10. No fuckin way

2.4K 196 8
                                    

"Hey, kenapa kemarin kau tak membalas pesanku lagi?" Caramel tiba-tiba saja datang dan mengejutkan ku saat aku tengah menikmati makan siangku di kafetaria.

Sial.

"Umm... ponselku habis baterai?" Ringisku yang membuatnya menatapku penuh selidik sebelum ikut mendudukan dirinya di depanku.

"Okay... " acuhnya sebelum mulai meminum jus apelnya dengan nikmat. Aku terkekeh.

"Aku berpacaran dengan El" ucapku cepat yang membuat gadis itu seketika tersedak minumannya lalu segera menatapku dengan tatapan membunuh.

"Holy shit! You what?!" Pekiknya yang membuatku memutar mata.

"Kau mendengarnya" ucapku singkat. Caramel segera memijat pelipisnya dramatis seolah ia baru saja mendengar kabar buruk yang berhubungan dengan masa depan kehidupan makhluk bumi.

"Tell me you're joking. Thats not funny, okay?" Ucapnya lagi. Kali ini dengan tatapan yang sangat seriusnya.

"Kenapa kau sangat berlebihan?" Ucapku tak mengerti membuat Caramel kembali menatapku horror.

"Vanilla, my babe. Bukankah aku pernah berkata jika Ellard itu sedikit 'aneh'? Dia begitu dingin untuk menjadi seorang manusia!" Ucapnya lagi. Aku mengangguk malas.

Tentu, Ellard dingin. Tapi tidak selalu, terkadang ia juga brengsek dan menyebalkan.

"Aku tahu" ucapku lagi yang membuatnya segera menatapku intens.

"Dan kau tak merasa aneh? Listen to me, Vanilla... kau ingat saat aku berkata jika aku mengenalnya semasa highschool?" Ucapnya lagi. Kini aku menatapnya begitu tertarik.

"Kau pasti akan menganggapku gila jika aku berkata bahwa aku pernah memergoki Ellard di sebuah club malam dengan ia yang mencumbu 2 gadis sekaligus" bisiknya pelan. Kini mataku yang balik menatapnya sangat horror.

No fuckin way!

"Demi Tuhan, Vanilla. Bukan hanya aku yang pernah melihat kebrengsekannya. Bahkan hampir semua siswi populer di highschoolku juga mengaku pernah menghabiskan malam panjang bersama Ellard. Gila bukan? Namun ada satu hal yang membuat sebagian orang tak percaya karna di waktu yang bersamaan juga ia akan berubah sangat dingin dan tertutup. Begitu terlihat polos dan tak berdosa" lanjutnya lagi. Tubuhku meremang.

"Itu tidak mungkin" ucapku seraya tertawa getir.

"Aku baru saja ingin memperingatimu untuk tidak terlalu..."

"Hai, babe"

kalimat Caramel terpotong begitu saja saat Ellard tiba-tiba saja datang dan langsung mengecup pipiku singkat, yang mana membuat gadis didepanku ini kembali membulatkan matanya lebih horror dari sebelumnya.

"Hai El..." jawabku pelan yang di balas dengan senyum manis pria itu.

"Dia temanmu?" Ucap Ellard seraya menatap Caramel yang belum juga merubah cara tatapan nya.

"Ya, dia Caramel. Kita satu fakultas. Bukan kah ia juga teman mu semasa highschool?" Ucapku yang membuat Ellard menaikan satu alisnya sebelum mengangkat kedua bahunya acuh.

"Entahlah, aku tak ingat" jawabnya polos.

"Aku akan menemuimu sebelum kau pulang" lanjutnya terlihat tergesa.

"Dan kemana kau akan pergi?" Tanyaku

Ellard kembali memberiku senyuman.

"Aku akan ke fakultas ilmu psikologi. Bye, Nalla!" Jawabnya sebelum kembali mengecup pipiku dan pergi berlalu.

Aku menatap punggung nya menjauh dengan sesak yang mulai menekan dada ku perlahan. Apakah semua yang Caramel ucapkan adalah nyata?

"Kau lihat itu? Kau tak merasa ada yang aneh dengannya? Dia menyeramkan!"

Ya, Caramel segera menyuarakan pendapatnya yang mana tak mampu ku jawab satu patah katapun.

"Ini kali pertama aku melihat seorang Ellard membuka mulutnya di depanku, Vanilla! Demi Tuhan. Dan apa tadi, dia akan pergi ke fakultas psikologi? Psikologi!" Erangnya lagi.

Cukup!

Aku segera meraih tasku lalu bangkit dan meninggalkan Caramel yang terus memanggil namaku yang sama sekali tak kuhiraukan.

***

Aku menunggu Ellard selama hampir 15 menit dan sama sekali tak menemukannya muncul dimanapun. Bahkan ia bolos di kelas Mr. Johanson dan sama sekali tak membalas pesan ku!

Astaga! Kemana sebenarnya pria itu pergi?!

Aku memilih untuk mendudukan diriku di dalam mobil dan menunggunya disana.

Ah mobilku...

Aku meninggalkannya semalaman dan harus meminta Dad mengantarkan ku ke kampus pagi tadi.

Dad...

Aku mengeluarkan ponselku lalu segera menghubunginya

"Ya, Sweetheart?" Sapa Dad dari sebrang telepon membuatku tersenyum kecil. Dad selalu memiliki panggilan manis untuk ku.

"Hai, Dad. Apa kau sudah meminta bengkel untuk memeriksa mobilku?" Ucapku yang mana membuat Dad terdengar mendesah pelan.

"Astaga, aku lupa. Bagaimana jika kau pulang naik taksi? Akan ku kirim pihak bengkel untuk membawa mobilmu sore nanti" jawabnya. Aku ikut mendesah pelan.

"Apa Dad tak bisa menjemputku saja?" Pintaku

"I'm so sorry Princess... Dad sangat sibuk hari ini. Kau mengerti, bukan?" Jawabnya pelan

Tentu, Dad. Kau selalu sibuk setiap detiknya.

"Alright, aku akan pulang naik taksi" ucapku akhirnya

"Okay. Bye, Milkshake. I love you" ucap Dad kembali membuatku terkekeh pelan.

"Bye, Dad. I love you too" ucapku sebelum memutus panggilan ku sepihak.

Aku mendesah panjang.

Kembali menatap jam di pergelangan tangan kiri ku yang saat ini telah menunjukan pukul 4 sore dan Ellard sama sekali belum menemuiku.

Apakah aku pulang saja?

Aku baru saja hendak membuka pintu mobilku sebelum pria yang kucari sedari tadi tiba-tiba saja berjalan di depanku bersama seorang gadis yang sama sekali tak ku kenal.

Mereka baru saja keluar dari fakultas ilmu psikologi dan terlihat begitu akrab satu sama lain.

Dan aku harus menelan salivaku dengan susah payah saat tak lama setelah itu Ellard terlihat memeluk gadis di hadapannya sebelum memasuki mobilnya dan pergi berlalu.

Okay, dia juga melupakan janjinya padaku.

Fine...

****

Bang El jahara :(((

ALTER EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang