“untuk apa kau datang?” ucapku dingin dan sama sekali tidak mengangkat wajah ku untuk menyambut kedatangannya.
Ia terdengar menghela nafas sebelum menutup pintu kamarku di belakangnya.
“tentu untuk menemuimu” jawabnya lalu ikut mendudukan dirinya di ranjangku.
Aku yang tengah membaca buku terpaksa menutupnya dan segera menggeser duduk untuk menghindarinya.
“kau membaca Immortal? Sejak kapan?” tambahnya saat melirik sekilas judul buku yang ku baca.
“sejak kau pergi, dan ini satu-satunya cara menghilangkan rinduku padamu"
Tadinya. Tadinya aku ingin berkata seperti itu, namun segera ku urungkan. Dan justru mengangkat kedua bahuku acuh sebagai jawaban.
"kenapa kau sangat dingin padaku?” kembali, suaranya terdengar merajuk. Tapi ku abaikan.
Entahlah, hanya saja aku merasa begitu serba salah.
Setelah tadi malam Allord memaksaku kembali bertukar dan menjelaskan semua yang ia ketahui dari Vanilla tentang ku. Tentu saja, Allord menyumpah serapahiku, pria itu berkata jika aku adalah orang bodoh ter bodoh yang pernah ia temui, dan ia berkata jika aku... benar-benar tak pantas mendapatkan Vanilla.
Hatiku sakit.
Aku tahu aku bodoh. Vanilla melihatku berciuman dengan Keanna di depan matanya sendiri.
Pria macam apa aku ini? aku mencintai Vanilla. tentu saja! namun hatiku tak dapat menolak Keanna begitu saja setelah ia menjelaskan alasan kepergiannya dahulu. Astaga, ia sakit keras!
Aku Egois? Ya, aku tahu. Hanya saja... sial! Semua ini begitu rumit!
“Ellard?” suara Keanna kembali memanggilku pelan seraya menyentuh pundakku membuatku sedikit terkejut.
Aku mengerejapkan mataku beberapa kali.
“hmm?” ucapku
“apa ada sesuatu yang mengganggu fikiranmu?” tanyanya kembali pelan.
Aku menggeleng.“tidak. Dan kau belum menjawab pertanyaanku, Kean. untuk apa kau datang?” tanyaku berusaha mengintimidasinya.
“aku hanya merindukanmu...” lirihnya membuatku menarik nafas lalu menghembuskannya kasar.
Argh! Aku menarik rambutku frustasi.
“Kean, aku sudah memiliki kekasih. Okay? Sebaiknya kau menjaga jarak mu” ucapku yang seketika membuatnya menatapku sangat horror.
“jangan bercanda, El. Itu sama sekali tidak lucu” ucapnya seraya memaksakan tawa getirnya.
Aku menelan salivaku banyak-banyak.
“namanya Vanilla. Aku dengannya telah berhubungan lebih dari satu bulan yang lalu” jelasku untuk meyakinkannya.
Ia menggelengkan kepalanya pelan.
“dan kau mengkhianatiku? Seriously?” ucapnya masih dengan nada tak percaya.
Aku menaikan satu alisku.
“Mengkhianatimu dalam hal apa? bukankah kita memang sudah tak memiliki hubungan apapun?” ucapku.
Ia menatapku dengan pandangan yang sangat sulit ku artikan.
Astaga, disaat seperti ini lah aku berharap memiliki kemampuan membaca fikiran seperti Allord!“tapi... kemarin kau... membalas ciumanku. setelah sekian lama akhirnya kau menyerahkan ciuman pertama mu untukku “ lirihnya lagi.
Aku menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...