Siang ini, saat sedang di perpustakaan, aku menemukan lagi buku yang dulu pernah aku baca. Mengenai doa. Mengenai waktu-waktu doa diijabah, dan mengapa doa tidak segera dikabulkan.
Aku mengambil buku itu dan duduk di samping Icha yang sedang sibuk membaca buku.
Di dalamnya aku menemukan fakta-fakta bahwa ada surat Alquran yang mengatakan "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui"
Di buku itu dijelaskan bahwa, ayat tersebut mengingatkan kita untuk tetap bersemangat dalam meminta dan berdoa kepada Allah. Karenanya tidak ada kata putus asa dalam berdoa hanya karena belum diberi atau ditunda oleh Allah. Allah menjamin pengabulan doa sesuai pilihanNya dan waktu yang diinginkanNya, bukan sesuai pilihan kita dan waktu yang diinginkan kita.
Karena itu manusia tidak boleh lemah dalam berdoa, terus ulang hingga Allah menjawab dengan pilihan dan waktu terbaik menurutNya. Mungkin tertundanya setiap doa yang telah dipanjatkan itu lebih baik daripada pengabulan doa yang disegerakan. Tersirat hikmah jika Allah menunda doa seorang hambaNya, penundaan tersebut ditujukan agar kita semakin bersungguh sungguh dan semakin dekat kepada Allah.
Allah lebih tahu keadaan kita yang mungkin apabila doa kita segera dikabulkan, kita akan kembali melakukan berbagai dosa yang dapat menjerumuskan kita dan malah dapat menjauhkan kita dari Allah. Oleh karena itu, Allah menunda doa kita supaya kita betul-betul bersih dari dosa maupun sifat-sifat buruk yang dapat muncul ketika Allah menyegerakan pengabulan doa kita.
Semenjak mengetahui itu. Aku kembali sering-sering memanjatkan doa. Memohon kepada Tuhan agar Nabila kembali didekatkan denganku. Memohon agar aku tidak lagi menzolimi orang, dan memohon agar menjadi orang yang lebih baik lagi. Aku juga mendoakan agar Nabila dan keluarganya selalu dilindungin Tuhan. Berharap, Thomi menjadi abang yang baik untuk Nabila dan tidak lagi bersikap seperti biasanya.
Hari berlalu.
Kembali di hari selasa pagi, Nabila dan teman-teman sekelasnya sedang berolahraga di lapangan. Lagi-lagi aku sudah berencana untuk sengaja keluar kelas untuk melihatnya dari kejauhan.
Tidak kusangka, akhirnya, Nabila memaafkan kesalahanku waktu itu. Meski ia kini dekat dengan Raka, setidaknya aku bisa berteman baik dengannya lagi. Untuk laki-laki yang belum pernah berpacaran sepertiku. Menjadi teman baik orang yang disayang, rasanya sudah lebih dari cukup.
Aku izin untuk pergi ke toilet pada guruku yang sedang mengajar, lalu pergi ke luar kelas. Di lapangan, aku lihat siswa laki-laki sedang bermain futsal, dan yang perempuan duduk-duduk di pinggir lapangan. Aku melihat Nabila yang sedang duduk di sana bersama teman-temannya.
Seperti biasanya, aku memperlambat jalanku agar bisa berlama-lama memandangi Nabila dari kejauhan. Namun, kejadian seperti kemarin terulang lagi. Nabila menoleh ke arahku. Entah, bagaimana caranya ia menyadari bahwa aku ada di atas sini. Yang jelas kini ia memandangku.
Aku tersenyum melihatnya, dan ia juga tersenyum melihatku. Lalu ia berdiri dan berjalan ke arah tangga, ia melambaikan tangan padaku dan dengan gerakan tangannya, ia memintaku untuk turun ke lantai bawah.
Dengan cepat, aku menuruti permintaannya. Saat turun tangga, aku melihatnya berdiri di depan tangga lantai bawah. Aku menemuinya dengan perasaan yang cukup senang.
"Ke kantin, yuk?" Katanya.
"Tapi, di kelas masih ada guru." Kataku.
"Sebentar aja."
"Yaudah." Kataku singkat. Meski di kelas, guruku masih mengajar, rasanya sulit sekali menolak tawaran Nabila untuk menemainya ke kantin. Kegiatan seperti ini yang sejak lama kuinginkan. Mana mungkin aku menolaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Doa Untukmu ✓ END
Teen FictionIni adalah kisahku, Rama. Bocah yang selalu saja dijahili di sekolah. Bocah yang mencintai gadis cantik, namun tidak mampu mendekatinya karena merasa tidak layak. Namun, setelah berkali-kali menjadi korban keisengan anak-anak di sekolah, Tuhan membe...