8

763 47 0
                                    

Di kelas, Nabila duduk bersama dengan Febri. Saat Febri tidak duduk di kursinya, rasanya, ingin sekali aku duduk di tempat itu, dan mulai berkenalan dengannya. Tapi nyaliku tidak cukup besar untuk melakukan itu. Sehingga, aku hanya bisa duduk di kursiku yang berada persis di depan meja guru, memandanginya dari jauh, dan berandai-andai bisa mendekatinya.

Tadi, saat ia tidak sengaja melihat ke arahku, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Ini aneh, aku begitu deg-degan saat matanya searah dengan arah mataku. Kami saling tatap. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya saat ia mendapati aku sedang memandangnya dari kejauhan.

Tapi, kedekatan Nabila dengan Thomi masih menjadi tanda tanya untukku. Ada apa dengan mereka, apa yang membuat mereka terlihat sangat dekat.

Kalau ternyata Thomi adalah pacar dari Nabila. Mungkin aku kehilangan salah satu semangatku untuk terus sekolah di sini. Karena, aku tidak mungkin menjadi orang ketiga untuk merebutnya. Jangankan menjadi perusak hubungan Thomi dan Nabila. Menjadi perusak hubungan orang yang tidak kutakuti saja aku tidak mau. Masalahnya, aku tidak tahu siapa itu Thomi. Mengapa ia tidak ada takutnya membuat keributan di sekolah. Ia dengan santainya berbuat onar, membully siapapun yang ia ingin. Laki-laki maupun perempuan, ia tidak pilih-pilih jika ingin berbuat jahat.

Entahlah, aku harus cari tahu mengenai masalah ini. Aku harus memastikan ada hubungan apa antara Nabila dengan Thomi.

--

"Nabila itu adiknya Thomi. Masa lu enggak sadar? Mukanya aja agak mirip." Kata Icha saat aku bertemunya di gerbang sekolah sepulang sekolah.

"Serius? Adik kandung? Kok bisa kakak beradik menjadi satu angkatan di sekolah?"

"Iyaa, adik kandung. Thomi itu, dulunya kakak kelas kita. Tapi tahun kemarin, dia enggak naik kelas. Makanya sekarang bisa sekelas sama adiknya." Balas Icha.

Aku benar-benar terkejut mendengar perkataannya. Nabila, perempuan yang kuidam-idamkan ternyata adalah seorang adik kandung dari orang yang sudah kubenci semenjak pertama kalinya ia mengajakku bicara di sekolah ini.

Bagaimana bisa aku mendekati Nabila jika kakaknya adalah orang yang selama ini berbuat jahat padaku? Bagaimana mungkin ia rela menerima jika adiknya berdekat-dekatan dengan laki-laki yang selalu menjadi bahan untuk ia kerjai, untuk ia contek, dan untuk ia tertawakan. Mana mungkin Ia menerima jika adik perempuannya dekat dengan laki-laki yang dinilai lemah sepertiku?

"Emang kenapa lu nanyain dia?" Icha nanya.

"Waktu gue lagi diisengin dikelas, Nabila yang bantuin gue. Dia yang bikin Thomi berenti ngerjain gue hari itu."

"Nabila bantuin lu? Kok bisa?" Tanyanya. Aku hanya menaikkan kedua bahuku, menandakan aku tidak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi.

Aku tidak mengerti harus apa lagi. Ini menyakitkan bagiku. Aku sepertinya sudah jatuh cinta dengannya sejak melihatnya pertama kali dikelas. Aku sudah menyukainya sejak hari pertama menginjakkan kaki di sekolah ini, ditambah saat ia membelaku saat Thomi pura-pura tidak tahu dimana tasku dia umpatkan. Nabila sudah berhasil mengambil hatiku. Nabila yang cantik, adik dari seorang pria yang tidak asyik.

"Gue duluan, ya, Cha." Kataku saat aku mulai menaiki bus yang berhenti di depan gerbang sekolah, lalu menduduki kursi yang masih kosong, dengan tatapanku yang sepertinya kosong.

--

Malam hari, aku terbangun, aku ke luar kamar, mendapati ibuku yang sedang tertidur di Sofa. Ini benar-benar menyedihkan. Semenjak ayahku tak ada, Ibu bekerja dengan sangat keras. Sepertinya ia kurang istirahat.

Aku mendekatinya, ingin membangunkannya dan memintanya untuk pindah ke kamarnya, tapi hatiku tidak cukup tega melakukan itu. Maka kuputuskan untuk mengambil selimut di kamarnya, dan menyelimutinya yang sedang tidur di sofa ruang tengah.

Aku masuk ke kamar Sarah. Mendapati adikku juga sedang tertidur pulas di kasurnya. Kasihan sekali, Sarah. Waktuku kecil, aku ingat, ibuku tidak bekerja karena ayahku sudah cukup membiayai kehidupan keluargaku. Ibu dua puluh empat jam menjagaku, menemaniku. Sedangkan, kini, Sarah harus merasakan letihnya menemani ibuku bekerja di kantornya. Sarah tidak bermain dengan bebas, Sarah juga harus mengalah dengan pekerjaan ibuku.

--

Support saya dengan vote, dan share cerita ini. Jangan lupa untuk Follow saya juga ya!

Ig: Rizardila

Doa Untukmu ✓ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang