Menjelang sore ini, SMA Purnama sudah sepi. Hanya ada beberapa murid yang masih ada di sana untuk mengerjakan tugas atau entah melakukan apa. Tepat di pukul tiga sore, orang yang ditunggu Bintang akhirnya datang juga. Cakra, teman duet bernyanyi untuk lomba yang akan dilaksanakan satu bulan lagi itu.Saat bel pulang berbunyi tadi, Langit langsung menghampirinya seperti biasa. Pemuda itu lagi-lagi menunggunya hingga latihan selesai. Padahal, Bintang tak pernah memintanya untuk menunggu. Karena menurutnya, itu bisa merepotkan. Dan ia tidak mau merepotkan siapa pun, termasuk Langit.
Latihan keduanya bersama Cakra ini, masih sama seperti saat pertama kali mereka latihan, di ruang musik. Di situlah tempat mereka latihan. Kali ini, Kak Mella hanya menemani setengah jam mereka latihan. Selebihnya sudah lebih dulu pamit karena ada urusan mendadak.
"Minggu depan latihan di sini lagi, kan?" Cakra bertanya saat mereka istirahat sebentar.
Bintang mengangguk. "Iya, di sini lagi. Tapi, kalo misalkan lo bosen ya cari tempat lain?"
Cakra menatap manik mata gadis itu yang terbungkus kacamata. Ia seperti mengenali iris mata itu. Namun, entah milik siapa. Ia kemudian menggelengkan kepalanya tanpa disadari oleh Bintang.
"Gak papa, di sini aja," jedanya. Lalu melanjutkan kembali, "Gue gak nyangka bakalan ada lomba duetnya kayak gini. Apalagi duet sama anak sekolah lain. Gak kepikiran sama sekali."
Bintang menaikkan satu alisnya. "Kenapa?" tanyanya.
"Kenapa apanya? Lo kalo ngomong panjang dikit, ngapa?"
Bintang menatap Cakra datar. Ia mengakui kalau pemuda di depannya itu ganteng dan memiliki senyum yang sangat manis. Bahkan melebihi kapasitas kemanisan Langit. Eh, kok jadi dia? Bintang mengerjapkan matanya pelan.
"Kenapa gak kepikiran bakalan ada lomba duet?" tanyanya.
Cakra mengambil tasnya yang ada di bawah, di samping kakinya. Ia mengambil dua botol air mineral yang memang sudah ia beli sebelum latihan. Menaruh tasnya kembali dan memberikan satu botol itu kepada Bintang dan disambut olehnya.
"Karena tahun-tahun sebelumnya itu gak ada lomba duet, cuma solo doang. Eh, sekarang ada duetnya. Plus pas gue yang wakilin sekolah. Tau gitu, gue gak mau wakilin sekolah sendiri," jelas Cakra setelah meminum airnya.
Bintang membuka tutup botol dengan kesusahan. Cakra yang melihat itu langsung mengambil alih botol itu untuk ia buka tutupnya. Bintang hanya mengerjapkan matanya saja.
"Buka tutup botol aja lo kesusahan, ya? Dasar cewek!" Cakra sambil menyodorkan air mineral itu padanya lagi setelah tutupnya berhasil dibuka.
Bintang tak memperdulikan ucapannya. Ia langsung meminum airnya hingga tersisa setengah. Cakra memperhatikannya, pemuda itu mengamati wajahnya dari samping. Wajah yang sebenarnya ia rindukan.
"Lo, kayak orang yang pernah ada di hidup gue."
Bintang tersedak mendengar itu.
Cakra mengabaikannya dan meminta untuk latihan kembali setelah itu pulang. Bintang masih bingung dengan ucapannya. Apa yang dimaksud dari ucapan Cakra?
Saat pulang, Langit seperti biasa menunggu di depan ruang musik. Pemuda itu tengah memainkan ponselnya. Saat dirasa ada bunyi pintu ditutup, ia mendongakkan kepalanya. Ternyata Bintang sudah selesai latihan dan keluar dengan ... orang yang waktu itu lagi? batin Langit.
Langit memasukkan ponsel di saku celananya. Berdiri di samping Bintang. "Udah, kan? Ayo pulang!" ajaknya.
"Cakra, gue duluan." Setelah berpamitan pada Cakra, Bintang melangkahkan kakinya bersama Langit menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi(n)lang (SELESAI)
Teen FictionSaat latar belakang kehidupan yang sebenarnya baru ia tahu, dirinya jatuh. Memeluk lara. Mendekap kecewa yang menumpuk dalam dadanya. Menahan sesak yang menghimpit. Kian semakin sesak ... Dan dirinya, tidak bisa berdiri lagi. Jatuh ... Dalam lubang...