"APA?!” hardik ku pada Allord yang saat ini tengah tersenyum santai di cerminnya.
“jadi ini alasan mu mengunci jiwa ku? kenapa kau tak membicarakannya terlebih dahulu? Kau?! Astaga, kau membuatku muak dengan semua kekonyolanmu itu, Al” lanjutku berteriak frustasi.
Bagaimana tidak. sepulang dari perjalanannya mengantar Vanilla, ia kemudian kembali meminta ku mengambil alih tubuhku lalu dengan santainya berkata jika Ia dan Vanilla telah resmi berpacaran.
what the hell!
Tidak kah ia mengerti jika aku masih takut? aku belum siap dengan sebuah komitmen seperti itu?
“Ya, aku mengerti. maka dari itu aku melakukannya. Ia gadis baik, mempesona dan cantik. aku tak yakin tidak ada pria yang mengejar-ngejarnya diluar sana. Aku hanya bergerak cepat sebelum semuanya terlambat dan membuat kita menyesal pada akhirnya. El, cinta akan tumbuh dengan sendirinya saat kau sudah mencoba membuka hatimu. Bangkitlah dari cinta pertama sialan mu itu. Dan Vanilla adalah gadis yang tepat" jelas Allord panjang lebar membuatku harus memijat pangkal hidungku dramatis.
“tapi kita baru saja mengenalnya selama beberapa hari, Al! Beberapa hari!” ucapku dengan nada tak percaya
"Lalu apa yang salah? Toh, Vanilla menerimaku jadi dapat dipastikan ia juga menyukai ku. Umm... maksudku kita" ucapnya kembali polos membuatku harus menarik rambutku dengan keras kebelakang.
"Fine. Lalu apa saja yang kalian lakukan tadi?" Ucapku berusaha meredam emosiku
"Aku mengajaknya makan pizza, mengantarnya pulang, memintanya menjadi kekasihku, lalu menciumnya.
Selesai" jelasnya yang membuatku membulatkan mataku di kalimat terakhirnya.“brengsek! Kenapa kau menciumnya? Dan bagaimana bisa semudah itu?" ucapku tak habis fikir.
Allord terkekeh sebelum menyeringai tipis
"Disaat kau sama sekali belum mendapatkan first kiss mu, huh?" Cemoohnya.
Sial!
"Lalu apa saja yang kau lakukan dengan cinta pertamamu dulu? kau gay?” lanjut nya membuatku kembali melebarkan kedua mataku padanya.
“aku.bukan.gay! aku normal! aku hanya menghargai dan menjaga apa yang seharusnya ku jaga” jawabku mantap membuat seorang Allord menatapku dengan satu alis matanya yang terangkat.
“bullshit! Look... apa kau tak merasa iri padaku? Bahkan aku sudah meniduri hampir seluruh gadis di kota ini. Lalu lihatlah dirimu, kita berada dalam satu tubuh yang sama, tapi kau selalu menolak untuk pergi ke club dan memanfaatkan pesona mu itu. kau tahu? Para gadis akan dengan senang hati melemparkan tubuhnya pada mu jika kau memang menginginkannya. kau hanya perlu menunjuk dan mereka akan dengan sendirinya datang padamu” ucapnya sangat panjang lebar.
Aku mengerang.
Obrolan macam apa ini?
“itu karna aku tidak sebrengsek dirimu, Allord" ketusku yang kembali membuatnya terkekeh.
“Kau terlalu naif, dude. Tidak ada cinta tanpa nafsu di dunia ini. ah! aku tahu kenapa Keanna meninggalkanmu... mungkin ia menganggapmu pria dingin berkelainan seks karna selama 2 tahun kalian berpacaran kau tak pernah menyentuhnya sedikitpun. Oh come on, El! Wanita juga memiliki gairah” cibir Allord kembali membuatku geram.
Dia sudah melampaui batasku.
“Brengsek!” teriak ku lalu dengan refleks meninju cermin besar di hadapanku dengan kepalan tangan hingga kini pecah berserakan dilantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...