17. GAP

2K 198 11
                                    

Ini jumat malam. dan seperti biasanya, aku akan berada di kamarku seraya bermain game hingga larut malam.

"Hai, Vanny-bunny..." suara Dad tiba-tiba saja datang dari arah pintu masuk.  Aku tahu ia baru saja pulang karna saat ini stelan kemeja lengkap masih melekat di tubuhnya.

"Hai, Dad. Bagaimana perjalanan bisnis mu di daratan Amerika?" Ucapku seraya menepuk sisi karpetku yang kosong meminta Dad untuk bergabung.

Dad menurut, ia meletakan tas kerjanya di ranjangku kemudian melipat kedua kakinya disampingku.

"Mereka membuat kita semakin kaya, sweety" kelakarnya. Aku berdecak.

Dad selalu berpergian, entah itu untuk meeting atau hanya sekedar kunjungan dadakan di anak perusahaannya.

"Kau selalu membuatku merindukan mu setiap saat, Dad" keluhku seraya menatapnya sendu.

Dad mengulas senyum tipis.

"Semua ini ku lakukan untuk masa depan kalian" ucapnya bijak. Dan aku selalu kalah telak saat masuk dalam pembicaraan seperti ini.

Aku menghela nafas panjang.

"Fine..." keluhku yang lagi membuat Dad terkekeh

"Ini jumat malam dan kau bermain Fifa?" Ucapnya seraya menatap layar televisiku

" lalu?" Jawabku yang membuat Dad menatapku dengan satu alisnya yang terangkat.

"Kekasihmu tak datang dan mengajakmu berkencan?" Godanya, aku memajukan bibirku sebal.

"Entahlah, Dad. Dia rumit" keluh ku lagi

"Lalu apa kau sudah tahu nama belakangnya?" Tanya lagi. Astaga!

"Yazid. Namanya Ellard Xavier Yazid. Dad puas?" Ketusku yang membuat Dad mengengguk-anggukan kepalanya kemudian terkekeh.

"Ah ya, aku pernah mendengar nama itu. Ayahnya pemilik perusahaan properti bukan?" Tanyanya lagi. Ya Tuhan, kenapa Dad selalu saja ingin tahu latar belakang seseorang?!

Aku mengangkat kedua bahuku acuh.

"Bagaimana jika kita double date?" Ucap Dad kemudian terdengar antusias.

Kini giliran ku yang menatapnya dengan satu alisku yang terangkat.

"Mom bersama Zio dan Aku dengan mu" lanjutnya gemas

Aku mengulum senyum. Dad selalu manis!

"Ya, aku akan mandi dan bersiap" ucapku senang yang di balas dengan Dad yang mengacak rambutku gemas.

"Berdandanlah yang cantik untuk ku, babe. Aku akan menunggu mu di bawah" ucap Dad sebelum ia bangkit dan kembali meraih tas kerjanya dan berjalan menuju pintu.

Aku menatap Dad haru.
Ia selalu mengerti apa yang aku butuhkan.

"I love you, Dad" pekikku yang di balas dengan kecupan jauh darinya.

***

Setelah perdebatan panjang akhirnya Dad menurut untuk memarkirkan Marcedez Benz nya di depan San Industrial Cafe yang pernah ku ceritakan menjadi cafe favoriteku selama ini.

"Padahal kita bisa makan malam romantis di restoran prancis favorite ku" keluh Dad sekali lagi.

"Ayolah Dad. Ini kencan kita. Aku tidak ingin terlalu formal" jelasku yang mana membuat Dad menghela nafas panjang.

ALTER EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang