5. Alter ego

3.2K 267 13
                                    

Hari ini aku tak ingin terlambat dan kembali mendapat tatapan tajam dari Dad.

Aku berusaha tidur cukup semalam dan bangun lebih pagi. Thats a point.

Setelah mengantar Zio karna mobil Mom belum kembali dari bengkel aku langsung memacu mobil ku menuju kampus. Membelah jalanan kota sebelum kemacetan akan menggagalkan niat baik ku hari ini.

Aku melirik jam di pergelangan tangan kiriku yang masih menunjukan pukul 7.30 pagi saat tiba di kampus. 30 menit sebelum kelas pertama ku dimulai. Aku tersenyum bangga.

Aku melangkahkan kaki ku turun dari mobil menuju kelasku di lantai dua, sebelum mendapati seseorang yang tengah duduk di koridor dan membuatku begitu saja merasa tertarik.

"El!" pekik ku seraya sedikit berlari menghampirinya.

Pria itu terlihat sedikit terkejut kemudian membenarkan posisi duduknya dan hanya menatapku datar.

What the...

Aku memperlambat langkah kakiku dan mengumpat saat menyadari aura berbeda yang menguar dari dirinya pagi ini.

Ia memangku sebuah buku tebal yang ku perkirakan berisi lebih dari 250 halaman. tak ada yang salah, hanya saja aku sedikit merasa aneh melihat perubahan sikapnya. kemarin ia begitu hyperactive dan sekarang ia menyendiri seraya membaca buku dengan sebuah kaca mata yang bertengger manis di pangkal hidungnya. Buku? Kaca mata?

Seriously?

"hai, Simba!" Ucap ku riang setelah menghampiri dan ikut mendudukan diriku disampingnya.

Ellard tak bergeming dan hanya melirik ku sekilas dari ekor matanya.

Hell!

"Buku apa yang tengah kau baca?" Tanyaku lagi seraya mengintip apa yang sebenarnya ia baca sedari tadi.

"Immortal?" Pekik ku tak percaya saat aku melihat sampul buku bergambar langit malam dengan bulan besar ditangannya itu.

"Kau juga membacanya? Astaga, ku kira hanya aku yang tertarik dengan karangan fiksi seperti itu" kekehku kemudian.

Ellard yang mungkin merasa risih segera menutup bukunya lalu beralih menatapku cepat.

"Apa aku mengenalmu?" Ucapnya polos.

Kekehan ku terhenti dan terganti menjadi sebuah tatapan horror.

What the fuck!

"Jangan bercanda" aku tertawa getir seraya menatapnya seolah ia adalah seorang pembunuh berantai yang baru saja tertangkap basah menggergaji wanita asing di garasi rumahku.

Ellard menaikan satu alisnya sebelum menutup matanya rapat-rapat hingga urat di dahinya terlihat menonjol.

Aku menatapnya semakin horror.

Apa dia kerasukan?

"Vanilla?" Ucapnya kemudian sesaat setelah ia kembali membuka mata dan menatapku was-was.

Aku meneguk salivaku sebelum menggaruk tengkuk leherku yang tak gatal.

"Ya. Apa kau sakit? Kau terlihat kurang sehat" ringisku yang membuatnya mengangguk pelan.

"Y-ya, mungkin" jawabnya terdengar sedikit ragu.

"Ah, ya. Aku ingin mengembalikan kemejamu. Sebentar" ucapku seraya membuka tasku lalu dengan cepat mengeluarkan kemeja beserta buku catatan yang ia pinjamkan kemarin.

"Kenapa kemeja dan buku ku ada padamu?" Tanyanya setelah menerima kembali barang miliknya.

Aku menaikan satu alisku.

ALTER EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang