"Udah puas nangis sambil ngelamunnya?" Langit bertanya pada Bintang yang sedang duduk di atas ayunan. Kini mereka berdua berada di taman kompleks perumahan orang tua Bintang.
Setelah keluar dari rumah itu, Langit berinisiatif membawa Bintang ke taman. Tujuannya adalah untuk membuat gadis itu bisa mengeluarkan rasa campur aduk yang ada dalam hatinya. Dan Bintang, hanya menurut saja.
Saat Bintang memilih duduk di ayunan sambil melamun, Langit pergi sebentar. Sekembalinya pemuda itu, di tangannya ia membawa kantung plastik yang berisi 2 yogurt, camilan dan air mineral.
Bintang mengerjapkan matanya kala mendengar suara itu. Ia mengusap pipinya dengan cepat. Lalu menarik napasnya dalam-dalam. Dan membuangnya perlahan. Langit duduk di sebelahnya. Mengeluarkan dua botol yogurt.
"Suka yogurt gak, Bin?"
Bintang menoleh dan menggeleng pelan. "Lo beli di mana?" tanyanya.
Langit memasukan satu botol yogurt ke dalam plastik dan mengambil botol air mineral. Lalu menyodorkannya pada Bintang. Langsung disambut oleh gadis itu.
"Di toko depan, tuh! Tadinya mau ke mini market, eh ternyata ada toko yang lumayan lengkap. Ada yogurt juga. Ya udah deh gue beli di situ," jelas pemuda itu tanpa diminta oleh Bintang.
Bintang membuka tutup botol air mineralnya dan menegaknya hingga tersisa setengah. Langit yang memperhatikan itu sontak meneguk ludahnya kasar. Lalu berdehem dan bertanya, "Lo haus apa gimana?"
"Menurut lo?" Dan hanya dijawab oleh kekehan dari Langit.
Langit menaruh kantung plastik tadi di atas ayunan. Pemuda itu bangkit dan kemudian berjalan ke belakang tubuh Bintang. Hal itu membuat Bintang mengernyit heran.
"Gue mau kasih lo energi tambahan. Jangan noleh ke belakang dulu," ucap Langit.
"Lo mau ngapain? Pelecehan lo? Gue tampol muka lo sekarang!"
Langit langsung menarik rambut gadis itu. "Yee! Su'udzon mulu kalo sama gue. Pokoknya gue mau kasih lo energi tambahan."
"Biar apa?"
Tiba-tiba saja, Langit memegang kedua pundak Bintang dari belakang. Sentuhan yang mendadak itu membuat Bintang memekik, "Heh! Lo ngapain?"
"HUS! DIEM!"
"AAAAAAAAA!!" Langit tiba-tiba berteriak. Membuat Bintang terkejut.
"LANGITAI, KENAPA LO TERIAK!"
Langit mengguncang bahu Bintang. "DIEM DULU, TATANGKU!" katanya saat melihat kepala Bintang akan menoleh ke belakang.
Bintang hanya beristigfar dalam hatinya melihat kelakuan pemuda itu. Sesaat kemudian, ia bisa mendengar suara lengkingan Langit lagi. Dan ia hanya memejamkan matanya saja.
"AAAAAAAAA!!"
Setelah itu, Langit tidak berteriak lagi. Pemuda itu malah tertawa. Kembali duduk di tempatnya seperti semula.
"Sinting!" ujar Bintang.
"Itu tuh tadi gue kasih energi semangat tambahan buat elo!" kata Langit sedikit ngegas.
Dan Bintang hanya menatap pemuda di sampingnya itu dengan senyum kecil di bibirnya. Hanya Langit. Hanya pemuda itu yang bisa membuatnya seperti ini. Kesal, namun bibirnya mengukir senyum.
Jauh dalam hatinya, ia berharap. Berharap kalau pemuda itu tidak akan meninggalkannya. Dan tidak ingin dirinya kehilangan sosok itu, Langit.
Namun ternyata, takdir mungkin bisa saja berkata lain di suatu hari nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi(n)lang (SELESAI)
TienerfictieSaat latar belakang kehidupan yang sebenarnya baru ia tahu, dirinya jatuh. Memeluk lara. Mendekap kecewa yang menumpuk dalam dadanya. Menahan sesak yang menghimpit. Kian semakin sesak ... Dan dirinya, tidak bisa berdiri lagi. Jatuh ... Dalam lubang...