⓿➍ | Incident In The Kitchen

148K 9.3K 492
                                    


"Kalian yang kemarin, kan?" Suara berat itu menyapa gendang telinga Ovie, Genta, Dion dan juga Laura. Bi Siti yang baru menyadari kehadiran Kevin langsung berjalan menghampiri Kevin dan mengambil tas kerja Kevin, lalu pergi meninggalkan dapur untuk menaruh tas itu di tempat yang srharusnya.

Menjadikan tempat itu hening, meski tidak sepenuhnya hening, karena masih ada suara sendok Dion yang berdenting. Nampaknya cowok itu benar-benar cuek terhadap segala sesuatu.

Kevin bergabung bersama mereka. Ia menempatkan diri di samping Ovie yang sedang mengunyah nasi dan ayam. Ovie tak fokus, hingga menyebabkan ia yang mengambil sambal terlalu banyak. Membuat ia kepedasan dan terbatuk.

"Uhuk! Uhuk!"

Genta yang duduk di depan Ovie sontak reflek memberikan air putih dingin miliknya yang masih utuh. Kevin yang melihat itu langsung mengambil gelas Genta dan langsung meminumnya.

"Kok kak Kevin yang minum?" Tanya Laura. Ia sangat khawatir dengan kondisi Ovie, mata Ovie berair dan merah, begitu juga hidung dan wajah Ovie. Gadis itu sepertinya tersedak. Tangan Laura terus mengusap punggung Ovie lembut.

Kevin berjalan ke arah dispenser dan mengisi gelas itu dengan air yang hangat. Ia kembali berjalan mendekati Ovie sembari memberikan gelas tersebut.

Mata Kevin menatap Genta tajam, "nggak denger tadi Ovie batuk-batuk? Malah dikasih air dingin," ucapnya. Genta melanjutkan makannnya meski sedikit kesal dengan sikap Kevin. Jika boleh jujur ia lebih baik pulang saja dan makan di kost'an meski dengan indomie. Genta ingin membalas perkataan Kevin, tapi ia memilih untuk sopan dengan orang yang lebih tua. Padahal alasan lainnya yang lebih tepat adalah ia karena takut.

Mereka melanjutkan makannya dengan tenang. Ovie pun juga sudah tidak apa-apa meski matanya masih merah. Dion selesai lebih dulu, setelah itu Laura dan Genta menyusul. Laura meminta izin kepada Ovie untuk pulang. Ovie menjawab dengan anggukan, niatnya ingin mengantar teman-temannya sampai gerbang tidak jadi karena saat ia bangkit dari duduknya, tangannya ditahan oleh Kevin. Ovie menoleh, namun yang ia dapat hanya tatapan datar kakaknya yang sedang makan.

Dion, Genta juga Laura meninggalkan dapur lebih dulu saat mendapati tatapan tajam dari Kevin.

"Temenin kakak di sini," ucapan atau lebih tepatnya perintah dari Kevin. Ovie tak menolak, ia hanya diam. Tangannya terulur mengambil pisang yang memang sengaja tersedia ada di meja makan. Tak terasa 2 pisang sudah habis Ovie makan. Ia sampai tak menyadari jika kakaknya sudah selesai makan sejak tadi.

"Suka banget pisang, ya?"

Ovie kembali tersedak. Untungnya kini ia tersedak pisang, yang lembut dan juga manis.

"Iya," jawabnya singkat. Tangan Ovie terulur mengambil tissue guna mengelap tangannya yang lengket.

"Matanya merah."

Ovie mengerjap. "Tapi nggak apa-apa kok."

"Makanya, makannya pelan-pelan. Ngapain juga ngambil sambelnya banyak-banyak tadi."

"Ma—" ucapan Ovie terpotong karena teriakan Maudy, saudaranya.

"Hi, my beloved sister and brother! Cie akrab banget nih!" Suara yang terkesan heboh itu membuat Ovie tersenyum. Setidaknya suasana tidak akan secanggung tadi. Maudy memang paling bisa memeriahkan keadaan.

Maudy mencium pipi kakak laki-lakinya, juga mencium pipi Ovie. Kalau Ovie sih, mana berani cium pipi Kevin. Berdekatan seperti tadi saja rasanya ia ingin mempunyai kekuatan super untuk menghilang.

"Wah, masakan bibi emang paling top!" Kagum Maudy sambil melihat makanan yang terjejer rapih diatas meja. Ia mengambil posisi duduk di samping kanan Ovie yang kosong. Karena samping kiri Ovie sudah ada Kevin.

"Tadi gue lihat di bawah ada teman-teman lo, Vi. Tapi, cuman diam aja, katanya nungguin lo. Terus gue bilang pulang aja. Soalnya gue lihat teman lo yang cakep itu udah masang muka naber, kan kasian." Ujar Maudy yang blak-blakan.

"Siapa?" Tanya Ovie heran. Temannya yang cakep?

"Nggak tahu, nggak kenal. Pokoknya cowoknya cakep."

Ovie tidak perlu berpikir lagi, sudah pasti Dion. Temannya itu memang ganteng, pintar, apalagi sikap dinginnya yang bikin gemas. "Maksud kakak Dion? Iya sih, Dion gan—"

"Siapa?!" Suara dari arah kiri membuat Ovie terkejut. Untungnya dia tidak latah. Bukan hanya Ovie yang kaget, Maudy yang sedang asik-asiknya menggigit tulang ayam juga ikut terkejut.

"Siapa yang ganteng?" Tanya Kevin, kini suaranya terdengar lebih tenang, namun tetap saja tatapannya tajam, membuat Ovie yang ada di sebelahnya takut. Kevin itu memang mempunyai aura menakutkan.

"Kak Kevin jangan ngagetin gitu," ucap Maudy, lalu ia melanjutkan lagi makannya.

"Ovie ke kamar, ya." Ovie bangkit dan berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai 2. Lagipula, kalau kak Kevin masih mau duduk di ruang tamu, kan ada Maudy yang masih makan. Lagipula untuk apa ditemenin, Kevin kan sudah besar. Tidak mungkin ia takut dengan mba kunti yang memang suka iseng di rumah mereka, kan?

Mba kunti memang ada di rumah besar ini. Tapi belum pernah ada yang melihat wujudnya. Jangan sampai, amit-amit. Meski katanya mba kunti yang tinggal di sini baik namun sangat iseng. Tapi tetap saja kan yang namanya hantu, dan mahluk abstrak itu menakutkan.

Beberapa kali Ovie pernah menjadi korban keisengan mba kunti. Seperti saat tidur ia merasakan rambut yang mengenai wajahnya, padahal saat itu rambutnya sedang menggunakan roll hair. Pernah juga jendela kamarnya diketuk-ketuk, padahal tidak ada ranting yang berada di dekat jendela.

Menyeramkan sih, tapi lebih seram kakaknya.












Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang