“tequilla dingin, please” ucapku pada seorang bartender saat aku mendudukan diriku di kursi bar seorang diri.
Kau benar-benar terlihat sangat menyedihkan Luke!-batinku meringis.
Aku mendesah panjang.
Aku benar-benar tak habis fikir.
Vanilla, gadis yang ku impikan kini berubah.
Berubah demi seorang pria yang ku rasa tak lebih baik dari ku.Seperti hari ini.
Ia melupakan hari lahirku!
Oh, man.Aku tahu jika aku sudah terlambat untuk mendapatkan hatinya setelah tahu ia memiliki kekasih.
Tapi tidak bisakah ia tetap menganggapku sebagai sahabat?Oh maaf, mungkin juga semua ini salahku.
Terlalu memperdulilakan seseorang yang sama sekali tidak memperdulikan ku.Sial.
Kembali aku menyapu pandanganku ke sekeliling Club yang selalu dipenuhi dengan manusia-manusia pencari kenikmatan duniawi. bercumbu, menari liar di dance floor atau hangover bersama puluhan botol wine.
Itu sudah sewajarnya sebuah club bukan?
Bahkan ini belum apa-apa di banding club malam Seattle. Jauh lebih parah dan liar.
Pandangan ku tertuju pada seorang gadis manis yang tengah duduk di pangkuan seorang pria asing dengan mesranya, atau beberapa pasangan lain yang terlihat menari bersama di bawah sorotan lampu disko dan tenggelam dalam musik yang dimainkan diskjoki. Refleks aku membuang wajah dan mendengus. Hatiku benar-benar memanas melihat pandangan memuakan seperti ini.
“hei, Nona. itu bukan untuk mu” suara Bartender didepan ku dengan begitu saja membuatku tersadar.
Aku melihat ia tengah menatap tajam seorang gadis berambut cokelat gelap yang kini memegang segelas tequilla dingin.
hey, Itu pesanan ku!
"ini milik ku” Gadis itu bersuara parau sebelum meneguk minuman ditangannya dalam satu kali tegukan.
shit! kurasa ia sudah gila.
“tapi..”
“tak apa, buatkan lagi untuk ku” potongku cepat yang membuat bartender tadi menatapku sekilas lalu segera menganggukan kepalanya patuh.“thanks umm...” ucap gadis itu seraya mendudukan dirinya di sampingku.
“Luke, nama ku Luke” jawabku.
“ah ya, thanks lukey, nama ku Dara. Andara Rosswell" jawabnya seraya mengulurkan satu tangannya. Aku menerimanya dengan ramah. Dia manis.
"Aku Lucas Edward" ucapku lagi.
Gadis itu tersenyum menggemaskan sebelum menarik kembali tangannya.
"Kau tak menari disana seperti yang lain?" Ucapku seraya menunjuk kerumunan di tengah-tengah.
Ia menggeleng keras.
"Aku datang bukan untuk membiarkan tubuh ku di jamah olah pria-pria hidung belang, okay? Aku datang hanya untuk minum" jawabnya.
Woah.
Aku kemudian memilih untuk memperhatikan dirinya diam-diam.
Sebuah kaus ketat berwarna hitam, jaket jeans, dan juga sepatu converse usang.
Look so adorable.
Dia terlihat begitu nyaman dengan apa adanya dirinya. Tak perduli dengan kebanyakan gadis seusianya yang mungkin berlomba membuat pakaian mereka seminim mungkin hanya untuk menarik perhatian lawan jenis.
"Kita memiliki mata abu-abu yang sama” kekehnya kemudian dan berhasil mengembalikan ku kedunia nyata.
Aku mengerejap sebelum menggaruk tengkuk leher ku yang tak gatal.
Ya, sama percis. Walau manik kelabunya kini terlihat sedikit memerah karna efek alkohol.
She's cute as fuck.
Seorang bartender berbeda akhirnya menyajikan satu gelas tequilla baru untuk ku dan aku segera menyesapnya perlahan.
“gen mu campuran?” tanyaku berusaha memecahkan keheningan, ia mengangguk.
“ya, My father. ireland” ucapnya yang membuat ku menatapnya cepat.
“mee too. My Mother came from there” ucapku yang membuatnya menatapku sangat tertarik. lalu kemudian terkekeh.
“where?” tanyanya.
“Dublin, you?” ucapku, ia mengangguk paham.
“hanya berjarak 12 kilometer darimu dan hanya memerlukan 15 menit untuk menyetir” jawabnya yang mana membuatku harus berfikir selama beberapa detik.
“Dun Leary, isn’t?” tebakku.
Tak terduga, ia mengangguk antusias.
Kota dermaga di pesisir timur irlandia. bagaimana mungkin aku tak mengetahuinya? Mom beberapa kali mengajakku berlibur kesana saat aku kecil dulu.
“dan kau di sini untuk?” tanya nya.
“aku mengikuti Ayahku disini dan berkuliah. bagaimana dengan mu?” ucapku.
Ia tiba-tiba menekan bibirnya menjadi garis lurus.
“aku tinggal bersama nenek ku setelah keduaorang tua ku meninggal” lirihnya pelan.
“why?” tanya ku refleks.
Dan aku harus menyesali ucapanku saat Andara justru menatapku lirih.
“car accident when I was 10” jawabnya seraya memaksakan sebuah senyum tipis.
Kini giliran aku yang tersenyum getir.
“the same accident” jawabku.
“ibuku juga meninggal dalam kecelakaan yang sama" tambahku yang membuatnya segera mengusap lengan ku pelan.“warna mata kita sama, kita berasal dari negara yang sama, juga kehilangan orang tua karna tragedi yang sama. Hell, Lukey! Apakah ini kebetulan atau takdir?” ucapnya dengan nada gemas membuat sesuatu bergejolak di dalam dadaku.
Oh Andara!
“bagaimana jika besok kita makan malam?” usul ku to the point yang membuat Andara segera membulatkan matanya.
Ia kemudian terlihat mengerejapkan matanya beberapa kali dengan semburat merah yang perlahan merambat mewarnai pipi putihnya.
"Tapi kita bahkan baru saja bertemu beberapa menit yang lalu. Bisa saja kau seorang pembunuh berantai" kelakarnya.
Aku terkekeh.
"Ya, selalu saja ada kemungkinan. Tapi tidak, aku sudah pensiun sejak lama" ucapku yang membuatnya tertawa seraya meninju pelan lenganku.
God, she's beautiful.
Andara, dapatkan aku mengatakan hal yang gila?
Andara, aku rasa aku menyukaimu.
Andara, jadilah bintang baru di hatiku saat bintang lamaku memilih menyinari hati lain.****
Gaje bet gaseehhh :c
Bodo amat yang penting apdet awokwkkYeay babang lukey mup on ;v
Jangan lupa vote&comment ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...