Luka goresan benda tajam di sepanjang lenganku masih terasa perih saat aku menyentuhnya.Tidak.
Aku tidak terjatuh atau di lukai siapapun.
Aku melukai diriku sendiri.
Melakukan self harm, melukai anggota tubuhku dengan sengaja atau sesekali Cutting. ya, menggores nadiku sendiri dengan pisau ataupun cutter.
Untuk apa aku melakukannya?
Jelas, untuk melampiaskan kemarahan ku karena ketidakadilan yang terus datang di dalam hidupku.
Hingga tanpa ku sadari, pintu kamarku terketuk lalu terbuka dengan perlahan. menampilkan seseorang yang selama ini menjadi penyebab semua keterpurukan ku.
Dia berjalan pelan, menyeret langkah pendeknya untuk menghampiri ku yang kini bersandar lemah pada kepala ranjang.
"Bagaimana keadaan mu?" Ucapnya pelan.
Aku mengangkat wajahku, menatap kedatangannya dengan pandangan jengah.
"Sialnya aku masih hidup" jawabku datar yang akan selalu membuatnya menghela nafas panjang. Seperti biasanya.
"Jangan lupa untuk mengganti perban mu sebelum pergi tidur. kau baru saja kehilangan banyak darah hari ini" ucapnya lagi seraya menyentuh pergelangan nadiku yang kini di balut kain kasa tebal.
"Jangan dulu pergi ke sekolah jika kau belum merasa sehat, okay?" tambahnya.
Aku tertawa getir.
"Aku memang tak ingin lagi pergi ke neraka itu. Aku lelah terus di hina" gumam ku.
Ia menatapku nanar.
"Kau harus tetap bersekolah, nak. itu demi masa depan mu. Ibu akan pergi bekerja dan-"
Aku menatapnya sengit sebelum ia melengkapi kalimatnya.
"Menghisap kejantanan pria asing?" potongku seraya menatapnya sinis.
Ia terlihat berusaha tetap tenang dan mengatur nafasnya, sebelum memberiku senyum tipis dan ikut mendudukkan dirinya di kasurku.
Aku rasa ia sudah terbiasa dengan kalimat tajam ku.
"Ini demi masa depan mu" ucapnya lagi. Dengan sangat tenang.
Aku terkekeh begitu saja.
"Kau akan menjamin masa depanku dengan uang kotor?" ucapku kembali datar.
Tubuhnya menegang dan seketika menatap ku sangat horror.
"Jaga ucapan mu, Ellard! Aku melakukan semua ini hanya untuk mu. tidak kah kau bisa sedikit saja menghargainya?!" ucap nya dengan suara sedikit memekik.
Woah!
Aku kembali terkekeh getir.
"Aku tak pernah memintamu melakukan pekerjaan hina ini. bahkan aku sudah memintamu untuk berhenti. biar aku saja yang bekerja untuk mu. tapi kau terus menolaknya. bukan kah itu berarti kau lebih mencintai pekerjaan mu itu dari pada aku? Kau lebih menyukai ku yang terus di hina di sekolah karena memiliki Ibu seorang pelacur? Kau menyukai semua orang menjauhiku? Kau lebih menyukai aku berteriak histeris di sudut kamar yang gelap lalu melukai diriku sendiri karena terlalu frustasi? itu yang kau inginkan?!" jelas ku panjang lebar yang membuat nya seketika memejamkan matanya erat-erat.
Ia menelan salivanya dengan susah payah. Terlihat sekali ia tengah mati-matian menahan gejolak tangis yang mungkin akan segera meledak di tenggorokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...