❹➌ | Search

60.7K 4K 204
                                    

            
          Ray memainkan kunci motor ditangannya. Ia berjalan santai seraya tersenyum pada setiap gadis yang ia lewati. Kedua temannya, Ari dan Bima setia di belakangnya sambil sesekali bersiul melihat cewek cantik lewat. Tiga sekawan itu memang sama saja. Mereka berpisah di lantai 2, Ray menuju kelas Ovie dan kedua temannya akan pulang lebih dulu. Pandangan Ray menatap lurus pintu kelas Ovie. Ia keluar agak lama karena harus menjalankan tugas paksaan piketnya dari Kesya, seksi kebersihan kelasnya.

Ray menghadang jalan Dion, Genta serta Laura. Matanya melihat ke belakang mereka bertiga, mungkin saja Ovie ada di belakangnya. Namun nihil, ia tidak melihat sama sekali keberadaan gadis manis itu.

"Mana Ovie?"

"Keluar duluan. Baru aja." Jawab Genta.

"Duluan? Nggak bareng lo semua?" Tanya Ray bingung.

"Ngapain sih kak? Nyariin Ovie terus, fokus aja sekolah, inget udah kelas 12,"

Pandangan Ray kini tertuju pada Laura, ia tidak berniat sama sekali merespon ucapan sepupunya. "Gue tanya, Ovie mana?"

"Buset, gue di depan lo tadi udah jawab." Ucap Genta lagi sembari menunjuk wajahnya sendiri dengan telunjuknya. Ia merasa kehadirannya tidak dianggap oleh Ray saat mendengar pertanyaan yang sama dari Ray.

Ray mulai berpikir, ia jadi ingat seseorang.

Zefanny.

Yang ia tau, Ovie dijemput Zefanny setiap harinya. Tapi, ini tidak biasanya Ovie keluar menuju gerbang tanpa teman-temannya. Lagipula, untuk apa buru-buru, toh Zefanny juga tukang ngaret.

"Siapa yang jemput Ovie?"

"Lo berhenti nanya-nanya, bisa?" Kini Dion bersuara. Ia satu langkah maju mendekati Ray.

Baru Ray ingin menjawab, tapi kehadiran sosok lain di tengah-tengah mereka membuat semuanya terdiam. Ray yang paling terkejut. Kalau Zefanny ada di sini, lalu mana Ovie? Tatapannya kini beralih pada pria tinggi di samping Zefanny. Melihat bagaimana Rizal memandangnya membuat perasaan tak tenang.

"Mereka teman Ovie?" Tanya Rizal pada Zefanny. Zefanny mengangguk mengiyakan.

Ray maju selangkah mendekat ke Zefanny. Ia mencengkram lengan Zefanny kuat.

"Ovie mana?!"

Zefanny yang dibentak merasa tidak terima. "Ngomong pelan-pelan aja kenapa sih?"

"Ovie udah lama keluar?" Suara Rizal terdengar. Ia menatap Dion, Genta dan Laura daripada menatap Ray yang nampaknya tidak bisa diajak bicara dengan baik.

"U-dah." Jawab Laura pelan, agak ragu.

Rizal mengusap kasar wajahnya. Ia benar-benar panik sekarang. Ia akan mengutuk dirinya sendiri jika sampai Kevin melakukan sesuatu yang jahat pada Ovie. Kenapa di antara banyaknya orang, harus ia yang mengetahui ini semua?

"Fan, ikut gue."

Zefanny ingin melangkah, tapi tangannya masih dicekal oleh Ray.

"Lepas!"

"Tolong, biarin kita pergi. Ini penting." Mohon Rizal.

"Penting? Sebenarnya ada apa? Ovie kenapa?"

"Gue nggak bisa jelasin."

"Jelasin, atau gue nggak-" Ucapan Ray terpotong karena Dion menepuk bahunya. Lalu menatapnya seolah menyuruhnya untuk membiarkan mereka pergi.

"Nggak bisa gitu! Kalau mereka jahat, dan apa-apain Ovie gimana? Gue nggak bisa diem aja!"

"Lo masih mikir gue jahat?!" Zefanny melotot. Memang sejahat apa sih penampilannya? Atau sedangkal apa sih otak orang yang menilai seseorang hanya dari luar?

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang