10

733 35 1
                                    

Di kelas, aku menengok ke belakang lagi, melihat Thomi dan teman-temannya yang sedang tertawa-tawa entah membahas apa. Aku menunggu mereka melihat ke arahku, berharap mereka menjahiliku, atau setidaknya mereka menghinaku, mengejekku atau apalah itu yang membuat aku terzalimi, yang membuat aku bisa berdoa dan segera dikabulkan oleh Allah.

Guru datang, dan mereka langsung duduk terdiam. Aku juga memperbaiki posisi dudukku. Pelajaran sejarah. Biasanya tidak ada tugas untuk mata pelajaran ini. Tapi, semoga saja guru memberikan tugas untuk kami kerjakan agar orang-orang yang dibelakang bisa berbuat semena-mena saat aku mengerjakan tugas. Yang jelas, seharusnya saat ini aku tidak memikirkan itu. seharusnya aku memikirkan pelajaran siang hari ini.

Setelah guru menerangkan, murid-murid diminta membuka buku lks sejarah, dan diperintahkan mengerjakan soal-soal pilihan ganda di sana. Lalu guruku keluar entah untuk keperluan apa

Aku segera mengerjakannya satu persatu. Ini tidak sulit bagiku, semua jawabannya ada di halaman sebelumnya. Tidak perlu berpikir keras, hanya harus rajin membaca.

Aku mengerjakannya sampai selesai. Kututup buku lksku, dan ku masukkan pulpenku ke dalam tas. Aku menengok ke belakang. Mereka justru tertidur. Tidak mengerjakan. Aku bingung. Mengapa seperti ini? Mengapa kemarin Thomi menarik bukuku untuk mencontek, namun hari ini tidak? Ini benar-benar tidak masuk akal.

Doaku kemarin benar-benar dikabulkan. Ini aneh, tapi inilah kenyataannya. Aku melihat kedua telapak tanganku. Ini hebat, ini benar-benar hebat. Kekuatan doaku benar-benar nyata. Allah mengabulkannya secara langsung. Doa orang yang terzalimi benar-benar tidak ada penghalang. Baru kemarin aku berharap tidak ada yang mengganggu, dan langsung kurasakan hari ini.

Aku tahu, selama berdoa, Allah pasti mendengar, tapi Allah tidak memberikannya secara langsung. Aku tahu Allah kadang memberikannya langsung, kadang menahannya dan mengabulkannya di waktu yang tepat. Atau bisa jadi Allah menahannya dan akan memberikannya di akhirat nanti. Yang aku rasakan saat ini memang tidak masuk akal. Tapi aku tidak perlu memikirkan itu. Yang jelas, aku memiliki kekuatan doa yang dahsyat ketika dizalimi, dan aku harus menggunakannya untuk membantu orang-orang tadi. Orang-orang yang disakiti hatinya, orang-orang yang dirampas haknya. Mereka harus kubantu. Setiap kali ada yang diambil haknya, setiap kali ada orang yang disakiti dengan cara dihina, diejek, dijahili, aku harus membantunya. Aku tidak boleh merasakan senang sendirian, aku harus membuat orang-orang yang sering merasakan pahitnya dihina, terbebas dari kepahitan itu.

Bel berbunyi, dan aku segera pulang ke rumah. Aku lelah berpikir sedari siang tadi, aku ingin cepat istirahat di atas kasurku.

Di dalam bus saat perjalanan pulang, aku berpikir, bagaimana caranya membantu mereka. Jika ingin doaku dikabulkan, otomatis aku harus dizalimi dulu, baru berdoa. Tapi di sekolah, aku sudah tidak diperlakukan seperti itu. Karena doaku kemarin, kini kehidupanku di sekolah aman-aman saja. Lalu bagaimana caranya doa itu akan dikabulkan?

Saat aku hendak turun bus di halte yang kutuju, ternyata banyak penumpang yang ingin turun di halte itu. Aku sudah berdiri di pintu belakang bus, saat berhenti, aku terdorong hingga terjauh. Namun aku bisa menahan tubuhku dengan tanganku saat terjatuh ke jalan. Aku menengok orang di belakangku.

"Jangan dorong-dorong dong Pak!" Kataku saat bangkit dari jatuhku dan melihat bapak-bapak yang sedang turun di belakangku.

"Gimana enggak saya dorong? Situ mau keluar aja lelet bener!" Bentaknya, dan langsung pergi begitu saja. Aku kesal. Dia yang salah, dia juga yang memarahiku. Aku tidak merasa lelet saat turun.

Saat hatiku sakit seperti ini, aku teringat lagi dengan apa yang sedari tadi kupikirkan di dalam bus. Bahwa doaku akan dikabulkan saat aku dizalimi. Sepertinya ini waktu yang pas untuk berdoa. Aku duduk di kursi halte bus. Memejamkan mataku, dan berdoa.

"Ya Allah berikan saya kesempatan berdoa lebih banyak lagi. Jika memang saya harus dizalimi agar doa-doaku lebih dekat denganMu, tak apa ya Allah. Saya rela jika memang itu yang terbaik. Biarkan saya merasakan dizalimi di sekolah. in syaa Allah saya akan berusaha menahannya. Yang penting doa saya terkabul sehingga saya bisa memperbaiki kehidupan banyak orang. Aamiin." Aku membuka mata.

Aku meralat doaku kemarin yang meminta agar di sekolah tidak ada lagi yang berbuat tidak menyenangkan padaku, karena jika memang dizalimi adalah jalan terbaik untuk membantu banyak orang, seharusnya aku ikhlas diperlakukan seperti itu.

Dengan perasaan lega, kulanjutkan perjalananku menuju rumah.

--

Support saya dengan vote, dan share cerita ini. Jangan lupa untuk Follow saya juga ya!

Ig: Rizardila

Doa Untukmu ✓ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang