➊➋ | Encounter

96.7K 6K 325
                                    

"Mau kemana kak?"

Kevin yang baru saja ingin membuka pintu langsung berbalik menatap adik kecilnya yang sedang meminum susu UHT rasa coklat kesukaannya. Rasa tidak ingin pergi muncul ketika menatap paras adiknya. Rasanya ia ingin tetap di rumah dan menjaga adiknya.

"Kamu ngapain di sini?" Bukannya menjawab pertanyaan Ovie, Kevin justru balik bertanya dengan nada sinis. "Nggak denger tadi kakak suruh istirahat?"

Ovie gelagapan. Ia sampai menggigit ujung sedotan karena bingung ingin menjawab apa. Kevin melangkah mendekat ke arah Ovie, hingga kini jaraknya dengan Ovie sudah cukup dekat.

"Disedot, bukan di gigit." Ujarnya.

Ovie menjauhkan kemasan susu itu dari mulutnya. Namun, tangan Kevin menahannya dan memaksa sedotan itu masuk lagi ke mulutnya. Namun Ovie terus mengelak.

"Minum."

Ovie menggeleng.

"Sedot, Ovie." Paksa Kevin.

Ovie menurut. Ia tidak lagi mengelak, karena tidak mau dipaksa-paksa terus. Ia meminum hingga habis. Rasa manisnya pas dimulut Ovie, tidak membuatnya mual sama sekali.
Kevin tersenyum kecil. Sangat kecil, hingga Ovie tidak mampu melihat lengkungan kecil tersebut.

"Maudy mana?" Kevin bertanya.

"Tidur. Kata bi Siti kak Maudy baru pulang tadi pagi." Jawab Ovie.

Kevin mengangguk. Ovie ingin berbalik dan masuk ke kamar tapi tatapan mata Kevin seolah menyuruhnya untuk tidak pergi dan tetap di sini.

Dengan ragu dan keberanian yang minim, Ovie bertanya, "kak Kevin nggak jadi pergi?"

"Masih pusing?" Sepertinya sudah menjadi kebiasaan Kevin jika ditanya justru balik bertanya.

Ovie mengangguk, "Sedikit." Jawabnya jujur.

"Kakak nggak jadi pergi."

"Kenapa?"

"Untuk saat ini, kamu yang kakak utamakan."

Ovie terdiam, otaknya mencerna kalimat yang kakaknya ucapkan. Dari dulu hingga sekarang, Ovie masih tidak paham dengan apa yang kakaknya pikirkan. Kakaknya aneh, selalu melarangnya untuk alasan yang Oviepun tidak tau apa.

"Sorry, my girl." Ujar Kevin lagi. Setelahnya, Kevin membawa Ovie ke kamar supaya Ovie dapat beristirahat.

•••

Tak ada senyuman di wajah Zefanny. Pandangannya lurus ke depan. Kaki jenjangnya melangkah dengan langkah berani. Orang-orang di sekitarnya menatapnya dengan kagum akan paras Zefanny, namun Zefanny nampak cuek dan tak peduli.

Keramaian kota pada siang hari sudah biasa terjadi. Apalagi panasnya, serasa matahari tepat di atas kepala. Namun itu semua tidak membuat Zefanny berhenti melangkah. Ia sudah berjalan cukup jauh dari club yang merupakan rumahnya.

Jujur saja, Zefanny tidak pernah berjalan siang-siang seperti ini semenjak mengenal Kevin. Kevin akan selalu mengajaknya keluar ketika malam, itupun ke tempat tertutup seperti mall, ataupun cafe.

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang