Hampir saja Bintang lupa akan tugasnya. Gadis itu sudah berjalan untuk pulang ke rumah. Berjalan di koridor yang masih ramai. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ada pesan masuk dari Kak Mella--pelatihnya--untuk datang ke ruang musik. Jika saja Kak Mella tidak memberinya pesan, sudah dipastikan ia tidak akan ingat kalau hari ini adalah jadwalnya latihan menyanyi untuk lomba nanti.
Masih ada kurang lebih dua minggu menuju hari lomba itu tiba. Bintang bahkan kadang latihan di kostnya sendirian. Ia juga latihan bersama Cakra di ruang musik sekolahnya. Cakra selalu datang ke sekolahnya sesuai jadwal yang sudah disetujui oleh Bintang dan Cakra.
Bintang kemudian memasukkan ponselnya kembali ke saku roknya. Ia melangkah menuju ruang musik. Saat sudah di depan pintu, ponselnya berdering lama. Dan Bintang langsung mengambilnya.
Nama Langit tertera di layar ponsel. Pemuda itu menelponnya. Bintang langsung mengangkat panggilan dari Langit. Panggilan telepon itu langsung tersambung.
"Halo, Bin. Lo di mana? Gue tadi ke kelas lo, tapi lo nya udah nggak ada."
Bintang menatap ke sekitarnya. Ruang musik yang berada di bagian pojok ini sepi. Tidak ada yang berlalu lalang di kawasan ini. Bukan tidak ada, hanya saja jarang. Paling hanya beberapa saja yang lewat.
"Gue hari ini latihan," sahut Bintang pendek.
Bintang sedikit melupakan kejadian di taman belakang tadi siang. Di mana Langit dengam gamblangnya mengatakan suka dan sayang padanya. Apalagi saat Langit bertanya apakah dirinya sudah memiliki perasaan pada pemuda itu atau belum, Bintang membuang pertanyaan itu jauh-jauh dari otaknya. Namun tetap saja sulit. Pertanyaan itu berputar terus menerus. Dan jawaban yang ia temukan akan tetap sama. Tidak tahu.
Jika biasanya Langit akan berdiri di depan pintu kelas untuk menunggunya, kali ini tidak. Jelas saja kalau Bintang merasa sedikit aneh. Ke mana hilangnya Langit? Padahal mereka kan sudah berbaikkan, tapi pemuda itu tidak memperlihatkan dirinya saat bel pulang sekolah tiba.
Tidak mau ambil pusing dan ribet, Bintang langsung pulang saja. Masa bodo dengan Langit. Mungkin pemuda itu sudah pulang terlebih dahulu. Tapi ternyata belum. Buktinya Langit malah datang ke kelas dan mencarinya. Lalu menelpon saat tahu dirinya tidak ada di sana.
"Oh. Yaudah, kalo gitu gue tungguin lo latihan ya."
Untuk ukuran orang yang sedang jatuh cinta, itu adalah perhatian kecil yang ditunjukkan pasangannya. Tapi, tidak untuk Bintang. Ia menganggap kalau hal itu adalah hal biasa yang memang sudah ia dapatkan dari Langit sebelumnya.
Sebentar, memangnya Bintang siapanya Langit sampai-sampai harus terbawa perasaan atas tindakkan Langit untuknya?
"Lo pulang aja. Gak papa, gak usah tungguin gue."
Di seberang sana, Langit menggeleng meskipun Bintang tidak bisa melihatnya. "Nggak mau. Gue tungguin di kantin. Nanti kalo lo udah selesai, gue ke situ. Semangat latihan, Bintang."
Mendengar itu, bibir Bintang langsung tertarik ke atas. "Hm, makasih." Setelah itu telepon ditutup. Bintang menarik nafas dan memasuki ruang musik. Semangat untuk latihan kali ini lebih tinggi dari yang sebelum-sebelumnya.
Dan ia tidak sadar kalau Langit lah alasan dirinya menjadi lebih semangat seperti itu.
•••
Bintang mengira kalau yang ada di dalam ruang musik itu hanya ada dua pelatihnya saja, Kak Mella dan juga Kak Faridz--pelatih baru. Tapi ternyata tidak. Di dalam sana juga ada Cakra yang tersenyum lebar memyambutnya sambil mengangkat satu tangannya. Dan dibalas dengan senyuman tipis olehnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/181374887-288-k57942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi(n)lang (SELESAI)
Teen FictionSaat latar belakang kehidupan yang sebenarnya baru ia tahu, dirinya jatuh. Memeluk lara. Mendekap kecewa yang menumpuk dalam dadanya. Menahan sesak yang menghimpit. Kian semakin sesak ... Dan dirinya, tidak bisa berdiri lagi. Jatuh ... Dalam lubang...