⓿➎ | Mbakun Atau Bukan?

134K 8.3K 337
                                    

          Ovie berbalik ke kanan, lalu kembali ke kiri. Seperti itulah yang ia lakukan sejak tadi. Ia sama sekali belum tidur sejak dari dapur 2 jam yang lalu. Padahal kini waktu sudah menunjukan pukul 10. Tangan Ovie terulur mengambil ponselnya yang di charger, tapi kini sudah penuh.

Ia membuka aplikasi WhatsApp yang terdapat pesan masuk. Dari yang tidak ia kenal, hingga teman-temannya dari SMP. Ovie membalas beberapa pesan yang dirasa penting. Hingga ada lagi pesan baru yang masuk. Kali ini, dari kakaknya.

Kak Kevin

↪Tidur. Kok masih online aja?

Ovie terpaku. Ia jadi bingung ingin membalas atau membiarkan saja pesan itu. Akhirnya Ovie memilih untuk mencoba tidur, daripada nanti kakaknya mengirim pesan-pesan mengancam.

Disaat Ovie sedang menghitung anak domba dalam khayalannya, suara pintu terbuka. Membuatnya langsung menarik selimut hingga sampai dada, dan pura-pura tertidur.

Orang yang membuka pintu sudah naik ke ranjangnya, dan tiduran di sampingnya. Ovie bisa merasakan wajahnya ditatap. Rasanya tidak enak.

"Tidur, Ovie."

Dari suaranya Ovie tau siapa itu. Kakaknya, Kevin. Ovie membuka matanya sedikit, kamarnya gelap, lampu memang sudah ia matikan sejak tadi. Matanya melirik ke samping, ternyata Kevin tengah menatapnya.

"Kakak ngapain?" Tanya Ovie, suaranya terdengar seperti berbisik.

"Nggak boleh? Dulu kalau kamu nggak bisa tidur, pasti minta kakak temenin, kan?"

Waktu itu Ovie masih SD, masih kecil. Kalau sekarang ia tidur bersama cowok meskipun kakaknya sendiri, tetap saja rasanya aneh. Ovie tak menjawab, ia berbalik membelakangi Kevin.

Meski merasa tidak tenang, akhirnya Ovie tertidur pulas juga.

•••

        Ovie tidak mengerti, apakah kakaknya masih waras atau tidak, tapi 2 putaran mengelilingi komplek rumah mereka itu agak berlebihan. Oh, bukan. Tapi keterlaluan!

"Kak, stop... stop dulu," ujar Ovie terengah-engah. Dia sudah tak sanggup lagi untuk berdiri. Dia sudah sangat lelah, dan haus. Dengkulnya bahkan sudah bergetar.

"Capek?" Kevin bertanya sembari menatapnya dengan tangan menyilangkan dada. Menatapnya tajam. Ovie menatapnya dengan takut-takut. Kevin dengan setelan training di pagi hari semakin terlihat mengerikan. Dia mengingatkan Ovie dengan guru olahraga galak yang saat kelas 11 mengajar kelasnya.

"Iya," jawab Ovie.

"Gitu aja capek!" Ovie tersentak mendengar semburan Kevin. "Siapa suruh jarang olahraga, ototnya jadi kaku gitu kan! Rebahan aja! Drakoran terus!"

"Astaga," kata Ovie. Dia langsung mengambil posisi tegak. Guna menunjukan dia tak selelah itu. 'Siap salah!' batinnya.

"Setengah putaran lagi kan, kak? Masih sanggup kok aku."

Kevin melirik jam dipergelangan tangannya. "Masih ada waktu. Kita tambah satu putaran lagi," katanya tak terbantahkan. Dia kemudian berlari duluan meninggalkan Ovie di belakangnya yang menganga dan memaki dalam hati.

Gila! Kakaknya ingin dia jadi atlit atau apa?!

•••


       Setelah menyelesaikan lari paginya, Ovie naik ke atas kamarnya dan justru tertidur 15 menit. Ovie baru terbangun saat merasakan usapan lembut di lengan atasnya. Usapan itu justru membuatnya tambah pulas dalam alam mimpi. Namun seketika usapan itu beralih menjadi cubitan yang menimbulkan rasa perih.

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang