⓿➌ |

143K 9.6K 246
                                    

             

          Ovie tersenyum kala melihat Laura dan Genta yang tengah berebut sebiji bakso. Sebenarnya bakso itu milik Ovie, namun karena Ovie tidak kuat makan yang pedas-pedas, ia memberikan bakso pedas itu kepada mereka berdua. Namun sialnya jumlah baksonya ganjil hingga membuat mereka berdebat.

"Ngalah kek sama cewek!"

"Oh, mau gue ngalah sama lo?" Tanya Genta nyolot. "Mimpi!" Laura melotot dan mencubit perut Genta yang duduk di sampingnya.

"Jadi cowok kok nyebelin banget!"

"Jadi cewek kok bacot banget." Balas Genta tak mau kalah.

"Bagi dua aja. Ribet amat lo berdua." Dion mengunyah somay miliknya yang tinggal sedikit. Ia melirik ke arah Ovie yang terkikik senang.

Ovie tahu, mereka berdua— Genta dan Laura saling menyukai, saling mempunyai perasaan yang sama, namun anehnya selalu bertengkar tidak jelas. Tentu saja Ovie tahu, Laura sering cerita dengannya, dan Genta juga akan curhat tentang Laura kepadanya.

"Vi," Dion memanggi Ovie. Membuat Ovie menghentikan kikikannya. Ovie menoleh. Bukan hanya Ovie, Laura dan Genta juga ikut menoleh.

"Tugas kita kan belum selesai. Mau ngerjain kapan?" Tanya Dion serius. Memang diantara mereka Dionlah yang paling pintar, paling bisa mereka andalkan. Makanya mereka mau berteman dengan Dion. Bukan, bukannya mereka memanfaatkan Dion. Tapi, karena mereka ingin seperti Dion, pintar dan bisa dipercaya. Kan, pergaulan yang baik merubah sikap orang menjadi baik pula.

"Kapan aja gue bisa." Jawab Laura. Tepat saat Laura berkata, Genta mencomot sebiji bakso dengan cepat. Laura langsung ngomel-ngomel. Dan Genta sukses menjadi korban pukulan mautnya.

"Gue ikut aja."

"Mau ngerjain di mana?" Tanya Dion lagi.

Laura berhenti menabok dada bidang Genta. Kini tatapannya terarah ke Ovie, begitupun tatapan Genta dan Dion. Ovie yang menjadi tatapan mereka sontak terheran dan bingung.

"Kenapa?" Tanyanya pelan.

"Rumah lo aja, gimana?" Laura berkata.

"Hah? Nggak-nggak. Ada kakaknya, serem!" Genta menolak sambil menggeleng kencang.

"Lo takut?" Tanya Laura meledek.

"Lo mau nyamperin singa jantan?" celetuk Genta.

"Kemarin kan kak Kevin ngira kita jalan-jalan, nah biar kak Kevin nggak marah dan nuduh-nuduh lagi, kita di rumah Ovie aja."

"Setujuuu!" Laura berkata senang. Dari dulu ia paling senang jika ke rumah Ovie. Selain bertemu tante Luna yang sangat baik padanya. Rumah besar Ovie juga tersedia berbagai macam makanan, dari makanan ringan sampai berat.

"Kapan?" Kini Ovie yang bertanya.

"Hari ini." ujar Dion. Karena lebih cepat lebih baik. Dion juga sibuk di organisasi, waktunya sedikit jika digunakan untuk mengerjakan tugas kelompok yang sesungguhnya bisa ia kerjakan sendiri. Hanya saja ia ingin menghargai teman-temannya.

•••

Setumpuk kertas nampak memenuhi meja kayu di depannya. Satu-satunya orang di dalam ruangan itu fokus pada sebuah berkas dokumen perusahaan di tangannya. Kacamatanya bertengger di hidung mancungnya sejam satu jam yang lalu.

Kevin mengambil secangkir kopi di atas meja dan meminumnya guna menambah konsentrasinya. Dia meletakkan cangkir itu kembali, tepat ketika seseorang mengetuk pintu ruangannya.

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang