➊➐ | Accusation

73.6K 5.8K 177
                                    

Awalnya ada sedikit rasa takut untuk berdekatan dengan Ray, karena mengingat pria itu adalah biang onar disekolahnya. Namun rasa takut itu hilang tergantikan dengan rasa nyaman. Iya, semuanya berawal dari nyaman.
Namun Ovie masih merasa canggung berbicara dengan Ray. Sementara pria itu terus mengajaknya berbicara diperjalanan.

Gombalan receh Ray tidak muncul untuk Ovie. Seperti ada yang menahannya untuk menggoda gadis dikuncir satu tersebut.

"Nggak usah takut." Ucapnya. Ray tahu, jika Ovie pasti tau sikapnya disekolah seperti apa. Jadi ia yakin, perempuan macam Ovie pasti enggan untuk berdekatan dengannya. "Kalau gue macam-macem, aduin aja ke Laura. Nanti Laura pasti ngadu ke mama gue."

Ovie tersenyum dan mengangguk.

"Kalau lo belum tau, gue sering loh ngeliatin lo."

Ada rasa terkejut saat mendengarnya. Membayangkan jika ia sering diperhatikan oleh cowok macam Ray membuatnya merinding. Ia takut dijadikan incaran atau mainan.

"Lo itu manis juga, ya."

Tubuh Ovie langsung kaku. Pipinya panas tanpa ia tahu apa sebabnya.

"Gue nggak maksud gombal. Cuma mau jujur aja,"

"Kak, disini aja." Ovie menepuk-nepuk bahu Ray bagaikan memberhentikan tukang ojek. Ray mengeremkan motornya. Berhenti tepat didepan gerbang yang ada tulisan 'residence ruberus' yang merupakan nama komplek Ovie.

"Dimana?"

"Udah bener kak, di sini aja." Ovie langsung turun dari motor tinggi tersebut lalu merapikan roknya. Sejujurnya rumahnya berada di Blok K, dan itu masih jauh. Tapi ia tidak mau terjadi sesuatu pada Ray.

"Marah gara-gara tadi? Gue salah ngomong, ya?" Ujar Ray menebak.

Ovie menggeleng. "Nggak, kak. Rumah aku udah deket. Makasih kak tumpangannya." Setelahnya ia berlalu pergi, begitupun Ray.

•••

Ovie dan kedua saudaranya tengah berkumpul di ruangtamu atas usulan Luna. Kabar Ovie sakit sampai ke telinga sang ibu. Kevin dan Ovie tahu siapa yang memberi tahu kabar tersebut, pasti Maudy. Mereka bertiga duduk si sofa, dengan Ovie yang berada di tengah sambil memegang ponsel milik Kevin yang menampilkan wajah Luna.

Wajah Lena nampak khawatir apalagi sejak kemarin ia tidak bisa menghubungi Ovie yang katanya sedang sakit.

"Mama dan papakan sedang sibuk, kalian sebagai saudara harusnya saling menjaga dan melindungi." Tutur Luna.

Mata Kevin langsung tertuju pada Maudy, ia menyalahkan Maudy atas kekhawatiran Luna. Sementara Ovie diam-diam menyalahkan Kevin atas sakitnya kemarin.

"Iya ma," Ujar mereka bertiga bersamaan.

"Vi, ponsel kamu mana? Dari kemarin mama chat kok gak dibalas? Gak ada paket?"

"Pon-"

"Aku sita, ma."

"Loh?"

"Ovie gak bisa ngatur waktu. Tiap saat main handphone terus. Yang dilihatin handphone terus. Gak keluar kamar sama sekali. Disuruh makan aja susah,"

"Ovie biasanya gak gi-"

"Ya... Itu sih kalau di depan mama aja. Kalau dibelakang mama barbar."

"Minta dihujat." batin Ovie.

"Benar begitu, Ovie?" Tanya Luna masih tidak percaya atas apa yang anak pertamanya katakan.

"Maaf, ma."

Tadinya Ovie ingin menceritakan kejadian yang sebenarnya. Tapi cubitan dipahanya membuatnya kembali bungkam.

Luna menghela napas. Ia tahu, Ovie tidak mungkin seperti yang Kevin katakan. Tapi kata 'maaf' dari Ovie membuatnya jadi percaya. "Jangan gitu lagi, ya. Vin, balikin ponsel Ovie."

Kevin mengangguk sambil berdeham.

"Mama kapan pulang? Kangen," Ujar Maudy yang sedari tadi diam.

"Secepatnya. Kalian disana doain mama dan papa supaya kerjaan cepat selesai, ok?"

"Ok, ma."

"Ah ya, Kevin. Setelah mama pulang, mama mau ngomong sama kamu."

"Tentang apa?"

Dilayar Luna tampak tersenyum. Namun senyumnya sangat aneh, membuat ketiga orang yang melihat merasa curiga.

"Mama dan papa gak lagi usaha buat anak, kan?"

Ceplosan dari Kevin membuat Ovie dan Maudy yang ada di sana terkejut. Sementara Luna tertawa. "Mama emang mau gendong anak, tapi bukan sebagai orangtua, bukan hubungan antara ibu kepada anak."

Perkataan itu sudah mampu Kevin tangkap artinya. Mamanya menginginkan cucu, itu sudah jelas. Usia Kevin yang berumur 24 tahun dengan karir yang sukses sudah mampu membuat keluarga sendiri.

"Mama rasa kamu sudah cukup untuk menikah, Kevin."

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang