"dude, kau menekan lebamku!" Luke meringis saat aku tengah mengompres wajahnya di kamarku.
Aku mendesis.
"aku seorang gadis, bodoh. Dan sebutan 'dude' hanya untuk pria" ketusku lalu kembali menekan es batu yang telah ku lapisi handuk kecil di wajahnya itu dan berhasil membuat Luke berteriak kesakitan.
Rasakan itu, Lucifer!
"kau hanya akan merusak wajah tampan ku!" rengeknya seraya menjauhkan wajahnya membuatku terkekeh pelan.
Ya, ku akui ia memang tampan. siapa sangka remaja bodoh yang baru beberapa bulan tak ku temui kini tiba-tiba saja berubah menjadi setampan ini. Atau aku yang baru menyadarinya?
Ia mengecat rambut coklatnya menjadi pirang, dengan mata abu-abu yang terlihat sangat cantik dikedua mata bulatnya.
Dia manis.
"bermimpi liar tentang ku?" suara Luke begitu saja mengejutkan ku.
Aku menatapnya cepat yang tengah menyeringai dan segera memukul kepala belakangnya yang membuatnya mengaduh.
"hey! Harusnya kau berterima kasih padaku karna aku telah menyelamatkan mu, Halfman" kesalnya seraya mengusap kepala belakangnya itu.
Aku berdecak malas.
"baiklah. terimakasih, Lucifer" ucapku seraya memutar mata jengah dan ia terkekeh.
"you're welcome your highness, Princess" balasnya dengan sangat tulus.
Aku ikut terkekeh.
"kenapa kau ada di kampusku? Kapan kau kembali dari Seattle? Bukan kah dulu kau berencana kuliah disana?" tanya ku yang kembali membuatnya terkekeh.
Lucas adalah teman masa kecil ku. Aku dengannya telah bersahabat sejak masuk Elementary school dan dulu rumahnya hanya berjarak beberapa blok dari rumahku.
"tidak. Aku memilih untuk melanjutkan kuliahku di kampusmu saja. yeay!" pekiknya senang.
apa?
"aku pulang sekitar satu minggu yang lalu. Setelah Mom meninggal aku memilih untuk menanangkan diri dan pulang" tambahnya lagi seraya mengacak rambutku gemas.
Tunggu!
"Mom Anne meninggal?" tanya ku pelan.
Ia mengangguk dan dengan itu mata ku memanas.
oh Mom Anne, beliau sudah ku anggap seperti Mom ku sendiri. Bahkan dulu, saat aku kecil keluarga ku dengannya akan selalu menyempatkan makan malam bersama atau pergi piknik setiap akhir pekan.
"ya, Mom meninggal karna kecelakaan" jelas Luke pelan.
Refleks, aku segera menarik dirinya dalam dekapanku, dan tak lama Luke ikut membalas pelukanku sedikit lebih erat.
"boleh aku bertanya sesuatu?" tanya nya seraya menarik diri. Aku mengangguk.
"kenapa Devian hampir memperkosamu mu?" ucapnya hati-hati.
Sial. aku menundukan wajahku dan sekuat tenaga menahan tangis.
oh ayolah, aku hampir di perkosa!
"dia memiliki obsesi gila padaku" gumam ku pelan.
"apa?!" hardiknya.
Aku menghela nafas sebelum mulai menceritakan semuanya. tentang pengakuan rasa ku dulu pada Devian. Ellard dan juga... Allord. Dan Luke mendengarkan cerita ku dengan sabar walau sesekali ia meremas jemari ku pelan saat aku terlalu terbawa emosi saat menceritakan beberapa bagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...