Aku membuat dua cangkir teh dan menyimpan nya di meja pantry seraya menunggu Vanilla turun.
Karna di cuaca seperti ini hanya ini minuman yang ku rasa cocok untuk menghangatkan tubuh selain kopi ataupun coklat panas.“apa yang kau lakukan, El?” ucap sebuah suara manis memaksaku memutar kepala ku ke belakang. Mendapati Vanilla tengah berjalan menuruni tangga dengan rambutnya yang masih terlihat sedikit basah.
Dan ia juga memakai kaus putih ku.
umm... maksudku kaus milik Allord yang tertinggal di lemariku. aku tidak memiliki pilihan pakaian lain selain Polo dan kemeja.ya, selera kami memang begitu berbeda.
“aku membuat teh hangat untuk mu. Duduklah” pintaku yang membuatnya segera mendekat lalu mendudukan dirinya di kursi pantry .
“smell good” gumam nya polos saat uap hangat dari teh nya terlihat mengepul di wajahnya.
“bagaimana? Kau suka?” ucapku saat menatapnya yang mulai menyesap nya hati-hati.
"Hmm.. ini..." gumamnya dengan kedua sisi wajahnya yang merona.
"Bagaimana perasaan mu? Merasa lebih baik?" Tanya ku lagi kemudian ikut menyesap teh ku perlahan.
"Teh apa yang kau seduh?" Ucapnya. Aku tersenyun.
"Honey Pheonix Oolong" jawabku singkat yang membuatnya mengangguk pelan.
"Pantas rasanya begitu kuat. seperti biji chery. Sedikit manis dan pahit di akhir" jelasnya panjang lebar. Aku menatapnya dengan sangat tertarik.
"Aku tak tahu jika kau begitu paham tentang teh" ucapku. Ia tersenyum.
"Mom ku sangat tidak suka kopi. Jadi ia lebih sering membeli beberapa jenis teh" jelasnya. Aku mengangguk pelan.
"Kau harus mencoba Vanilla Rooibos, itu jenis teh favorite ku. Rasa dan manisnya ringan. Dan tidak mengandung kafein" lanjutnya. Aku kembali merasa tertarik.Dia pintar dan begitu unik.
“badainya sudah reda. apa kau ingin aku untuk mengantarmu pulang sekarang?” ucapku seraya melirik nya yang telah menghabiskan setengah teh di cangkirnya.
“Ya. Itupun jika kau tidak keberatan” ucapnya sedikit meringis. Aku tersenyum kecil.
“tidak. tentu saja tidak, My Lady” jawabku yang membuat nya mengulum senyum.
Dan entah mengapa melihat senyumnya itu berhasil membuat sesuatu di perutku tergelitik dan kembali merasakan sensasi yang selama ini ku rindukan.
Apa aku siap kembali membuka hatiku?
“biarkan aku mengantarnya pulang, El”
Sebuah suara menggema di otak ku.
Aku menutup mataku cepat.“kenapa?” tanyaku.
“aku akan melakukan sesuatu” jawab Allord di kepalaku.
“what? melakukan apa? Dont you dare,okay?" ucapku.
“tidak perlu cemas. cepat temui aku dicermin” ucapnya lagi.
Aku berdecak sebelum kembali membuka mata.
Untung saja Vanilla tidak memperhatikan ku saat tengah melakukan mindlink dengan Allord tadi. Gadis itu justru sibuk menatap sekeliling dan interior dapurku dengan mata bulat berbinarnya. dia manis.
“jangan terus mengaguminya dalam hatimu, bodoh! kau menggelikan”
Suara Allord kembali menggema di otakku membuatku mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...