Part 13

311 47 27
                                    

"Kemaren lo ijin pergi dari sekolah itu ada apa sih, Lang?" tanya Refan.

Di jam kosong sebelum bel pulang ini, mereka gunakan untuk mengobrol biasa setelah bermain game online. Mabar istilahnya. Di dalam kelas pun, yang lainnya sibuk masing-masing dengan kegiatannya.

Langit duduk dengan Malik, sedangkan Refan duduk di depan mereka dengan Agam duduk di sampingnya. Refan dan Agam duduk menghadap pada Langit dan Malik. Sudah bersiap untuk menggosip.

"Kan gue udah bilang kalo ada urusan," jawab Langit.

Agam mengernyit. Kemudian berkata, "Tapi, kata anak-anak yang gue denger itu, lo pergi sama anak kelas IPA 2."

Malik melotot, Refan menatap was-was pada Agam. Dan Langit menggaruk pelipisnya bingung. Empat pemuda itu salih bertukar tatapan. Bingung.

"Beneran, Lang?"

"Serius, Onta?"

Langit menampol Malik dan Refan bergantian. "Berisik lo pada!" cetusnya.

"Jadi, bener kan? Siapa tuh nama ceweknya? Lintang? Bintang? Angkasa? Meteor?" cerocos Agam. Mendapati pelototan dari Langit.

"Bintang, woy!" kata Langit ngegas.

"Nah kan, ngaku!" Agam menjentikkan jarinya.

Langit mengumpat karena keceplosan. Sementara Malik, Refan dan Agam tersenyum jail menatapnya.

"Hiya ... punya gebetan nih ceritanya?" goda Malik. Kemudian tertawa dan dihadiahi gulungan kertas oleh salah satu siswi karena merasa terganggu oleh suara tawanya yang nyaring.

"Dih! Jangan dilemparin gulungan kertas juga dong!" teriak Malik.

Siswi itu mendelik sebal. "Berisik! Dasar bocah sinting!"

Refan dan Agam tertawa. Malik selalu saja ribut dengan teman kelasnya yang perempuan, meskipun karena masalah sepele. Mengabaikan siswi itu, Malik kembali memfokuskan dirinya pada Langit.

"Langitai! Gue nanya sama lo. Jawab ngapa!" sungut Malik.

Langit jadi geram. "Apanya yang kudu dijawab, Malik?"

Malik gemas pada teman sebangkunya itu. "Itu lho yang lo punya gebetan anak IPA 2."

"Gue bingung," ucap Langit.

"Bingung kenapa?" tanya Agam.

"Bingung aja. Dia sebenernya gebetan gue apa bukan, ya?"

Refan memukul meja. "Yeuh, sambla! Kalo lo deket sama dia ya berarti udah jelas dong kalo dia itu gebetan lo," katanya.

"Bener tuh kata Refan. Terus juga, lo kan kemaren pergi sama dia. Ke mana dah tuh, hayo?"

"Gue kemaren ada urusan sama dia."

Malik mengibaskan tangannya di depan Langit. Membuat pemuda itu menjauhkan mukanya ke belakang.

"Halah! Urusan apa? Urusan pendekatan? Basi, Lang, basi!"

Langit meninju lengan temannya itu. "Urusan pokoknya mah. Kalian kepo! Cowok kok kepo-an," ejeknya.

"NAJIS!"

Pekik mereka bersamaan. Langit tertawa mendapati muka teman-temannya yang nampak kesal.

•~•

"Mau langsung pulang atau ke mana dulu, gitu?"

Di jam pulang sekolah ini, Langit sudah berada di depan kelas Bintang. Tepat setelah gadis itu keluar dari dalam kelas, ia langsung bertanya. Bintang, gadis itu memegang kedua ujung tali tasnya dan berdiri di samping Langit.

Bi(n)lang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang