Kembali ku pandangi pantulan diriku di cermin. skinny jeans hitam yang sengaja ku buat robek di kedua lututnya, kaus putih bertuliskan 'i am a lucky bitch' beserta jaket jeans favoritku. ku sisir rambut panjang hitam ku lalu membiarkannya tergerai begitu saja hingga menutupi setengah punggungku.
Aku tahu aku tidak tumbuh seperti kebanyakan gadis lainnya yang mungkin lebih suka mengkoleksi lusinan dress atau highheels daripada kaus polos dan sweater sepertiku.
But whatever, seperti apa yang pernah Dad katakan,
'don't be afraid of being different. Be afraid of being the same as everyone else'
Ya, Aku mengangguk bodoh seperti gadis sinting saat kembali mengulang kalimat Dad tadi di otak ku.
"Baby? Kau sudah siap? Ayo turun dan sarapan" suara Mom yang datang dari arah pintu membuatku terkejut dan kembali pada kenyataan.
Aku hanya mengerejap sebelum berbalik dan ikut menatap Mom yang hanya menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamarku.
"Gimme 5 minutes, Mom" Ucapku seraya memberinya senyum polos dan selalu berhasil membuat Mom terkekeh pelan.
"Alright, princess. Suit yourself" ucap Mom kemudian sebelum ia kembali menutup pintu kamarku begitu saja.
Okay. Aku menarik nafas dalam sebelum kembali menatap diriku di cermin, memastikan tak ada satupun yang kurang dari penampilan ku sebelum meraih sepasang converse dan memakainya cepat.
Everyone likes converse, especially me. crazy.
Aku bergegas turun dari kamar dan entah mengapa langsung di sambut dengan Dad yang melipat kedua tangannya di depan dada. Oh, jangan lupakan matanya yang kini menatap ku sangat intens.
What?
"Apa kau benar-benar berniat untuk terlambat di hari pertama kuliahmu, Milkshake?" Ucapnya datar.
Aku memberinya senyum polos sebelum menjatuhkan pandanganku pada Mom yang tengah membereskan meja makan dan terlihat sama sekali tak terganggu.
Oh, Mom. I need a help.
Aku menggaruk tengkuk leherku yang tak gatal.
"I'm sorry, Dad. aku tidur terlalu larut semalam" ringisku pelan.
"Dia bermain game fifa hingga pukul 2 pagi, Dad"
Tiba-tiba saja Zio ikut memperkeruh suasana dengan ikut mengolok ku dan membuatku segera menatapnya tajam.
Damn, Dari mana pria kecil itu tahu?!
"Benar begitu?" Suara Dad kembali menginterupsi dan membuatku tersadar.
"Umm... y-ya, aku terlalu gugup dan tak dapat tidur, Dad" jelasku yang membuat Dad menatapku sekali lagi sebelum menghela nafas panjang.
Sedangkan Zio? Ck! Bocah itu mendengus di kursinya.
"Tapi tidak di hari pertama kau akan masuk kelas mu, Vanny-bunny. Ayo, sekarang kau habiskan sarapan mu lalu segera berangkat" Lanjut Dad seraya mendorong bahuku pelan menuju meja makan dengan sepiring sandwich tuna favorite ku.
Oh yeah!
Aku segera menatap Zio dan memberinya seringaian terbaik ku.
Semua orang tahu jika aku adalah anak kesayangan Dad.
"Daddy's girl" dengus Zio yang masih mampu ku dengar.
Aku terkekeh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...