1

4.3K 130 3
                                    

Halo. Ini cerita ke tiga yang saya publish di Wattpad. Sebagai penulis pemula, saya butuh dukungan temen-temen supaya lebih semangat untuk belajar dan menulis cerita-cerita selanjutnya.

Support saya dengan vote, follow, dan share cerita ini ya :) Terima Kasih.

Follow IG Saya : Rizardila..

Terima kasih, selamat menikmati kata demi kata yang telah saya susun! :)

--

Hari pertama di sekolah ini. Sekolah yang suasananya sangat berbeda dengan sekolahku sebelumnya. Sekolah ini sepertinya kekurangan petugas kebersihan. Atau mungkin memang siswanya yang joroknya bukan main. Kotor sekali.

Aku berdiri di dalam kelas sebelas ips tiga. Berhadapan dengan seluruh siswa di kelas ini. "Nama saya, Rizky Ramadhan. Temen-temen bisa panggil saya Rama." Aku memperkenalkan diri.

"Ramadhan? Pasti lahir di bulan Syawal, ya?" Kata salah seorang di kelas ini. Banyak siswa-siswi yang tertawa setelahnya. Aku melihat mereka, pandanganku tertuju pada salah satu siswi perempuan di kelas ini. Perempuan yang tertawanya terlihat sangat manis. Lucu sekali melihatnya tertawa seperti itu.

"Kok bulan syawal sih? Bulan... Sabit, dong!" Kata salah seorang lagi. Yang lain tertawa lagi mendengarnya.

"Yasudah, silahkan duduk." Kata guru yang sedang mengajar di kelas.

Aku dipersilahkan duduk oleh guru persis di depan meja guru. Sendirian. Aku berniat meletakkan jaketku di dalam kolong meja ini, tapi aku dikejutkan dengan banyaknya sampah yang sudah berada di kolong meja ini sejak sebelum aku tiba. Ini benar-benar jorok. Bau sekali.

--

"Lu dari sekolah mana?" Tanya seorang siswa di jam istirahat.

"SMA Merdeka."

"Widihhh! Sekolah mahal. Ngapain lu pindah ke sini? Bangkrut!? Hahahaha." Ia tertawa. Seisi kelas ikut tertawa karenanya. Aku tidak menjawabnya. Karena perpindahanku ke sekolah ini memang benar karena kondisi ekonomi keluargaku yang kurang baik. Setelah ayahku meninggal beberapa bulan lalu, Ibuku bekerja seorang diri. Sehingga uangnya tidak cukup untuk membayar biaya sekolahku di SMA Merdeka. "Ditanyain diem aja?" Katanya lagi.

"Kalo diem, berarti emang bener bangkrut Thom!" Sahut salah satu temannya yang duduk di kursi belakang.

"Kalo gue pindah ke sekolah ini, kayaknya bukan urusan lu, deh." Jawabku pelan. Ia memundurkan wajahnya, menampilkan ekspresi terkejut.

"Wah! Anak baru songong amat!" Balasnya.

"Hahaha. Thomi seneng nih ngeliat anak baru yang kayak gini." Sahut salah satu diantara siswa yang duduk di paling belakang. Aku hanya terdiam memandangi mereka satu-satu.

"Hahaha. Oke. Lu rasain nih sekolah di sini!" Thomi mendorong kepalaku dari samping. Aku menatapnya kesal. Tapi tidak dapat melakukan apa-apa. Aku anak baru di sini. Aku tidak tahu siapa itu Thomi dan siapa teman-temannya. Aku tidak tahu apa yang biasanya mereka lakukan, dan aku juga tidak pernah tahu apa yang didapatkan oleh anak baru yang berani melawannya.

Setelah gerombolan cowok itu puas meledekku, mereka keluar dari kelas. Aku juga ikut keluar untuk makan di kantin. Aku menghabiskan waktu di kantin selama jam istirahat untuk menikmati sepiring nasi goreng telur dan segelas es teh manis, lalu kembali ke kelas setelah bel masuk berbunyi.

Saat memasuki kelas. Aku mendapati tasku tidak ada. ini benar-benar mengejutkan. "Liat tas gue, nggak?" Aku bertanya pada siswa yang duduk di belakang kursiku. Ia hanya menggeleng menandakan ketidak tahuan. Aku mencarinya di setiap kursi, lalu ke di setiap sudut kelas, namun tidak mendapatkanya. Aku yakin, Thomi adalah orang di balik ini semua.

Setelah lelah mencari tas yang tak kunjung dapat, aku nekat mendekati Thomi.

"Thom. Tas gue lu taro mana?" Kataku tegas.

"Maksud lu apa? Lu nuduh gue?!" Bentaknya.

"Kalo bukan lu, siapa lagi?"

"Maksud lu apaan langsung nuduh gue? Emangnya di kelas ini isinya ada berapa orang?"

"Banyak. Tapi gue yakin lu yang ngumpetin tas gue." Kataku. Keadaan kelas saat itu cukup hening. Sesekali terdengar teman-teman Thomi tertawa di kursi paling belakang. Orang-orang di kelas diam mendengarkan percakapanku dengan Thomi.

"Udahlah, Thom. Kasih aja." Kata salah satu perempuan di kelasku yang entah siapa namanya. Ia cantik, ia sangat cantik. Saat pertama kali memasuki kelas ini, dia adalah perempuan yang pertama kali kuperhatikan. Aku belum tahu namanya, tapi saat mendengar ia bicara pada Thomi dengan maksud membantuku, aku pikir dia perempuan yang baik.

Thomi menatapku dalam-dalam. "Noh! Di lapangan."

Aku segera keluar kelas. Benar saja, tasku sudah berada di tengah-tengah lapangan. Bodoh sekali, padahal tadi aku makan di kantin. Dan di kantin, aku bisa dengan leluasa melihat lapangan basket itu. Bagaimana bisa aku tidak melihat seseorang meletakkan tasku di sana. Aku mengambil tas itu dan segera masuk ke dalam kelas.

Di kelas. Aku melihat Thomi sedang duduk dengan perempuan itu. Perempuan yang menyita waktuku untuk sesekali memandangnya. Dia sangat cantik. Kulitnya putih, alisnya cukup tebal, dan rambutnya panjang dengan gaya poni tirai. Aku suka gaya rambut seperti itu.

Entah apa yang sedang dibicarakannya dengan Thomi, yang jelas. Aku lihat mereka sangat dekat. Apa jangan-jangan mereka sepasang kekasih? Karena, kulihat-lihat Thomi juga sebenarnya tampan. Walaupun tingkahnya kayak setan.

--

Support saya dengan vote, dan share cerita ini... Jangan lupa untuk Follow saya juga ya!

Doa Untukmu ✓ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang