Di kantin, aku melihat kecurangan. Saat sedang membeli jajanan di kantin, aku melihat salah seorang dari temannya Thomi membeli batagor. Namun, saat tukang batagor sedang melayani pembeli lain, orang ini meraup batagor dengan tangannya, dan membawanya pergi tanpa membayarnya.
Padahal harga batagor tidak mahal, padahal makanan yang lebih murah dari batagor banyak, padahal ia bisa meminta temannya, padahal ia bisa membelinya. Tapi mengapa ia justru mengambil batagor itu diam-diam tanpa bayar? Mengapa ia bisa-bisanya tidak peduli dengan pedagang, demi mengisi perutnya? Padahal ia pasti tahu kalau makanan itu jelas-jelas haram.
Aku kesal, tapi tidak punya nyali untuk melawannya. Ini bentuk kenakalan yang benar-benar merugikan orang lain. Aku berpikir, aku harus berdoa untuk semua pedagang di kantin. Hal seperti ini tidak bisa kubiarkan berlarut-larut. Berapa banyak kerugian yang mereka dapati, berapa banyak orang-orang yang kerjanya mencolong seperti orang itu.
Aku mengambil pulpen dalam saku celanaku, dan mencatat pada kertas kecil yang juga ada di saku celanaku. Aku sengaja menyimpannya untuk mencatat kalau ada hal-hal yang perlu kudoakan saat aku sedang dizalimi. Aku menghabiskan makanan dan minumanku, lalu kembali ke kelas setelahnya.
Di perjalanan menuju kelas, aku melihat perbuatan yang tidak menyenangkan lagi. Di lorong sekolah, aku melihat beberapa siswa sedang duduk di depan kelas meledek seorang siswi perempuan yang sedang berjalan di depanku.
"Itu kaki apa talas bogor?" Kata salah seorang dari mereka yang sedang duduk di depan kelas.
Perempuan itu tidak meladeninya, ia terus berjalan, aku pun demikian. Hanya berjalan tanpa bertindak apa-apa. Itu mungkin hal yang sering terjadi di sekolah lain. Tapi, bagiku itu bukan suatu hal yang pantas untuk dibiarkan. Bagaimanapun juga, itu mengganggu. Membuat siswi yang lewat itu tidak nyaman. Aku mencatatnya.
Seharian ini, aku melihat perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan berkali-kali terjadi. Imam mengatakan bahwa ia masih sering dijahili teman sekelasnya. Ia sering sekali menjadi bahan bercandaan teman-temannya. Aku mencatatnya, agar tidak lupa untuk mendoakan Imam agar tidak diganggu lagi.
Aku juga melihat banyak anak-anak di kelas, yang dimintai duit oleh Raka. Ia bilang itu untuk alumni sekolah, ada yang kecelakaan. Beberapa siswa ada yang tidak mau memberikan uangnya, tapi ada juga yang terpaksa memberikannya. Aku pun demikian. Aku memberikan uangku karena tidak terlalu berani untuk menolak Raka. Segera aku keluarkan catatan dari sakuku, lalu berdoa agar hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi. Aku memejamkan mata dan berdoa.
Aku juga ingat, pagi tadi, saat melewati gerbang sekolah, aku melihat satpam sekolah segera menutup gerbang, karena kebetulan aku datang tepat saat bel masuk sekolah berbunyi. Setelah satpam menutup gerbang, ia diledek olah siswa-siswa kelas tiga. Aku tidak berani menegurnya, tapi aku mengingatnya, dan nanti akan kudoakan. Kasihan sekali satpam di sekolahku. Tugasnya memang jelas, menutup gerbang saat bel masuk sekolah berbunyi. Tapi siswa yang telat itu sering sekali tidak terima dan mengejeknya. Ada yang mengejek soal fisiknya dengan perkataan "Gendut bangsat!" Ada juga yang mengumpatnya dengan kata "Anjing!"
Siswa-siswi di sekolah juga masih banyak yang kulihat-lihat ia diperlakukan tidak menyenangkan. Masih banyak siswa atau siswi yang dicontek saat ada ulangan harian berlangsung. Ada banyak juga siswi yang memberikan tugas yang sudah dikerjakannya pada Thomi, Raka dan kawan-kawannya. Aku yakin, siswi itu terpaksa memberikannya.
Bukan hanya perlakuan tidak menyenangkan terhadap manusia, sekolah ini juga merasakan perlakuan tidak menyenangkan. Bagaimana tidak? Sekolah ini terlihat kurang terawat, kotor. Siswa-siswi di sekolah ini sangat jorok. Untuk menjaga kebersihan sekolahnya saja tidak mau, apalagi menjaga kebersihan suatu tempat yang bukan lingkungannya? Ini benar-benar harus diperbaiki. Aku akan berdoa agar sekolah ini menjadi sekolah yang lebih baik, semoga sekolah ini bisa menjadi sekolah yang bersih dan nyaman.
Aku melihat banyak hal-hal yang harus dihapuskan di sekolah ini. Tidak hanya penjual makanan di kantin, tidak hanya satpam, dan tidak hanya siswa-siswi, tidak hanya kondisi sekolah. Banyak juga guru yang diperlakukan tidak menyenangkan. Seperti Bu Fitri. Guru muda yang sepertinya kurang dihormati oleh siswa sekelasku. Saat ia sedang mengajar, siswa maupun siswi sering sekali mengabaikannya. Ada yang tertidur, ada yang bicara dengan teman sebangkunya, ada juga yang dengan entengnya keluar kelas dan makan di kantin. Aku mengingat-ingat hal-hal buruk itu dan kuselipkan dalam doa agar guru-guru yang sudah susah payah bekerja untuk mencerdaskan murid-muridnya lebih dihormati lagi. Agar pahlawan tanpa tanda jasa itu benar-benar menjadi pahlawan yang dihargai banyak orang. Tidak disepelekan seperti itu lagi.
Setelah kurasa semuanya sudah kudoakan, kuamini semua dua itu, dan kembali membuka mata.
Aku memanfaatkan waktu tadi untuk berdoa sebanyak-banyaknya, karena aku sadar, kini aku sudah jarang dizolimi oleh mereka. Entahlah, semenjak aku memenangkan perlombaan bulu tangkis, aku merasa orang-orang di sekolah ini memandangku tidak seperti awal aku menginjakkan kaki di sekolah ini. Aku merasa lebih disegani, tidak banyak lagi yang menjahiliku, tidak banyak lagi yang meledekku. Aku merasa jauh lebih nyaman sekolah di sini.
Tapi hal itu pula yang membuatku merasa kurang.Bukan maksudku ingin dijahili, tapi aku ingin diberikan kesempatan untuk berdoalebih banyak lagi. Aku ingin diperlakukan tidak adil (dizalimi) tapi itu hanyauntuk melancarkan doaku. Sebenarnya aku tidak mau, tapi jika dengan cara itu,doaku dikabulkan, aku harus menghadapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doa Untukmu ✓ END
Teen FictionIni adalah kisahku, Rama. Bocah yang selalu saja dijahili di sekolah. Bocah yang mencintai gadis cantik, namun tidak mampu mendekatinya karena merasa tidak layak. Namun, setelah berkali-kali menjadi korban keisengan anak-anak di sekolah, Tuhan membe...