⓿➋ |

166K 10.7K 617
                                    

Suara gedoran pintu mengganggu tidur pulasnya. Tapi itu tidak membuat Ovie bangkit untuk melihat siapa yang memasuki kamarnya. Beberapa detik kemudian, jendela kamarnya terbuka dan lampu kamarnya yang menyala terang berhasil membuat Ovie membuka matanya.

Dia mengambil posisi duduk dan menyadari di luar sana matahari belum menunjukan kehadirannya. Ini masih terlalu dini untuk bersiap-siap ke sekolah.

Ovie menguap, hendak masuk ke dalam selimut, namun sebelum itu tubuhnya berhenti bergerak ketika dia mendengar suara air dari kamar mandinya. Ovie lantas menatap pintu kamar mandinya yang setengah terbuka.

"Kak Maudy?" dia memanggil nama kakak ke duanya, namun tak ada balasan. "Kak, ngapain sih?"

"Kak!!!" Ovie memanggil lagi dengan suara lebih keras. Tiba-tiba angin kencang yang berasal dari luar membuat dirinya merinding. Ovie mengambil posisi meringkuk, memeluk lututnya dan menatap pintu kamar mandi dengan tatapan waspada. Jantungnya berdegup cepat. Ovie mencari ponselnya di atas nakas. Dia selalu meletakan benda persegi panjang itu di sana. Matanya sontak membola ketika dia dapat menemukan benda itu.

Ovie masih mencari keberadaan ponselnya itu hingga tidak menyadari seseorang yang keluar dari kamar mandinya.

"Nyari ini?"

Ovie menoleh. "Kak Kevin ngapain di sini?!" dia berteriak. Sepenuhnya terkejut melihat keberadaan pria yang memakai celana training dan sweeter abu-abu lengan panjang yang digulung sampai ke siku itu berada di dalam kamarnya- atau keluar dari kamar mandinya.

Cowok itu mendekat dan memasukan ponsel Ovie ke dalam saku celananya. "Kakak tau kamu pasti langsung cari ini setelah bangun tidur."

Ovie memberengut. "Ini bahkan bukan jam bangun tidur aku."

"Mulai sekarang jam setengah lima akan jadi jam bangun tidur kamu."

"Apa?!" Ovie melirik singkat pada jam dindingnya, sekarang sudah pukul lima.

"Karena telat tiga puluh menit, jadi kita skip ke aktivitas selanjutnya."

"Aktivitas selanjutnya?" Ovie membeo, dia masih belum paham. "Emang ada aktivitas sebelumnya?!"

"Olahraga. Cuma lari keliling komplek dua putaran."

"Lari keliling komplek?!" Ovie syok. Dia mengerti kakaknya pasti tidak suka melihatnya hidup santai, tapi menyiksanya dengan lari-lari dipagi hari... dia pasti sudah gila. "Nggak-"

"Tunggu apalagi? Sana mandi. Udah jam berapa sekarang?" Kevin lebih dulu memotong segala tindak protesnya.

"Kak, aku biasa tidur jam dua belas dan harus bangun jam setengah lima?"

"Kakak nggak nyuruh kamu tidur jam dua belas."

"Tetep aja. Aku nggak biasa mandi di jam segini. Airnya-"

"Dan itu kenapa kakak udah siapin air panas. Sana mandi." Cowok itu memberinya kode untuk masuk kamar mandi dengan dagunya.

"Aku nggak akan terlambat meskipun mandi jam enam. Aku biasa sarapan di mobil, jadi nggak akan terlambat."

"Mulai sekarang nggak boleh sarapan di mobil." Kevin mulai berjalan melangkah ke luar kamar Ovie.

"Kenapa tiba-tiba banget, kakak juga nggak pernah diskusiin ini sebelumnya."

Ovie mengambil napas dalam. Menyerah sekarang artinya kalah. Dan Ovie tidak ingin Kevin memegang kendali atas hidupnya. Ovie tidak akan diam saja ketika keadilan atas hidupnya direbut, jadi dia akan bertindak-

"Kamu nggak setuju? Kalau gitu ponsel kamu nggak akan kakak balikin."

-Atau lebih baik nggak usah.

***

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang