Kevin merutuki dirinya sendiri. Ia tertidur di bar hingga tak sadar jika ada Ovie yang terkunci di kamar. Kevin baru bangun dan langsung kelabakan sendiri. Zefanny yang baru saja selesai mandi jadi ikutan panik, padahal ia tidak tau apa yang terjadi.
"Kenapa sih, Vin?" Tanya Zefanny, ia mengusap bahu Kevin. Berusaha menenangkan pria itu.
"Gua lupa kalau Ovie gue kunci di kamar." Zefanny tidak lagi terkejut saat Kevin mengatakan kalimat tersebut. Ia sudah tahu watak Kevin luar-dalam. "Arggh!" Kevin berteriak sambil menjambak rambutnya. Kepalanya sakit akibat pengaruh alkohol yang ia minum semalam. Ia memang keras kepala, padahal semalam Zefanny sudah bilang jamgam terlalu banyak minum alkohol.
Zefanny mengambil air putih yang biasa ia letakkan di meja sampingnya, dan menyerahkannya pada Kevin.
"Elo sih, segala ngunciin Ovie. Ovie udah besar, Vin. Nggak bisa dikekang kayak gitu terus, kasihan. Terserah dia mau ngelakuin apa, selagi masih wajar." Zefanny berkata di saat Kevin sedang minum. Tak ada respon apapun dari pria itu.
"Di depan Ovie atau Maudy lo bisa jadi kakak yang dewasa, tapi kalau di depan gue, lo adalah adik gue yang umurnya lebih tua dari gue."
"Lo bawel banget, ya, hari ini."
Zefanny tersenyum, senyumannya membuat Kevin ikut tersenyum.
"Gue seneng. Kan kita mau ketemu papa." Ada alasan lain yang membuat Zefanny bahagia. Selain bertemu papanya, ia juga akan lebih lama menghabiskan waktu bersama Kevin. Sudah 2 bulan ia tidak jalan-jalan bersama Kevin.
Kevin terdiam lebih dahulu, sebelum akhirnya ikut tersenyum.
"Semalem waktu gue mau gotong lu ke sini, ponsel lo bunyi. Em, gue kira itu ponsel lo jadi gue angkat aja." Zefanny kembali bersuara. Bukannya ia tidak sopan membuka ponsel orang lain. Tapi Kevin sendiri yang pernah mengizinkannya.
Kevin mengernyit. "Terus?"
"Gue yakin ini bukan punya lo, kan?" Zefanny menyodorkan ponsel dengan case warna biru pastel yang terlihat imut.
Kevin mengambil ponsel itu. "Punya Ovie. Siapa yang nelfon?"
"Nggak tahu. Nomornya nggak disimpan, tapi suaranya sih cow-"
"Cowok?!"
"Eh, Vin! Mau kemana?" Zefanny berteriak. Saat Kevin berlari begitu saja, meninggalkan dia sendiri yang duduk di ranjang. "Dasar."
•••
"Vi?"
"Bi Siti?"
Maudy baru saja pulang pagi ini. Keadaan rumah yang sepi membuatnya takut. Takut habis terjadi perampokan atau penculikan. Hih, amit-amit.
Langkah kaki Maudy berjalan seperti maling, ia mulai menaiki tangga. Saat menatap orang yang tergeletak, Maudy langsung berlari saat tahu siapa orangnya."Bi Siti ngapain tiduran di sini?"
Siti mengerjap-ngerjapkan matanya. Tiduran di lantai bukan lagi hal yang biasa, jadi badannya yang agak tambun sudah terbiasa dam tidak merasa sakit atau pegal-pegal.
Maudy jongkok dan memegang tangan Siti, membantu Siti berdiri. "Bibi ngapain tidur di depan kamar Ovie?" Tanya Maudy bingung.
"Iya, ya? Saya ngapain, ya?" Bi Siti jadi ikutan bingung.
"Hah?" Maudy jadi tidak mengerti, "kamar bibi kenapa? Gentengnya bocor? Kacanya pecah? Temboknya han-" Belum sempat perkataan Maudy selesai, Bi Siti sudah lebih dulu memotong.
"Ah iya, non! Neng Opi dikunciin tuan Kevin dari kemarin siang. Kasihan belum makan."
Maudy terkejut, ia mendekat ke arah pintu kamar ovie, dan mengetuk pintu putih sambil memanggil nama Ovie. Namun tak ada sautan dari dalam, membuat Maudy dan juga Bi Siti makin risau.
"Vi?"
"Neng Opi?"
"Bi, kita nggak punya duplikat kunci?"
"Semalam saya udah cari. Tapi, cuma kamar neng Opi yang nggak ada duplikat kuncinya."
"Kok bisa?"
"Maudy." Suara dari arah belakang, membuat Maudy dan Siti menoleh bersamaan. Pria dengam kemeja putih yang kotor membuat Maudy dan Bi Siti terkejut.
"Kak Kevin habis main di kali mana?!" Ceplos Maudy.
Kevin menunduk, menatap kemeja yang ia pakai. Ada bekas kemerahan, dan cairan warna ungu. Kevin mendesah, ia lupa mengganti baju dengan baju cadangan yang tiap hari ia bawa.
"Sini mas, bajunya saya cuci." Bi Siti mendekat. Ia sudah paham apa yang habis dilakukan Kevin, sudah sering ia menemukan noda seperti itu. Kevin melepaskan kemejanya, menyisakan kaus putih polos. Kemeja itu ia berikan pada Siti, setelahnya Siti pamit pergi untuk merapikan rumah.
"Kak Kevin, cepet buk-"
"Iya, tau."
Maudy mencibikkan bibirnya diam-diam. Merutuki sifat kakaknya yang selain dingin, namun juga menyebalkan. Maudy menatap Kevin yang membuka kunci pintu. Setelah pintu terbuka, Maudy langsung lari masuk ke dalam. Kevin ingin masuk juga, tapi getaran pahanya membuatnya berhenti. Ia melihat ada satu pesan dari Zefanny yang isinya;
Zefa 📞 🎥
↪Jadi kan vin? Gue tunggu yaa, jangan lama!
Kevin mendesah, kini sudah jam delapan lewat. Ia jadi bingung ingin melakukan apa lebih dulu. Melihat keadaan adiknya, atau bersiap-siap menemui Zefanny.
Meminta maaf atau menepati janji?
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother [Revisi]
RomanceOvie merasa punya kakak super posesif seperti Kevin adalah sebuah kutukan. Ia selalu merasa kakak tertuanya itu membenci dan menaruh dendam padanya. Pernyataan itu ternyata tidak hanya ada dalam pikirannya, karena ketiga temannya juga berpikir hal y...