Harusnya hari ini Ovie berbahagia dan merasa senang. Karena sesuatu yang Kevin janjikan benar-benar dikabulkan. Ia akan segera memiliki ponsel lagi. Karena hari libur, yang dilakukan Ovie tadi pagi hanya berbaring sambil membaca novel. Disaat itulah, Kevin menghampirinya untuk mengajaknya pergi membeli ponsel di mall. Ovie senang bukan main, tapi kini ia hanya memasang wajah datar sambil memperhatikan Jasmine dan kakaknya yang berjalan di depannya.Ovie tidak mengatakan kalau ia cemburu. Dalam hati ia meyakinkan diri bahwa ini hanya rasa kesalnya karena diabaikan dan tidak dianggap, bukan karena ia tidak suka melihat Kevin dengan Jasmine. Sekali lagi ia tekankan. Bukan karena cemburu!
Kevin berhenti melangkah, ia berbalik badan. Begitu juga Jasmine. Ovie mendongak. Kevin menyuruhnya untuk berjalan di sebelah pria itu, dan Ovie menurut. Kini mereka bertiga jalan sejajar, dengan Kevin yang ditengah. Mungkin akan ada yang berfikir bahwa Kevin adalah om-om yang suka jalan sama anak kecil. Atau ada juga yang berfikir mereka adalah adik-kakak.
Gadis dengan kulit putih pucat menarik tangan Kevin dengan tiba-tiba. Membawa pria itu memasuki toko baju. Bukan baju biasa. Tapi butik gaun pengantin. Mau tidak mau, Ovie ikut masuk ke sana.
Tempatnya luas, dekorasi yang ada juga mewah. Ovie baru tau ada tempat seperti ini di dalam mall. Meski sebenarnya ini bukan tujuan awal mereka. Tapi Ovie tetap menikmati. Ia melihat-lihat gaun mahal yang ada di sana.
"Kevin, Kevin! Lihat, deh. Lucu banget." Jasmine menarik-narik lengan kemeja Kevin. Sikapnya Jasmine seperti orang yang sudab akrab pada Kevin. Jasmine menunjuk gaun merah, di gaun tersebut ada hiasan gambar kupu-kupu yang banyak.
Kevin yang tadinya memperhatikan Ovie yang sedang melihat-lihat kini menoleh sinis ke arah Jasmine.
"Nanti acara tunangan kita temanya kupu-kupu, ya! Kalau bisa sih kita juga pakai sayap kupu-kupu. Biar sama kayak film barbie mariposa." Jasmine mulai berandai. Perempuan itu menyukai film barbie. "Kalau kamu mau, pernikahannya juga sama."
"Nggak usah kekanakan."
Jasmine cemberut. "Mana kekanakan, sih? Ini tuh unik."
Kevin tidak menjawab lagi. Matanya mencari keberadaan Ovie yang kini tak terlihat.
"Aku mau beli ini. Sekarang."
Kevin menggeleng keras. Ia menolak. Tujuan ia kesini bukan untuk membeli gaun untuk Jasmine. Harusnya tadi ia pergi diam-diam bersama Ovie, kalau perlu tidak usah pamit ke Luna. Sehingga Jasmine tidak akan memaksa untuk ikut.
"Nggak usah repot-repot. Biar mama aja yang beli."
"Tapi aku mau! Kalau nggak dipakai buat tunangan juga nggak apa-apa. Yang penting aku mau itu, aku pengin kamu beliin itu, sekarang!"
Egois, manja dan semaunya. Itu yang Kevin lihat dari sikap Jasmine.
"Kalau nggak, ya enggak. Nggak usah maksa-maksa!" Bentak Kevin. "Kamu pulang aja sana sendiri." Dalam hati, Kevin bersorak. Mungkin saja dengan membuat Jasmine kesal dan tidak nyaman padanya dapat membuat perjodohan konyol ini batal.
Mendengar suara Kevin membuat Ovie kembali ke tempat semula, ia berdiri tepat disamping Jasmine.
"Kak Jasmine sama kak Kevin kenapa? Malu diliatin orang." Ucap Ovie. Ovie menarik tangan kanan Kevin, serta tangan Jasmine. Dan membawa kedua orang itu keluar dari toko sebelum pertengkaran semakin besar.
"Ngapain sih narik-narik."
"Padahal tadi juga narik-narik." Cibir Kevin.
"Kamu-- ih!" Jasmine tidak bisa berkata-kata.
Akhirnya Ovie bicara guna mengalihkan keributan. "Kak Kevin, Ovie lapar." Ujar Ovie manja. Saat Ovie menyadari ucapannya. Ia buru-buru membenarkan. "Ovie mau makan, kak."
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk makan di tempat yang sedang tidak banyak pengunjung. Ya, intinya antriannya pendek. Karena Kevin tidak mau mengantri lama dan membuat Ovie makin kelaparan.
"Kamu duduk disini aja. Biar kakak yang pesan."
Ovie mengangguk mengerti.
Merasa iri tidak mendapatkan perhatian dari Kevin juga, Jasmine ngotot ingin ikut memesan. Tapi Kevin melarang keras. Ia tidak mau mengantre bersama Jasmine. Yang ada ia kesal karena tingkah kekanakan Jasmine. Setelah Jasmine berteriak-teriak, hingga membuat pengunjung menoleh. Akhirnya Kevin terpaksa mengizinkan.
Ovie kini sendirian. Ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi, mencuci tangannya sebelum makan. Memanfaatkan waktu yang ada. Namun, entah kebetulan atau apa, ia melihat Dion diseberang sana sedang memainkan ponselnya sambil berdiri. Sontak, Ovie yang ingin berjalan ke arah westafel jadi berbalik. Dan keluar dari tempat makan tersebut.
"Dion," panggilnya sambil tersenyum. "Ngapain?"
Dion terkejut melihat kehadiran Ovie.
"Ngapin, Vi?"
Ovie mengernyit. "Kan, tadi gue duluan yang nanya."
Dion menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia terlihat grogi.
"Dion lagi jalan sama cewek, ya." Ucap Ovie. Ia jadi curiga kalau sikap Dion kini karena takut jika terciduk sedang jalan dengan perempuan. "Nggak apa-apa. Gue nggak bakal cerita ke siapa-siapa kok."
"Eh, bukan!"
Ovie memiringkan kepalanya imut."Te--"
"Ovie!" Kevin memanggilnya dengan setengah berteriak. Saat Ovie berbalik, kakaknya sudah berdiri tepat dibelakangnya. Juga ada Jasmine sebagai buntut.
Mata elang Kevin menatap Dion sinis. Ia kenal laki yang tadi bicara dengan adiknya. Bahkan ia pernah melarang Ovie untuk berdekatan dengan Dion.
"Kamu lagi, kamu lagi! Nggak inget saya pernah bilang jangan deket-deket Ovie lagi?!"
Kevin menarik pergelangan tangan Ovie guna mendekat ke arahnya. Lalu ia memeluk Ovie erat. Seperti takut kalau-kalau Ovie akan berlari pergi darinya.
Sebelum Dion memjawab. Ovie sudah lebih dulu menyela.
"Tadi aku cuma mau cuci ta--"
"Cuci tangan di sana!" Potong Kevin cepat. Ia seperti tidak ingin memberikan kesempatan Ovie untuk beralasan meski itu jujur sekalipun.
"Aku tahu, aku cuma mau nyapa Dion doang, kak." Balas Ovie halus dengan harapan Kevin juga meredakan emosinya.
"Saya nggak akan nyulik Ovie." Ucap Dion. Membuat tatapan sinis Kevin kembali tertuju padanya, yang dibalas tatapan menantang dari Dion.
Kevin mendengus, dan melingkarkan tangannya di pinggang Ovie. Membawa gadis itu kembali masuk dan duduk di meja yang sudah ditempatkan. Jasmine yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti dengan tatapan iri yang mengarah pada Ovie.
*❀---❀---❀---❀---❀*
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother [Revisi]
RomanceOvie merasa punya kakak super posesif seperti Kevin adalah sebuah kutukan. Ia selalu merasa kakak tertuanya itu membenci dan menaruh dendam padanya. Pernyataan itu ternyata tidak hanya ada dalam pikirannya, karena ketiga temannya juga berpikir hal y...