengerti. Dalam hati ia ingin sekali menggerutu sekarang juga. Nyanyi sendiri saja ia malu, apalagi duet? pikirnya.

"Jadi, saya nyanyi dua kali? Solo sama duet?"

Mella mengangguk. Cakra masih setia menyimak dalam diam. "Iya. Kalo masalah duet, kalian berdua aja yang pilih lagunya."

Bintang mengangguk. "Kamu--eh lo. Lo udah milih lagunya?"

"Belum. Nanti cari bareng-bareng aja."

"Oke."

"Jadi, hari ini mau nyanyi solo dulu buat Bintang atau mau duet? Tapi karena Cakra udah ke sini, duet aja dulu gak papa kan, Bin?" tanya Mella.

Bintang mengangguk lagi. Entah sudah berapa kali ia mengangguk hari ini. Semoga saja lehernya tak patah.

"Cakra, kamu obrolin dulu aja sama Bintang. Saya mau ke belakang sebentar. Bin, tinggal dulu ya."

Mella pergi setelah itu. Menyisakan Bintang dan Cakra yang terserang virus diam-diam ingin berbicara tapi canggung.

Cakra berdehem pelan. "Oke, nggak usah canggung gitu. Santai aja. Anggep kayak temen sendiri," katanya.

Bintang hanya mengangguk dengan muka datarnya. Kan sudah dibilang, ia susah jika sedang bersama orang yang baru dikenalnya.

Buset, datar banget. batin Cakra.

"Lo punya saran lagu apa yang cocok buat kita nyanyiin nanti?" Cakra memulai pembicarannya dengan serius.

"Lo pasti ahli gitar kan?"

Bi(n)lang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang