➊➑ | Who?

76.5K 5.3K 230
                                    

Tatapannya kosong. Ia tahu, ada sesuatu yang sedang direncanakan kedua orangtuanya. Dan pasti bukan sesuatu yang menyenangkan. Dan itu pasti tentang masa depanya. Pernikahan mungkin. Atau lebih parahnya ada rencana perjodohan?

Kevin belum siap.

Tangannya terulur mengambil berkas kantor, dan mulai membaca sesuatu. Tapi malam ini ia sedang tidak fokus, ia butuh sesuatu yang menghangatkan.

"BI SITI!" Kevin memanggil Siti dari ruang kerjanya dengan berteriak. Ia akan bermalam di ruangan ini, jadi ia membutuhkan segelas kopi.

Kevin berteriak lagi. Namun masih tak ada sautan. Kevin melirik ke arah jam yang jarum pendeknya ke arah angka 11. Kemungkinan Siti sudah tertidur. Tak ada pilihan lain, Kevin yang harus membuat kopinya sendiri.

Langkahnya cepat menuju dapur. Ia harus segera kembali keruang kerjanya. Dan harus segera menyelesaikan beberapa berkas penting yang harus diisi.

Keadaan rumah yang sudah gelap membuat Kevin harus berjalan penuh hati-hati karena takut terantuk sesuatu. Keadaan rumah benar-benar sepi yang mengerikan. Tangannya meraba dinding guna menyalakan lampu ruang tamu yang menjadi pembatas antara ruang tamu dan dapur.

Matanya langsung menajam kala melihat sosok gadis berambut panjang tengah berdiri di depan kulkas yang terbuka. Rambutnya panjang terurai, ia juga menggunakan dress putih selutut dengan bercak merah-merah sebagai motifnya. Gadis itu berdiri membelakangi Kevin, sehingga Kevin tidak mampu melihat wajahnya.

Tapi meski begitu, Kevin sudah mampu menebak siapa sosok tersebut. Ovie.

Kevin berjalan perlahan. Ia ingin melihat apa yang tengah Ovie lakukan. Tapi yang Kevin tangkap hanya Ovie yang memejamkan mata sambil memasan earphone ditelinganya. Ovie terlihat mengantuk dan akan terlelap jika saja Kevin tidak menyentuh bahunya dan berbicara padanya.

"Ngapain?"

Suara Kevin tidak kencang, tapi mampu membuat Ovie berdetak karena kaget. Suara Kevin memang selalu mengejutkan.

Ovie berbalik. Matanya langsung menatap tubuh jangkung kakaknya. Earphone yang ada di tekinganya juga ia lepas. "Ini... Anu, hm..."

"Anu?"

Ovie meremas dress yang ia kenakan. Ia sedikit malu mengakui apa yang sedang ia lakukan. Karena menurutnya ini adalah tingkah konyol.

"Anu, kak."

"Yang jelas!" Mendengar gertakan dari Kevin membuat Ovie langsung bicara cepat.

"Aku lagi ngadem," ujarnya lalu menutup mulut.

Wajah Kevin nampak bingung. "Ngadem?"

"AC kamarku rusak, nggak nyala. Aku lagi ngadem sebentar di sini, habis itu mau ke kamar kak Maudy, numpang tidur."

Menggemaskan. Itu yang Kevin lihat dari cara Ovie berbicara. Tangannya terulur menyentuh rambut Ovie lembut lalu mengusapnya pelan, meski pelan tapi sedikit membuat rambut Ovie berantakan.

"Buatkan kakak kopi." Kevin berjalan menuju meja makan. Sedangkan Ovie langsung menurut akan perintah Kevin. Ia segera membuatkan kakaknya kopi.

Kevin menatap Ovie dari belakang, menatap punggung kecil perempuan yang ia anggap gadisnya. Satu-satu gadis yang membuat hidupnya selalu tentang Ovie, gadis yang membuatnya terosebsi gila untuk menjadikan Ovie seutuhnya miliknya. Perempuan yang dahulu sempat ia bemci karena suatu hal justru kini sangat ia cintai.

Lamunan Kevin buyar saat Ovie mulai berjalan ke arahnya sambil membawa segelas kopi yang dibuat untuknya. Kevin bangkit berdiri, tangannya menggenggam tangan Ovie dan membawa gadis itu ke kamarnya.

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang