Aku harap Dad tak menanamkan gps di tubuhku ataupun mengirimkan mata-mata untuk mengawasi gerak-gerik ku akhir-akhir ini.
kembali aku menyesatkan diriku pada cairan bening yang terasa membakar tenggorokanku. kembali pada minuman memabukan ini, menghabiskannya gelas demi gelas lalu berharap efek nya akan sedikit mengalihkan kegusaran ku.
“hanya orang-orang menyedihkan yang datang kesini”
Sebuah suara tiba-tiba saja terdengar dan mengejutkanku, disusul dengan seseorang yang ikut mendudukan dirinya di kursi bar tepat di sampingku dengan segelas wine di tangannya.
“Caramel?” ucapku berusaha memastikan penglihatan ku karna penerangan di club ini benar-benar sangat buruk.
“ya, kenapa kau ada di sini, Vanilla? Aku tak ingin melihat namamu menjadi headline pemberitaan buruk di media online besok pagi, okay?” ucapnya santai yang langsung menohok hatiku. Sial, dia benar.
Tapi aku tak perduli.
“Ellard” gumam ku pelan dan membuatnya semakin mendekatkan dirinya merasa tertarik.
“really? kenapa dengan si gunung es itu?” tanyanya seraya mulai menyesap wine di gelasnya perlahan.
“dia tidur dengan wanita lain” ucapku datar yang langsung di sambut semburan wine dari mulutnya.
"Wait, what?" Pekiknya. Aku memutar mata.
“Kau membasahi bajuku” desisku seraya menatapnya jengah.
“sorry..." ringisnya
"Tapi aku hanya terkejut okay? Ellard meniduri wanita lain? Damn! Akhirnya kau tahu kebrengsekan pria misterius itu" Caramel terdengar menggerutu disaat matanya menatap ku sedikit prihatin.
Bitch! Aku benci merasa di kasihani.
“dia normal” ucapku refleks yang membuat Caramel menatapku horror.
"Kau membelanya?!" Hardiknya
Aku mengangkat kedua bahuku acuh. Astaga, kenapa aku membelanya? Sial, ku rasa aku mabuk.
“dia meniduri mantan kekasihnya” lanjutku malas.
“mantan kekasih? maksudmu Keanna?” tanyanya cepat. Dia tahu?
aku mengangguk pelan.
“terdengar sangat janggal. Ku fikir mereka pernah memiliki hubungan yang sehat ” ucapnya terlihat menerawang.
Aku menaikan satu alisku.
"Maksudmu?" Tanyaku pelan
“kau tahu, Keanna adalah 'gadis baik-baik' dari keluarga terpandang. Dia cukup pendiam saat highschool. Mereka hanya akan mengobrol di perpustakaan atau menghabiskan waktu dengan saling bertukar buku di kelas atau mengikuti perlombaan sains secara grup” jelasnya santai seraya menyesap sisa wine nya kembali.
"It's so boring" desisku yang membuat Caramel terkekeh pelan.
"Ya, sekarang apa kau mengerti saat aku berkata jika kekasihmu sedikit misterius dan menyeramkan?" Kelakarnya. Aku mengangguk cepat.
Ya, Ellard-mereka misterius dan menyeramkan. Astaga, bagaimana mungkin aku mencintai pria dengan dua kepribadian seperti mereka?
Oh, ralat. Aku hanya mencintai salah satunya. Allord. Aku hanya mencintai Allord.“lalu kenapa kau disini, Cara?” tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Caramel membenarkan letak duduknya sebelum mendesah panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...