Tak ada Maudy, maupun Luna. Hanya ada Kevin, Ovie dan Jasmine. Lagi-lagi Ovie harus mendesah pasrah karena dirinya berada diantara mereka berdua. Bukannya merasa tidak suka, tapi ia hanya kurang nyaman saja. Dan disinilah mereka. Duduk dikursi yang disediakan klinik. Hari sudah sangat malam, lorong klinik yang tidak terlalu besar ini begitu sepi. Mereka masih menunggu giliran untuk masuk ke dalam ruangan Erica.Erica, sepupu Kevin yang merupakan dokter kandungan. Jangan katakan saja Kevin tolol karena membawa Ovie kedokter kandungan. Bukan tanpa sebab, sebenarnya Kevin ingin membawa Ovie ke rumah sakit dan ditangani oleh dokter spesialis Gastroenterologi, yaitu dokter yang menagani gangguan pada saluran pencernaan, tapi ia lebih percaya pada Erica.
Ovie melihat kesekeliling, menatap satu-satu poster tentang kehamilan. Ia tertunduk, ia pikir Kevin menyalahartikan mualnya. Apakah kakaknya pikir ia hamil?
Pintu di depan mereka terbuka. Menampilan sepasang suami istri dengan senyum bahagia, mungkin mereka baru saja cek kehamilan, dan dinyatakan positif hingga membuat mereka sumringah seperti itu.
Melihat itu membuat Jasmine tersenyum. Ia mulai berandai, dimasa depan nanti, ia dan Kevin juga akan tersenyum cerah menanti anak yang akan ia kandung.
Kevin bangkit. Ia menyuruh Jasmine dan Ovie ikut. Saat pintu ia buka, terlihatlah wanita 30tahunan dengan kacamata yang menatap Kevin dan dua perempuan di sampingnya heran.
Dia melepas kacamatanya. "Kan udah dibilang, jangan kesini. Apalagi malam-malam begini. Kalau Sam tahu, pasti dia mikir yang enggak-enggak lagi." Tutur Erica setelah ketiga orang itu duduk didepannya.
"Kita kan sepupu."
Erica menghela napas. "Sama anaknya sendiri aja dia cemburu. Apalagi sama lo." Kini mata Erica berpindah ke Ovie, dan menyapa gadis itu. "Hai, Ovie."
"Hai, kak." Balas Ovie sambil tersenyum canggung. Ovie cukup kenal dengan Erica, yang merupakan anak dari saudara Seno, ayahnya. Tapi hubungan Ovie dan Erica tidak sedekat Erica pada Maudy. Apalagi Maudy juga mengambil kuliah dengan jurusan kedokteran, sehingga membuat Maudy banyak berkonsultasi pada Erica.
Kini Erica menoleh ke Jasmine dan mereka saling bertukar senyuman. Erica tahu siapa gadis dengan kulit putih itu. Hanya saja ia tidak ingin terlihat seolah ia mengenal Jasmine. Ia tidak ingin Kevin curiga.
"Semoga aja kedatangan lo kali ini ada tujuan ya, Vin." Sindir Erica. Karena setiap kali Kevin datang ke kliniknya selalu saja tidak penting. Hanya duduk di sofa yang ada dipojok ruangan. Lalu setelah bosan pergi begitu saja tanpa pamit. Seperti numpang ngadem.
"Emang ada kok."
Mata Erica membola. Ia menatap Jasmine tidak percaya. Gadis yang ditatap nampak gelisah.
"Astaga, ternyata kalian main nakal, ya." Ujarnya sambil menaik turunkan alisnya. Menggoda Kevin dan Jasmine. "Kalian emang mau menikah, sih. Tapi, main aman kan lebih baik. Setidaknya pakai pengaman."
Kevin memutar bola matanya jengah karena kesalahpahaman baru saja tercipta--
"Sebelumnya udah di cek pakai testpack?"
--Dan semakin berlanjut.
Keadaan hening. Erica masih menunggu jawaban dari Jasmine atau Kevin.
"Gimana?" Tanyanya tidak sabar.
"Bukan Jasmine. Tapi, Ovie."
Wajah antusias yang Erica tunjukan sudah hilang. Kini berganti menatap Ovie dengan pandangan horor. Sementara Ovie menggeleng-geleng. Mencoba melenyapkan pikiran macam-macam Erica tentang dirinya. Dalam hati Ovie menjerit. Ia kesal kenapa juga kakaknya bicara setengah-setengah. Ditengah kekesalannya, perutnya terasa mual kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother [Revisi]
RomanceOvie merasa punya kakak super posesif seperti Kevin adalah sebuah kutukan. Ia selalu merasa kakak tertuanya itu membenci dan menaruh dendam padanya. Pernyataan itu ternyata tidak hanya ada dalam pikirannya, karena ketiga temannya juga berpikir hal y...