5

931 55 0
                                    

"Awas-awas. Ada orang yang abis dikencingin anjing!" Teriak Thomi saat aku tiba di kelas yang membuat orang-orang di kelas tertawa keras. Aku mengernyitkan dahiku, dan melihat ke arahnya. Apa maksudnya? Memangnya kapan aku dikencingi anjing?

"Hahaha. Iiih. Dia suka pake baju perempuan pula." Sahut salah satu temannya. Aku mendengar suara tertawa semakin keras. Aku mulai mengerti. Ia mentertawakanku soal foto-foto di mading tadi. Aku mencoba tidak mempedulikan mereka. Dan tetap berjalan menuju kursiku, lalu duduk tanpa menghiraukan mereka.

"Dia ke sekolah bukan naik bis, atau naik motor. Tapi menunggangi Babi!" Kata salah satunya lagi yang membuat suara orang-orang yang sedang tertawa mengeras lagi.

Aku sangat kesal. Aku pikir hanya cukup di lorong papan mading aku dipermalukan. Di kelas, ternyata aku tetap ditertawai dengan teman-teman sekelasku. Aku kesal. Aku ingin mereka berhenti tertawa, atau aku ingin Thomi kena karmanya, sehingga aku bisa mentertawakannya atau lebih baik lagi kalau orang-orang di kelas ini juga mentertawakannya.

Bu Rida memasuki kelas. Suasana hening tiba-tiba.

"Thomi! Sini kamu!" Maki Bu Rida. "Kamu yang ngerusak mading sekolah!?" Tanyaya. Thomi hanya mengangguk mengiyakan.

"Kamu kira bikin mading sekolah, gampang?! Anak-anak mading buat itu susah payah, nyari berita, nyari artikel, ngedesain. Kamu pikir gampang?" Bentaknya.

Thomi hanya terdiam menunduk.

"Udah, kamu ikut ibu ke ruang BP!" Kata Bu Rida sambil menarik tangan Thomi. Mereka keluar kelas. Dan saat pintu tertutup. Pecah! Semua siswa tertawa setelah Thomi dipaksa ke ruang BP oleh Bu Rida. Aku juga ikut tertawa saat itu.

Aku heran, teman-temannya mentertawai Thomi saat Thomi di marahi Bu Rida. Padahal mereka berteman. Padahal kulihat mereka selalu bersama.

"Udah sih! Jangan ketawain Thomi." Teriak Nabila tiba-tiba sehingga orang-orang di kelas berhenti tertawa.

Aku heran lagi. ada apa antara Nabila dan Thomi? Mengapa kemarin Nabila membantuku? Sedangkan hari ini Ia membela Thomi? Itu membuatku bingung.

Tapi, yang lebih membingungkan lagi adalah hari-hari yang sudah kulewati. Ada apa ini? Saat aku dikerjai di mushola, sepatuku tiba-tiba terjatuh sesuai harapanku. Saat aku dipermalukan dengan foto yang ditempel di papan mading, tiba-tiba ada orang-orang yang datang membantuku, itu juga sesuai dengan harapanku dalam hati. Yang terakhir, yang baru saja terjadi. Saat orang-orang di kelas mentertawaiku, karena foto-foto di mading, tiba-tiba Thomi dimarahi Bu Rida. Tiba-tiba Thomi ditertawai oleh orang-orang di kelasku. Itu juga sesuai dengan harapanku dalam hati.

Aku bingung, mengapa bisa hal ini terjadi? Bagaimana mungkin hal-hal yang kupikirkan bisa menjadi kenyataan? Ini benar-benar aneh.

Aku ingat, waktu itu, marbut masjid mengatakan bahwa doa orang yang sedang dizalimi itu tidak ada yang menghalangi. Doa tersebut lebih tajam daripada pedang. Jangan-jangan apa yang kuharapkan saat orang-orang menjahiliku menjadi kenyataan memang karena saat itu aku sedang dizalimi, dan doaku langsung diijabah oleh Allah? Masa iya?

Entahlah. Tapi, jika dizalimilah yang membuat harapanku atau doaku terjadi. Aku seharusnya berdoa agar aku bisa bersekolah dengan tenang. Agar aku bisa melanjutkan pendidikanku dan tidak mengecewakan ibuku yang sudah bersusah payah bekerja untuk membiayai hidup aku dan hidup Sarah, adikku.

Aku harus mencobanya. Jika nanti salah satu dari teman-temanku ini menzalimiku, aku harus berdoa seperti itu.

Doa Untukmu ✓ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang