Setelah mendapatkan rentetan teror dari Devian tentu saja aku harus semakin waspada. Takut? Tentu saja! Dev psikopat! Dia gila!
"Vanilla, aku mendapatkan ini menempel di loker mu" ucap Caramel seraya memberiku sebuah amplop berwarna pink saat aku tengah memasukan buku-buku ku ke dalam ransel.
"dari siapa?" ucapku penasaran. gadis itu hanya mengangkat bahunya acuh pertanda ia juga tak tahu sebelum mendudukan dirinya dikursi kosong di sampingku.
aku menerima amplop itu dengan raut wajah bingung.
"mungkin dari pengagum rahasiamu?" goda nya kemudian, aku mendengus.
pengagum rahasia?
Ayolah... abad berapa ini?"Jika memang ini dari pengagum rahasia ku dapat ku pastikan kau akan mendengar kasus pembunuhan seseorang esok pagi karna Ellard pasti akan mencari siapa pengirim surat bodoh ini" ucapku yang membuat Caramel segera memutar matanya jengah.
"terserah padamu dan kekasih idiot mu itu. aku akan ke pulang. Ingin bersama?" ucapnya seraya bangkit dari duduknya. Aku menggeleng.
"tidak" jawabku santai seraya kembali pada aktifitasku membereskan buku-buku.
"Dimana Ellard?" tanyanya sekali lagi.
"pulang. Ayah nya memintanya datang ke kantor mereka" jawabku.
"lalu bagaimana kau pulang? Bukankah kau tak lagi membawa mobil mu karna selalu bersama nya?" tanyanya. Aku terkekeh.
"aku bukan gadis manja, Cara. aku bisa menaiki taksi" jawabku yang membuatnya mengangguk.
"Baiklah, hati-hati. aku akan pergi. Bye" pamitnya dan berlalu.
Aku menatap kepergiannya dengan senyum kecil.
Dia gadis yang manis, dengan manik berwarna coklat hangat seperti namanya, membuat siapapun pasti akan betah berlama-lama menatap mata nya. rambutnya yang hitam sepanjang punggung selalu tampak indah terawat, seleranya begitu feminim dengan berbagai macam Dress santai yang selalu ia gunakan saat ke kampus membuat ku merasa tak ada apa-apa di banding dirinya.
Look at me. Aku selalu bergaya urakan dengan lusinan kaus dan ripped jeans. bahkan koleksi sepatu yang ku miliki hanya converse, boots dan sneakers. tak ada highheels ataupun wedges seperti kebanyakan gadis lainnya.
mungkin sepatu ku yang paling feminim hanya sepasang angkle boots berwarna nude dengan hak 5 cm pemberian Mom saat ulang tahun ku beberapa tahun lalu. itu pun hanya pernah aku pakai satu kali dan langsung membuatku menyesal seharian penuh. ya, sepatu itu membuat kaki ku lecet dan pegal.Lalu kenapa Ellard dan Allord mencintaiku? apa yang sebenarnya mereka lihat?
Ya Tuhan, Memikirkannya membuatku mendadak merasa murung
.
Lebih baik aku pulang.Aku beranjak bangkit dari kursiku sebelum sesuatu ikut terjatuh dari atas meja saat aku menarik ranselku turun..
sebuah amplop berwarna pink yang tadi Caramel berikan padaku.
Hey, kenapa aku sampai melupakannya?
Aku kembali membungkuk untuk meraihnya dan kembali mendudukkan diriku di kursi ku seperti sebelumnya.
ada tulisan 'To: My Lovely Vanilla' di pojok kanan atasnya yang membuatku yakin ini memang di tujukan untuk ku.
Dengan ragu aku membukanya perlahan hingga sebuah note kecil dan beberapa kertas lain ku temukan dan membuat mata dan mulut ku kembali terbuka lebar.
ini benar-benar gila!
Di dalam amplop manis itu terdapat sebuah foto polaroid berisi potret ku dan Ellard yang tengah berciuman tadi pagi di depan rumah ku.
bukan, bukan itu yang membuatku terkejut. namun saat mendapati bagian wajah Ellard di dalam foto itu yang hangus terbakar. Seperti di bakar rokok atau semacamnya dengan sengaja?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER EGO
Romance"kau mengencani Al, Vanilla. bukan El" ucap Jasmine yang juga seorang psikolog berhasil membuat ku tersedak ludah ku sendiri. "Al?" suara ku mengulang dengan gemetar. "Ya, dia Allord. kaus, jeans, boots, rambut yang ia biarkan tergerai, konyol, mel...