⓿➑ | Locked

106K 6.6K 335
                                    


         Kevin sengaja tidak menjemput Ovie, karena ia pikir Ovie pasti ingin bebas juga. Tapi melihat seorang pria ingin memeluk adiknya membuat Kevin kesal setengah mati. Awalnya ia juga tidak menduga jika adiknya akan berada di cafe yang sama dengan tempat ia meeting. Tapi saat mendengar tawa Ovie barulah ia tersadar jika Ovie berada di satu tempat yang sama dengannya.

Kevin bukan hanya kesal dengan Lutfi, tapi juga karena Ovie tidak bilang akan pergi main. Berlebihan memang. Tapi, Kevin harus tau di mana, dan apa yang sedang adiknya lakukan.

Ke empat direktur-direktur perusahaan besar itu mengernyit. Usia mereka sudah tua, seumuran Seno.

"Pak Kevin?" Tanya David, salah satu direktur yang ada di sana.

"Maaf, meeting hari ini kita tunda. Saya permisi." Kevin mengambil tas kerjanya. Ia bangkit dan berjalan ke arah Ovie. Sorot matanya lurus menatap Ovie. Ovie juga menatapnya, hanya saja tatapan takut yang diberikan.

"Pulang sekarang." Ujar Kevin penuh penekanan. Ucapannya pelan, karena takut di dengar rekan kerjanya.

Laura diam. Ia tahu, Kevin lebih memiliki hak untuk mengatur Ovie daripada dirinya yang hanya sebatas sahabat.

Lutfi yang tidak kenal dengan Kevin hanya menatap Kevin sinis. Merasa tidak suka dengan kehadiran Kevin yang mengganggu. Kini Laura menatap Ovie, menyuruh Ovie untuk pulang bersama Kevin. Tapi, Ovie menggeleng takut.
Kevin makin kesal saat Ovie justru menunduk. Tangan Ovie, Kevin tarik paksa keluar cafe. Ringisan Ovie sama sekali tidak Kevin hiraukan.

Kevin si cowok pemaksa, yang semua kemauannya harus dituruti. Cowok itu bisa menjadi gila jika menyangkut adiknya.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil mahal milik Kevin. Kepala Ovie hampir saja terbentur pintu mobil karena kakaknya sangat kasar mendorong tubuhnya.

Mobil mulai berjalan pelan, Ovie menoleh menatap wajah tenang milik kakaknya. Tak ada tanda-tanda pria itu akan meluapkan amarah. Ovie jadi bingung, biasanya kakaknya akan ngebut-ngebutan jika sedang marah, jika dilihat dari perlakuan kasar Kevin menarik tangannya itu sudah menunjukan jika Kevin marah. Tapi sekarang pria itu hanya menunjukan wajah datar. Kini Ovie mengakui jika kakaknya memang aneh.

Ovie mengeluarkan botol minum berwarna putih dari tasnya. Tenggorokannya kering, minuman yang dipesan di Cafe belum sempat ia habiskan.

Saat tangannya baru saja membuka tutup botol, botol itu sudah lebih dulu diambil pria yang duduk di sampingnya. Benar-benar menyebalkan.

Ovie masih diam tak bersuara. Lebih menyebalkan lagi saat tau bahwa Kevin menghabiskan air yang di dalam botol. Sepertinya Kevin memang senang membuat Ovie menderita.
Setelah selesai minum, botol yang sudah tak terisi itu Kevin kembalikan.

"Kak, haus..." Cicit Ovie. Kevin tidak menjawab, ia tetap fokus mengendarai.

15 menit berlalu tetap di isi dengan kekosongan. Ovie yang pendiam, dan juga Kevin yang dingin yang membuat keadaan di dalam mobil sunyi.

•••

"Kak."

"Kak Kevin!"

"Pelan-pelan, kak. Sakit."

Tangan Ovie kembali ditarik paksa oleh kakaknya yang tidak punya hati itu. Meski sudah meringis dan meminta tolong untuk jalan lebih pelan tetap saja Kevin tidak lakukan. Ovie jadi takut. Kakaknya memang tidak memasang raut wajah apapun, tapi wajah tanpa itu lebih mengerikan daripada melihat wajah itu memasang wajah sinis.

Pintu bercat putih dibuka paksa oleh Kevin. Lalu Kevin menarik tangan Ovie dan mendoring gadis itu ke atas ranjang.

Kevin mengambil tas ransel Ovie, dan mengeluarkan semua isi tas tersebut. Mencari benda berbentuk persegi panjang berwarna putih dengan logo gigitan apel di belakangnya. Setelah dapat, ponsel milik Ovie ia masukkan ke dalam kantung celananya dan berjalan keluar kamar.

Ovie berlari menghampiri Kevin. Wajah manisnya berubah tegang bercampur takut.

"Kak..." Panggil Ovie. Kevin menoleh, mereka bertatapan. "Jangan," ovie menggeleng. Ia sudah tau apa yang akan dilakukan Kevin.

"Jangan keluar kamar sampai kakak sendiri yang buka pintunya."

Dikunci di kamar lagi.

•••

Dentuman musik yang keras, bau alkohol, bau rokok dan juga keadaan yang ramai menjadi satu. Tempat ini adalah Sorga bagi orang biadab. Kevin cowok itu langsung jadi pusat perhatian saat pertama masuk ke club ini. Kalau diingat, ia sudah 2 bulan tidak bermain ke tempat ini. Bukan karena ia sudah tobat, hanya saja dirinya terlalu sibuk dan tidak punya waktu.

Kevin berjalan di antara orang-orang yang asik berjoget mengikuti irama dentuman musik yang di setel.

Tawa seorang perempuan membuat langkah Kevin berhenti. Senyum tipis tersungging di bibirnya, sangat tipis hingga untuk kalian yang melihatnya harus lebih dulu memakai kaca pembesar.

Perempuan dengan gaun merah seksi sedang asik berbincang dengan teman-temannya. Rambutnya panjang terurai, senyuman terus terpasang di wajah cantiknya.

Kevin menghampiri gadis itu dengan langkah santai. Posisi berdiri perempuan itu membelakangi Kevin, jadi Kevin tidak bisa melihat wajahnya. Lengan Kevin melingkar di perut ramping Zefa.

"I miss you."

Zefa membalikan badannya, menatap pria yang jauh lebih tinggi darinya. Setelahnya mereka berpelukan.

•••







Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang