➊➒ | Start

74.5K 4.9K 303
                                    

Genta, Ovie dan Laura berjalan di lorong sekolah yang ramai. Mereka jalan begitu cepat sambil memasang wajah panik. Di ujung sana, segerombolan perempuan yang sudah pasti pengagum Ray sedang berkumpul di depan mading. Dari sini saja Ovie sudah dapat mendengar suara-suara orang yang membicarakannya.

"Jangan di dengerin, Vi. Ingetkan, gue sepupunya kak Ray. Bakal gue aduin ke tante Len."

Ovie mengangguk sambil tersenyum tipis. Ia masih beruntung memiliki teman yang membuatnya kembali bersemangat.

Saat melihat Ovie, perempuan-perempuan di sana langsung memasang wajah sinis tanda tak suka.

"Eh ini udah ada orangnya, gibahin barenglah kuy!" Teriak perempuan berambut panjang dengan warna hijau di bawah.

Mading yang tadinya ramai kini berhamburan. Mereka seperti membiarkan Ovie melihat apa yang tertempel di sana. Tapi masih ada satu pria yang setia berdiri di sana. Pria memakai tas dipunggungnya yang tengah sibuk merobek kertas yang daripagi menjadi perbincangan.

"Dion?"

Dion berbalik, ditangannya banyak robekan kertas. Pandangannya sinis menatap orang-orang.

"Nggak ada yang perlu kalian lihat! Bubar-bubar!" Perintah Dion.

Ovie menatap sahabat lelakinya dengan pandangan senang. Dion seperti penyelamatnya. Meski Dion terlambat untuk menghilangkan foto itu dari mading. Tapi setidaknya Dion membelakan untuk menghapus fotonya daripada ke kelas lebih dahulu.

"Bangga gue sama lo!" Ucap Genta. Tangannya merangkul bahu Dion, namun Dion nampak risih dan melepaskan rangkulan tersebut. Akhirnya Genta hanya nyengir.

Ovie tersenyum tulus pada Dion. Ia mulai berjalan mendekat dan henda memeluk Dion, tapi sayang bel masuk sudah menikung aksi Ovie yang tak akan dilupakan Dion jika saja benar-benar terjadi.

•••

"Thank you, bro!" Ucap Genta pada Dion yang sudah mau mengedit videonya. Dion sudah mengedit dari saat sebelum bel istirahat. Jam pelajaran yang kosong ia gunakan untuk melakukan permintaan Genta. Beruntung guru Biologi sedang tidak masuk, jika masuk sudah dipastikan laptop Genta akan hancur karena digunakan untuk hal yang tidak berhububgan dengan pelajaran.

Ovie mengaduk-aduk thaitea miliknya pelan. Pandangannya kosong. Ada sesuatu yang ia pikirkan. Sesuatu tentang siapa yang menempelkan fotonya di mading.

"Vi, nggak usah dipikirin dulu."

"Yap, santai dulu, vi. Tenang aja, lo masih punya kita-kita kok." Ucap Genta.

Ovie tersenyum, kini ia meminum minunan miliknya. Sodoran cilok dari Dion yang duduk di depannya membuat Ovie memasang wajah bertanya.

"Makan. Gue lihatin lo cuman minum doang."

"Nggak lapar."

"Gue juga udah kenyang jadi gue buang aja."

"Jangan! Sini, biar gue makan."
Akhirnya Ovie memakan cilok milik Dion yang belum habis.
Beberapa saat kemudian, 3 orang pria datang menghampiri mereka.

"Sorry, kita boleh gabung?"

Ovie mendongak, matanya langsung tertuju pada Ray yang tersenyum padanya. Ovie langsung mengalihkan pandangannya ke arah cilok.

Laura dan Genta saling tatap, mereka sama-sama bingung ingin menjawa apa.

"Vi? Boleh nggak?" Namun ternyata pertanyaan tadi hanya tertuju pada Ovie.
Ovie menatap sekitar. Niatnya ingin mencari meja yang kosong, namun yang ada malah orang-orang sedang menatapnya tak suka. Terutama kaum hawa.

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang