PRANG!
Gelas yang tengah kupegang terhempas begitu saja dan membuat beberapa bagiannya terpecah menjadi serpihan kecil.
Seolah benar-benar ikut menggambarkan bagaimana kondisi hatiku saat ini.Damn it!
Dengan refleks aku meletakan tangan ku di dada yang lagi-lagi terasa sesak.
Sekali lagi aku menatap ponsel ku dengan nanar, pada layar yang memperlihatkan sebuah foto yang sebenarnya tak ingin ku percayai.
Dia... dia kembali menyanyat luka yang baru saja ia jahit.
Di foto itu, yang entah sengaja atau tidak seseorang kirimkan padaku melalui nomor ponselnya.
Sial, mataku memanas saat aku mencoba mempercayai semua ini.
Dan aku hanya mampu tersenyum getir.
menangis? Tentu saja tidak. Aku tidak akan membuang-buang air mataku untuk berengsek seperti Ellard. maksudku, aku akan sebisa mungkin menahannya.
Damn! Baiklah, aku gagal. air mataku mengalir begitu saja saat merasakan dadaku semakin terasa sesak.
Aku kembali menatap ponselku,mencari kontaknya cepat lalu segera menghubunginya.
Tentu saja, semua ini harus di luruskan bukan?
“ya, babe?” sapa Ellard dengan nada suara antusias membuatku harus menelan salivaku dengan susah payah.
“aku ingin bicara” ucapku datar membuat panggilan ku hening beberapa detik.
“ada apa? 15 menit lagi aku akan tiba dirumah mu” jawabnya
“okay” jawabku singkat. tak menunggunya membalas aku telah lebih dulu mematikan panggilannya sepihak.
Sial!
***
*toktoktok*Pintu kamar ku terketuk saat aku membuang serpihan kaca terakhir dari gelasku kedalam tempat sampah.
"Ya, Mom? Masuk lah" ucapku seraya menatap cermin sekilas untuk memastikan hidung dan mataku tidak lagi berair.
Pintu terdorong ke dalam dan menampilkan Mom yang terlihat menggemaskan dengan piyama sutera berwarna pinknya.
“Ellard menunggu mu di bawah” ucapnya pelan
Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan.
“ya, aku akan turun” jawabku sedikit tak berminat membuat Mom menatapku penuh selidik.
"Kau baru saja menangis? Kalian bertengkar?" Terkanya yang langsung menohok hatiku.
Tak menjawab, aku hanya menatap Mom lirih tepat pada kedua manik kemerahannya yang saat ini terlihat begitu mengkhawatirkan ku.
"Dia tak membuatmu bahagia?" Tanyanya lagi.
Aku tersenyum getir.
"Entahlah Mom, ini begitu rumit" gumam ku yang membuat Mom segera memeluk ku singkat.
"Aku dan Dad mu juga memiliki hubungan yang sangat rumit. Bahkan lebih rumit dari cara menghitung masa bumi" kelakarnya yang seketika berhasil menaikan moodku. Aku terkekeh.
"Kau bisa mengakhirinya jika kau memang tak merasa nyaman, Vanny" lanjutnya terdengar serius.
Aku menggeleng.
"I'm fine, Mom" tegasku yang membuat Mom tersenyum kecil sebelum mengacak rambutku gemas.
"Jika begitu segera temui pangeran mu sebelum Dad pulang dan mengacaukan segalanya dengan sesi wawancara berlebihannya itu" ucap Mom seraya mendorong pelan punggungku menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...