Aku tengah bermain game Fifa bersama Zio dikamarku sebelum Mom membuka pintu dan masuk begitu saja.
"Vanilla, ada seorang pria yang mencarimu" ucapnya gemas yang mana membuat fokusku teralihkan.
apa?
"Yeah! Kau kalah, Loser!" Suara Zio terdengar dan kulihat kini ia telah berhasil membobol gawang milik ku. Sial. Aku segera melempar stick milik ku ke arahnya lalu menanggapi Mom.
"Apa aku mengenalnya, Mom? Apa dia temanku?" Ucapku yang membuat Mom terlihat berfikir dengan menempelkan telunjuk di dagunya.
"Tidak. Mom baru melihatnya hari ini. Atau mungkin ia teman kampusmu?" Ucapnya
Tunggu, teman kampus ku?
"Apa rambutnya ia ikat menjadi bun?" Tanyaku. Mom menggeleng.
"Tidak, ia menggeraikan rambutnya. Dan Ia tampan" jelas Mom dengan sedikit nada antusias di kalimatnya.
Holy moly!
"Ellard" gumamku
"Umm... Mom, apa Dad sudah pulang?" Lanjutku hati-hati. Mom menggeleng pelan.
Great!
"Okay, aku akan turun dan menemuinya" ucapku yang membuat Mom mengangguk cepat.
"Ya, jangan pulang terlalu malam, younglady" ucapnya kembali gemas.
Huh?
"Hey! Bagaimana dengan permainan kita?" Zio kembali bersuara seraya mengacungkan stick ku yang tadi ku lemparkan padanya.
"Mom akan menggantikan ku!" ucapku sebelum berjalan menuju pintu dan menuruni tangga dengan langkah cepat.
Tapi, aku tak menemukan Ellard dimanapun.
Apa Mom mengerjaiku? Tapi tidak mungkin bukan? Untuk apa Mom melakukannya?
Aku menggeleng pelan sebelum memilih untuk berjalan menyusuri ruang tamu menuju pintu keluar dan membukanya.
Dan aku memukan pria yang ku cari disana, tengah menyandarkan tubuhnya di pintu mobil seraya memainkan ponselnya.Ia mengenakan kaus putih dengan jaket kulit juga boots favoritenya.
Aku menghela nafas lega.
"ya Tuhan, kau lama sekali" Ellard bersuara seolah tahu kehadiranku disaat ia sama sekali tidak mengangkat pandangannya dari layar ponsel.
Tentu saja, cenayang.
Aku berdecak seraya berjalan mendekatinya.
"Untuk apa kau datang menemuiku?" Ucapku ketus, membuat Ellard segera membenarkan posisi berdirinya lalu memasukan ponselnya kedalam saku jeans ketatnya.
Ia tersenyum manis, seperti lelehan madu di musim panas.
"Kau marah?" Tanyanya dan sama sekali tak kuhiraukan.
"Maafkan aku karna meninggalkan mu siang tadi. Sungguh, aku memiliki pertemuan yang tak bisa ku batalkan" lanjutnya membuatku memutar mata jengah.
Pertemuan dengan gadis asing di fakultas psikologi, huh?
"It's no a big deal" ucapku akhirnya seraya memaksakan sebuah senyum tipis.
Ellard membalas senyumanku dengan kekehan lebar.
"Bagaimana jika kita pergi menonton? Makan malam atau sekedar berjalan-jalan?" Tawarnya
Aku menatapnya penuh selidik,
Merayu?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...