Kevin langsung pergi saat melihat Ovie sudah masuk ke dalam rumah. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut pria itu. Ovie juga tidak mempermasalahkannya. Tapi, yang ia takutkan jika kakaknya pulang nanti akan melanjutkan acara marahnya. Karena kakaknya tidak akan berhenti sebelum memarahinya.Ovie sudah mengganti seragam sekolahnya dengan kaus dengan tulisan 'strong' di tengah. Untuk bawahan ia menggunakan celana jeans pendek. Ovie buru-buru ke bawah karena tau mamanya lagi-lagi ada di rumah. Matanya langsung menatap aksi berpelukan. Luna dan Jasmine.
Ovie mendekat. Ia mengambil satu buah apel yang ada di meja makan. Dan memakannya sambil menatap drama di depannya.
"Jasmine kesal. Kemarin makanannya dibuang, terus hari ini Kevin beli makan diluar. Kemarin alasannya belum jam istirahat. Tapi, kata sekretarisnya Kevin udah keluar sebelum jam istirahat. Dia itu maunya gimana, sih. Sebel,"
Luna dengan sifat keibuannya mengusak rambut Jasmine. Gadis itu baru saja pulang dari kantor Kevin dan mengadukan apa yang ia peroleh dari sana.
Ovie mengunyah gigitan apel yang ada dimulutnya. Kunyahannya memelan kala ia berpikir. Makanan yang dibawa Jasmine dibuang, itu artinya, nasi gorengnya dibuang.
"Kalau yang masak Ovie aku nggak peduli. Tapi, ini kan aku yang buat." Rengeknya lagi.
Ovie memicing. Harusnya Ovie yang berkata seperti itu. Bukan hanya Jasmine yang merasa tidak dihargai, dirinya juga jika tau makanannya terbuang sia-sia.
Jasmine mengambil kotak makan yang ada di meja, tepat di depan Ovie. Jasmine melirik Ovie sebentar lalu kembali keposisi di depan Luna. "Aku buang aja. Percuma."
Ovie menyela sebelum Jasmine berjalan ke arah tempat sampah. "Jangan kak. Buat aku aja." Ujarnya sambil berdiri. Ia tidak ingin nasib makanan Jasmine sama dengan masakan buatannya yang terbuang. Begitu pikirnya.
Jasmine menoleh. Ia memberikan kotak makan warna ungu pada Ovie. "Yakin mau di makan?"
Ovie mengangguk. Dan menerima kotak makan tersebut. Ia membawanya ke meja makan, dan membuka isinya. Nasi putih ditambah cumi saus mentega. Menurut Ovie, makanan ini terlalu ribet dimasak untuk Jasmime yang masih amatir untuk pemula. Tapi, meski begitu ia tetap menikmati sedikit hasil kerja keras Jasmine. Ovie mengernyit. Ia tidak merasakan rasa lain, selain mentega. Ia seperti merasakan mulutnya terasa penuh dengan mentega. Rasanya ia ingin muntah.
"Gimana? Enak, 'kan?" Ucap Jasmine tiba-tiba, membuat Ovie yang berhenti mengunyah langsung menelan dengan cepat untuk menjawab pertanyaan Jasmine.
"Lumayan, kak." Jawabnya, setelah itu ia menyuapkan sesendok nasi putih untuk menetralkan rasa. Meski sebenarnya masakan Jasmine tidak layak untuk dimakan, tetap saja ia habiskan.
"Kevin pasti nyesel nggak makan ini, kan, Vi?"
"Iya,"
Jasmine duduk di depan Ovie, sambil menatap gadis itu yang makan. Luna sudah pergi, hingga menyisakan mereka berdua didapur.
"Ngeliatan kamu makan, kayaknya enak banget. Mau coba,"
Ovie mendongak. Pantas saja rasanya aneh, ternyata Jasmine tidak menyicipi masakannya sendiri saat dibuat.
Jasmine mengulurkan tangannya, mengambil satu udang yang tersisa dikotak makan. Tapi, belum sempat menyentuh, pergerakan tangan Ovie sudah lebih dulu mengambil udang tersebut. Dengan cepat Ovie memasukannya dalam mulut, membuat kernyitan kesal pada Jasmine.
"Ih! Akukan mau juga."
"Maaf, kak. Ovie lapar." Ujarnya. Padahal alasannya karena tidak ingin Jasmine kecewa karema masakannya sendiri tidak enak. Takut bahwa fakta itu menyakiti Jasmine.
Masih dengan ekspresi kesal, Jasmine bicara. "Aku tahu itu enak. Makanya kamu nggak mau berbagi, kan." Jasmine berdiri, lalu bicara lagi, "nanti malam aku mau buat ini lagi. Cuma buat Kevin, kamu jangan minta meski alasan lapar." lalu berlalu pergi.
Saat melihat Jasmine sudah berada di anak tangga paling atas, buru-buru Ovie berjalan ke arah westafel, perutnya terasa aneh. Tapi ia tidak memuntahkan apapun. Akhirnya, Ovie mengambil air dingin dikulkas sambil berharap rasa aneh itu hilang.
•••
Langkahnya cepat, saat sampai ruang makan, ia mendengar 3 perempuan sedang berbincang ringan sambil makan. Salah satu dari perempuan itu melihatnya, lalu tersenyum. Kevin balas senyuman ibunya yang terasa hangat untuknya. Akhir-akhir ini ia sedang ingin membangun hubungan yang baik bersama keluarganya. Terutama untuk perempuan yang sudah melahirkannya. Kini pandanganya teralih ke samping Luna. Ada Ovie yang juga sedang menatapnya tanpa ekspresi apapun.
Ah, ralat. Maksudnya dengan ekspresi takut yang sudah sering Ovie perlihatkan padanya.
Di depan Luna ada Jasmine. Saat Jasmine melihat Luna tersenyum ke arah lain, Jasmine ikut melihat alasan Luna tersenyum. Dan kini justru gadis itu yang tersenyum paling lebar. Kevin tersenyum paksa sambil mendekat ke arah mereka bertiga. Dan duduk di samping Jasmine, tepat berhadapan dengan Ovie.
"Tumben pulang cepat, Vin." Ujar Luna. Ia menyerahkan piring kosong pada Jasmine, meminta gadis itu untuk menyendokan makan malam untuk Kevin. Jasmine yang paham pada Luna langsung melaksanakan perintahnya.
"Pulang cepat salah, nggak pulang juga salah. Maunya gimana, ma?" Nadanya bicara masih terdengar santai.
Luna tersenyum. "Nggak salah kamu pulang cepat. Kalau kamu nggak pulang juga nggak apa-apa. Bertahun-tahun mama nemenin papa kamu kerja, jadi tahu sesibuk apa pekerjaan kalian. Yang penting kamu harus bisa jaga kesehatan. Karena secepatnya hidup kamu bukan cuma untuk kamu, tapi juga untuk Ja—"
"Kevin tahu, nggak usah dibahas." Ujarnya cuek. Ia menerima piring yang disodorkan Jasmine padanya. Dan mulai memakannya. Ovie, Luna dan Jasmine sudah selesai memakan makanan mereka, sebab memang sudah daritadi memulai makanannya sebelum Kevin datang.
Luna menghela napas gusar. "Kevin, mulai besok jangan beli makan diluar lagi, ya. Kasian lho Jasmine udah susah-susah masak dan bawain."
"Ya,"
Setelahnya, Luna berpamitan untuk ke kamarnya. Fisiknya masih lemah, hingga ia harus istirahat lebih banyak.
Keheningan menelan mereka bertiga, sebelum suara Maudy yang menyapa.
"Aku pulang!"
Dua perempuan dan satu pria sama-sama menoleh ke asal suara, meski sebenarnya mereka sudah tau suara siapa itu.
"Kak Kevin jadi keliatan kayak punya dua istri deh."
"Mana mau aku dipoligami." Ujar Jasmine, ia tahu ucapan Maudy bermaksud candaan. Ia dan Maudy akhirnya tertawa bersama. Maudy berjalan mendekat, ia duduk di depan Jasmine, tepat dikursi yang tadinya diduduki Luna.
Maudy melihat makanan yang ada di atas meja. Lalu melihat piring Jasmine, Ovie yang sudah kosong sedangkan piring milik Kevin masih tersisa sedikit.
"Tuh, kan kak Kevin ditemenin makan sama dua orang, beneran kayak punya dua istri."
Ovie menoleh ke Maudy, ingin menyuruh kakak perempuannya untuk menghentikan candaan yang sama sekali tidak lucu. Bisa dilihat dari raut wajah Kevin yang mengeras. Dan juga pandangan Jasmine yang melihat tidak suka ke arahnya.
"Ah, aku juga baru selesai makan. Kalau gitu, aku ke kamar, kak." Pamit Ovie pada ketiga orang yang lebih tua darinya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother [Revisi]
RomanceOvie merasa punya kakak super posesif seperti Kevin adalah sebuah kutukan. Ia selalu merasa kakak tertuanya itu membenci dan menaruh dendam padanya. Pernyataan itu ternyata tidak hanya ada dalam pikirannya, karena ketiga temannya juga berpikir hal y...