➋➒ | Pemaksa

65.3K 4.8K 271
                                    


Kevin pulang disaat waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Hari ini pekerjaannya sedikit ringan, ditambah lagi karena sekretarisnya yang habis bulan madu sudah kembali bekerja. Sehingga pekerjaan lebih cepat selesai. Meski begitu, ia akan tetap bekerja keras lagi dirumah.

Kebetulan saat Kevin pulang ada Ovie dan Jasmine yang berada di ruang makan. Hanya mereka berdua. Tanpa Kevin bertanya dimana Maudy dan orangtuanya, ia sudah tahu jawabannya. Kevin tahu, kalau hari ini Maudy ada kelas malam dikampusnya. Kalau Seno dan Luna pasti sibuk. Mereka hanya ada dirumah saat hari libur.

Wajah Jasmine berseri melihat kedatangan Kevin. Ia sepertinya sudah melupakan masalah yang tadipagi. Tanpa menghabiskan dulu makanannya, Jasmine berjalan buru-buru mendekati Kevin. Tangannya memeluk lengan Kevin erat.

"Ayo, makan." Jasmine menarik tangan Kevin dan membawa pria itu ke meja makan. Kevin duduk disamping Jasmine, dihadapannya ada Ovie yang nampak kikuk.

Tangan jasmine mengisi piring Kevin dengan nasi serta lauk-pauknya yang enak. Setelah selesai, ia memberikannya pada Kevin. Sedangkan Ovie merasa panas. Ia tidak tenang diposisinya sekarang. Tatapan Kevin tidak lepas darinya. Ovie menunduk, melihat nasi yang ada dipiringnya yang tidak juga habis. Padahal kemarin-kemarin saat Kevin pulang malam ia selalu makan malam dengan tenang.

"Dimakan." Suruh Kevin. Mendengar suara Kevin, Jasmine menoleh. Menatap pria itu yang sedang menatap Ovie intens.

"Kamu juga makan dong."
Kevin pura-pura tidak dengar perkataan Jasmine. Ia mulai menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Namun tatapannya ke arah Ovie belum juga berakhir.

"Ovie, besok masak cumi saus tiram, ya. Aku lebih suka cumi daripada ayam."

"Iya, kak."

"Lo siapa nyuruh-nyuruh Ovie?" Tanya Kevin sinis.

"Emang salah?" Tanya Jasmine balik.

"Jelas salah! Ovie bukan pembantu lo. Dan lo bukan majikan Ovie. Ovie juga bukan juru masak yang bisa lo suruh-suruh mau dimasakin apapun yang lo mau."

Ovie mulai panik melihat pertengkaran Jasmine dan Kevin yang sepertinya akan dimulai. Ia rasa, ia harus segera menghentikan permasalahan ini sebelum makin panjang.

"Kamu kenapa sih, nyalahin aku terus." Kesal Jasmine. "Aku ngomong Ovie dikit, langsung disalah-salahin. Kamu benci aku, atau terlalu cinta sama adik kamu?"

"Keduanya." Jawabnya singkat. Tapi membuat Ovie dan Jasmine sama-sama bungkam.

▄▀☆☆☆▀▄

Ovie termenung dalam lamunannya. Akhir-akhir ini ia mendapat banyak kejadian yang tidak terduga. Banyak sekali masalah yang ia pikirkan dalam otaknya. Siapa pelaku penyebaran fotonya dan Ray? Dan... apa maksud kakaknya tadi?

Cinta?

Terlalu cinta?

Tapi, sebagai kakak pada adiknya, kan?

Ovie masih tidak yakin. Ovie tidak tahu jika kakaknya sangat menyayanginya. Yang ia rasakan sejak kecil adalah kakak tertuanya itu sangat membencinya. Buktinya sudah banyak. Contohnya saja;

Kakaknnya sering menguncinya dikamar. Kakaknya selalu datang disaat ia sedang berkumpul bersama teman-temannya, apalagi jika ada anak laki. Kakaknya sangat jail padanya waktu kecil. Dirumah bisa-bisa ia jadi korban bully tiap hari oleh kakaknya. Ia selalu disalah-salahkan, dituduh-tuduh, diadukan yang tidak-tidak ke Luna.

Seolah apapun kesenangan Ovie adalah hal yang paling Kevin benci. Dan sebaliknya, kesengsaraan Ovie adalah kebahagian bagi Kevin.

Terkadang ia ingin melampiaskan kemarahannya. Tapi, umurnya dan Kevin yang terpaut 9 tahun itu membuat Ovie terpaksa harus menghormati kakaknya yang tua itu. Tapi, semua berubah semenjak kakaknya pergi ke Belanda untuk kuliah disana. Entah hidayah apa yang Kevin dapat hingga mampu membuat sifat jail Kevin hilang. Meski tidak sepenuhnya hilang juga. Masih ada sifat aneh Kevin. Kakaknya masih sering memarahinya, namun setelahnya kakaknya akan kembali bersikap lembut. Perubahan emosinya mudah sekali berubah. Entah, mungkin saja hanya perasaannya. Tapi, yang ia lihat, kakaknga terlihat cuek pada Maudy, saat ia bertanya, Kevin menjawab bahwa Maudy sudah besar, dan sifatnya sudah dewasa tidak seperti dirinya. Bhak, selama ini Ovie tidak pernah minta macam-macam. Dibanding Maudy, Ovielah yang paling bisa menjaga uang agar tidak cepat habis; hemat.

Dan lagi, Kevin juga masih sering menyusulnya jika ia ketahuan pergi tanpa izin dari kakaknya, meskipun ia sudah meminta izin pada Luna atau Seno. Tapi tetap saja kakaknya marah.

Ovie menghempaskan tubuhnya diranjang. Mencoba menghapuskan pikirannya dan mulai mencoba tidur. Disaat Ovie sudah hampir sampai ke alam mimpi, suara pintu yang terbuka membuatnya langsung membuka matanya lebar. Ia ganti posisi menjadi duduk tegap. Tangannya mengambil bantal dan meletakkannya di atas pahanya. Menutupi paha putih mulusnya.

"Ada apa, kak?" Tanya Ovie pelan.

"Tidurlah, ngapain lagi. Kan udah malam." Jawabnya sambil menutup pintu dari dalam. Kevin mengenakan celana boxer dan kaus oblong berwarna hitam, yang senada dengan celanannya. Terlihat sangat simpel, tapi justru membuatnya semakin cakep.

"Kamar kakak 'kan bukan disini."

"Emang ada yang larang kalau kakak mau tidur disini?" Kevin berjalan mendekat ke arah ranjang.

Mata Ovie bergerak gelisah, ke kanan ke kiri, ke atas dan ke bawah. Kemanapun itu asal tidak menatap wajah Kevin.

"Tapi..." Ovie mencari alasan supaya kakaknya tidak tidur bersamanya lagi.

Kevin mengangkat sebelah alis tebalnya. "Apa?"

"Itu," ovie menggigit bibirnya, ia kehilangan kata-kata. "Aku mau tidur. Ngantuk."

"Ya, kalau ngantuk tinggal tidur. Kakak juga mau tidur. Yang ngajakin kamu main siapa?"

"Kak..."

"Hm?"

"Pokoknya jangan lah."

"Kenapa jangan? Bukannya dulu kakak temenin kamu terus supaya nggak diganggu sama mbakunti?"

"Itu kan dulu. Aku masih kecil, penakut." Ovie memajukan bibirnya kala kakaknya mengingatkannya kenangan semasa kecil. Waktu itu ia masih berusia 7 tahun, sementara Kevin sudah berusia 16 tahun. Diwaktu Seno dan Luna tidak ada dirumah, ia sangat ketakutan kala diluar sedang hujan besar waktu itu. Sedangkan Maudy sudah tertidur lebih dulu. Ia dengan keberanian kecil, menghampiri kamar Kevin dan meminta kakaknya untuk tidur bersama. Mereka berpelukan dari malam hingga pagi datang.

"Kamu tetap gadis kecil bagi kakak." Kevin sudah didekat Ovie. Ia mencubit hidung Ovie gemas. "Kamu tetap gadis kecil yang penakut dan cengeng." Lanjutnya.

"Aku nggak cengeng." Bantah Ovie kesal. Tapi kekesalannya terganti dengan rasa kaget yang luar biasa. Kevin yang duduk disebelahnya, menarik tangannya dengan satu tarikan. Membuatnya ikut tertidur diranjang bersama Kevin. "Kak!"

"Tidur. Katanya tadi ngantuk."

Ovie merasa sulit bernapas. Entah pelukan kakaknya sangat erat atau karena sesuatu yang lain.

"Kita nggak boleh kayak gini, kak."

"Kenapa? Emangnya siapa yang bakal marahin dan larang kakak?"

"Nggak ada. Tapi kita tuh nggak bo--"

"Tidur atau kakak cium?"

Ovie bungkam, ia langsung membelakangi Kevin. Tapi, ia sama sekali tidak merasakan ketenangan. Ia bahkan masih terjaga hingga pukul 1 pagi.

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang