Sudah satu bulan aku tidak lagi mengunjungi Keanna dirumah sakit sesuai permintaan nya tempo hari.
Namun aku akan selalu meminta Dr. Reizal melaporkan perkembangan kondisinya padaku. Setiap hari.
Jelas, aku tidak akan menuruti permintaan gila nya itu begitu saja bukan? Aku masih memiliki hati dan perasaan.
“bagaimana kondisinya saat ini?” tanya ku pada Dokter yang menangani Keanna melalui sambungan telepon.
“semakin buruk” lirih Dr. Reizal pelan membuatku menahan nafasku selama beberapa detik.
“apa maksudnya?” ucapku seketika meminta penjelasannya.
“Keanna terus menolak meminum obatnya. dan sekarang lihat, Virus itu sudah berhasil menghilangkan sebagian ingatan nya. ia sering lupa nama nya sendiri atau terus berceloteh tentang kenangan masa kecilnya seolah ia kembali kemasa saat ia di besarkan di panti asuhannya dulu. aku tak bisa melakukan apapun lagi, ini sudah fatal” jelas Dr. Reizal yang seketika membuat tubuhku menegang.
“tidak mungkin..” gumamku pelan
“aku bahkan sempat memprediksi jika hidup Keanna tak akan bertahan dalam kurun waktu satu minggu lagi “ Dr. Reizal kembali bersuara dengan suara pelan membuatku membulatkan mata ku cepat.
mataku memanas.
“tidak...” lirihku.
***
Dr.Reiza benar, belum genap satu minggu aku telah mendapat kabar duka yang selama ini mungkin ku hindari.
Dan Keanna juga benar. ia menang.
Lihat aku, sekarang aku tengah berdiri disini seperti orang bodoh menyaksikan pemakamannya dari jarak 5 meter.
Keanna ku tak mampu bertahan. Dia pergi...
Keluarganya datang dari New York dan terlihat begitu shock karna kabar menyedihkan ini. Aku tak dapat menghakimi Keanna yang memang enggan dan melarang siapapun memberi tahu keadaannya pada siapapun saat ia dirumah sakit dulu. Dan itu semakin membuat suasana penguburannya begitu dramatis.
“El...” ucap sebuah suara lembut menyadarkanku.
aku berbalik dan mendapati Vanilla tengah tersenyum padaku seraya mengusap lenganku naik turun.
Aku mengerti ia hanya mencoba menenangkanku. Namun entah mengapa menatap wajahnya semakin membuat air mataku luruh. aku memiliki janji tentang nya pada Keanna. Dan itu harus ku tepati.
“kau melakukannya, El. kau menepati janji mu. Keanna mendapat kebahagiaan terakhirnya karna mu” ucap Vanilla pelan seraya menyandarkan kepalanya di bahu kanan ku.
Aku tertawa miris.
“menyaksikan proses penguburannya dari jarak 5 meter dengan mengenakan Kemeja dan kacamata hitam pemberiannya seperti ini? Ia meramalkan kematiannya sendiri, Vanilla. Dan dengan konyol nya ia memintaku menyaksikan pembenarannya sekarang!” ucapku dengan air mata yang tak sedikitpun berhenti mengalir di kedua pipiku.
“itu pilihannya, El. Kita tak berhak mengatur apapun. Jangan menangis, Keanna akan sedih melihatmu menangis di pemakamannya seperti ini” ucap Vanilla seraya mengusap air mata di pipiku dengan kedua ibu jarinya.
Oh Sayang, tidak kah kau juga bercermin? Kapan kau juga akan menghapus air mata itu di pipimu?
Aku menarik Vanilla ke dalam pelukanku dan kembali menangis bersama seperti beberapa menit yang lalu.
Ini terlalu sakit, Keanna. Tidak bisa ku pungkiri aku pernah mencintaimu dengan sangat dan sekarang harus melihat tubuhmu di kebumikan di depan mataku sendiri. hatiku seperti di hujam puluhan belati. Sakit. aku belum membahagiakan mu, setidaknya sebagai sahabatmu.
“aku yakin Keanna tengah menertawakan kita. lihat lah, kita terlihat sangat mengenaskan hanya untuk menangisi kepergiannya” kekeh Vanilla di pelukanku.
Tidak, Vanilla. jangan pernah memaksakan kekehan palsu itu untuk menutupi kesedihanmu.
“ya. Dan jangan sampai ia tahu kebenarannya tentang ini. aku yakin ia pasti akan besar kepala, menari lalu mencemooh ku” ucapku yang membuat Vanilla semakin terkekeh seraya mengusap air matanya dengan kasar.
Aku memilih untuk mengedarkan pandanganku kesegala arah.
Keanna, aku tahu kau disini.
***
“apa kau sudah memberitahu Allord tentang kepergian Keanna?” tanya Vanilla seraya mendudukan dirinya di atas velvet couch yang terdapat di sudut kamarku.
Aku menghembuskan nafasku kasar lalu ikut mendudukan diriku di sampingnya.
“Allord semakin sering menghilang sesuka hatinya. dan satu minggu ini pula ia tak menjawab mindlink ku” keluhku pelan.
Vanilla menundukan wajahnya.“dulu Allord lah yang memintaku untuk tetap bertahan dan membuatmu lebih mencintaiku saat Keanna kembali. aku melakukannya. dan sekarang kenapa ia ikut menghilang? Apa ia juga akan pergi?” lirihnya pelan.
Aku mengusap bahunya naik turun untuk menenangkannya.
“dia tidak akan pergi kemanapun. kami terlalu mencintaimu” jawabku pelan.
Vanilla segera mengangkat wajahnya lalu menatap mataku lekat-lekat.
“me too” jawabnya seraya menyunggingkan senyuman manisnya.
astaga, aku jatuh di senyuman itu. jatuh sangat dalam dan tak memiliki niat sedikitpun untuk bangkit, biarkan aku tenggelam disana. di lautan pesona nya.
“Vanilla...” ucapku pelan membuatnya menatapku
“hmm?” gumamnya
“are you volcano?” ucapku.
Vanilla menatapku bingung dengan satu alisnya yang terangkat
“because I Lava you” tambahku yang membuatnya mendengus lalu terkekeh geli.
“itu rayuan paling menggelikan selama hidupku. oh, aku tersanjung” sarkasnya seraya berpura-pura menghapus air mata di sudut matanya yang sama sekali tak ada.
“kau lagi-lagi merusak keromantisan ku” aku merajuk, dan ia kembali terkekeh.
“El...”panggilnya pelan
“hmm?” dehem ku malas.
“are you Mcdonald?” ucapnya geli.
aku menaikan satu alisku. Jadi ia ingin membalas rayuan ku, huh?
“because I’m lovin’ it” tambahnya
“ewh...” jawabku berpura-pura muak
Dan ia tergelak dalam tawa nya yang menggemaskan. Tawa favorite ku.
“oh thats so hurt” ucapnya seraya memegang dadanya dramatis saat mendapatkan ekspresiku.
Dia gila.
“Vanilla...” panggilku lagi yang membuat menatapku jengah
“what now?”ucapnya membuatku gemas.
“Does it hurt when you fell from heaven?” godaku padanya.
Hening beberapa detik sebelum ia mengerutkan hidungnya geli.
“No, because i cut my knees when i crawled from hell” jawabnya santai.
Damn!
Dia pintar! Walau sebenarnya bukan ini jawaban yang ku harapkan. tapi shit, aku begitu bangga dengan jawabannya.
And she's ma girl!“you are sassy queen” jawab ku seraya menunjuk-nunjukan telunjuk ku di dahinya.
Ia terkekeh dengan wajahnya yang memerah.
Ya Tuhan, aku mencintai gadis ini dengan gila.
Dan Keanna. Aku harap kau memegang janjiku untuk selalu menjaga Vanilla dengan seluruh hidupku.
Go to heaven, Keanna... all good girl go to heaven...
****
Keanna 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...