➋➑ | Panggilan Masuk

66K 4.4K 226
                                    

Kevin memang selalu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Saat ia berjanji, ia pasti akan menepati. Perkataannya bukan hanya sekadar omong kosong. Kevin memiliki pendirian yang kuat. Apa yang sudah ia ucapkan apalagi ia janjikan, tidak akan sekali-kali ia ingkar. Contohnya saja kasus Ovie. Meski Kevin tidak memiliki uang yang banyak. Sebab uangnya harus ia gunakan untuk membayar gaji karyawan yang bekerja padanya. Tapi jika untuk Ovie, akan ia ada-adakan. Kevin juga bukan anak yang suka menghambur-hamburkan uang untuk berfoya-foya atau mabuk-mabukan. Memang terlihat begitu, tapi sejujurnya ia juga pria yang suka menabung. Lagipula ia punya club yang Zefanny kelolah. Hasil dari club itu juga lumayan. Meski ia tida pernah memakai uangnya. Karena ia lebih percaya pada Zefanny yang dapat menyimpan uang tersebut. Tapi suatu kali ia juga membutuhkan uang tersebut jika ada masalah mendesak.

Pekerja keras, Kevin juga pekerja keras. Sangat keras. Sama seperti Seno yang hobinya bekerja, kerja, dan kerja. Hatinya juga keras, bahkan lebih parah jika bersama orang yang ia sayang.

Kini, pria itu terlihat sedang serius membaca beberapa dokumen yang harus diselesaikan hari ini. Tak lama kemudian, suara pintu diketuk membuat pikirannya beralih. Tanpa menunggu jawaban dari sang empu ruangan, Jasmine sudah lebih dulu nyelonong masuk ke dalam.

Dengan senyuman lebar, dan langkah yang penuh percaya diri ia duduk di tepat dihadapan Kevin.

"Siapa yang suruh?"

"Inisiatif." Jawabnya masih dengan senyuman.

"Keluar!"

"Aku bawa makanan." Tak memperdulikan ucapan Kevin, ia membuka kotak makan yang ia bawa, dan menunjukannya pada Kevin. Aroma masakan nasi goreng dapat Kevin cium. "Walau bukan aku yang ma--"

Kevin melirik jam yang ada dipergelangan tangannya dan menghela napas, menahan murka yang akan keluar. "Belum waktunya istirahat!"

"Tapi, kamu 'kan tadi pagi nggak ikut sarapan di rumah."

"Karena lo!" Kevin mulai muak.

Mata Jasmine berkaca-kaca. Ia tidak biasa dibentak. Memang, ia selalu ditinggal sendirian dirumah. Tapi ia selalu dimanja dengan dibelikan barang-barang mewah. Orangtuanya terlalu sibuk hingga tidak ada waktu untuk memarahinya atau sekadar berbincang dengannya.

"Kamu nggak usah teriak-teriak!"

"KELUAR!" Kevin menghempaskan kotak makan yang Jasmine bawa hingga isinya berceceran dilantai.

Jasmine bangkit dari duduknya dengan ekspresi kesal, sedih dan kecewa. Dan mulai meninggalkan ruangan Kevin. Kevin bersender dibangku hitamnya. Ia memijit pangkal hidungnya. Ia rasa, ia bisa gila jika harus hidup semati bersama Jasmine. Tangannya terulur mengambil ponsel yang ia letakan diatas meja. Memencet ragu menelfon Ovie. Jam 10.30 pagi, dan ia tidak tahu apa yang kini Ovie lakukan. Mungkin sedang belajar dikelas. Karena takut mengganggu, akhirnya, Kevin mematikan panggilan yang ia mulai lebih dulu.

Ia melihat nasi goreng yang terbuang sia-sia dilantai. Wajahnya yang tadinya keras, mulai melunak. Ia bangkit, dan berjalan ke arah depan mejanya. Menatap lekat-lekat kotak makan berwarna putih.

"Sialan." Desisnya pelan. Tangannya terulur memungut nasi goreng yang berceceran itu dan memasukannya kembali ke dalam kotak makan, setelahnya ia duduk dikursinya dan mulai memakan. Bukan, ia melakukan ini bukan karena kasihan melihat Jasmine yang sudah susah-susah kesini. Tapi karena ia tahu kalau nasi goreng ini buatan Ovie. Tidak peduli meskipun sekarang belum waktunya istirahat.

⋆⋆⃟⊱⋆⋆⃟⊱⋆⋆⃟⊱⋆

"Coy! Coy! Pak Ibnu nggak masuk! Nggak dikasih tugas juga. Free class!!" Teriak Citra heboh. Ia baru saja masuk ke kelas, mengejutkan seisi kelss dengan suara cemprengnya. Sebagai bendahara kelas ia memang terkenal akan bawelnya. Sifat bawelnyalah yang membuat ia dipilih untuk menjadi bendara kelas. Mendengar kabar baik dari Citra, membuat murid-murid lain bersorak senang.

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang