Ovie membuka pintu mobil saat ia sudah sampai ditujuannya; cafe sunflower. Tempat yang sudah dikordinasikan lebih dulu oleh teman-teman kelompoknya. Katanya cafe itu baru buka, sehingga banyak promo yang ditawarkan, tempatnya juga nyaman jika berlama-lama disana, dan yang paling penting gratis wi-fi.Jaket hijau army masih ada ditangannya, bahkan ada dalam pelukan Ovie. Kevin bilang ia bisa membawa jaket itu, Ovie juga tidak menolak. Mungkin saja ia memang membutuhkan jaket itu nanti. Mungkin saja di dalam cafe terasa dingin, hingga ia harus menutupi baju lengan panjangnya dengan jaket kakaknya.
Baru selangkah Ovie berjalan, namanya sudah dipanggil Kevin. Membuat ia berbalik dan menatap Kevin bingung. Ternyata Kevin sudah keluar dari mobil, dan Kevin berjalan semakin dekat kearahnya.
Tanpa berkata apapun, Kevin mengambil jaket ditangan Ovie lalu berjongkok. Hendak mengikat jaket itu melingkari pinggang ramping Ovie. Dengan sengaja ia juga menyempatkan tangannya untuk menggesek jarinya dipaha Ovie. Hanya sebentar, tidak membuat Ovie sadar akan tindakan Kevin barusan.
Selesai mengikat, ia berdiri. Lalu memutar badan Ovie, ingin memastikan bahwa noda merah itu sudah tidak terlihat.
Ovie masih tidak mengerti, "ada apa sih, kak?"
Kevin menahan diri untuk tidak tersenyum. "Cuma menutupi sesuatu yang tidak seharusnya terlihat."
Ovie menatap Kevin, mencari jawaban dimata kakaknya. Tapi itu tidak berlangsung lama. Ia tidak bisa menatap mata kakaknya lebih dari 5 detik. Karena tidak mendapat alasan yang jelas atas tindakan Kevin tadi. Ovie berniat melepas ikatan, tapi tangannya sudah dicekal dulu oleh Kevin.
"Jangan dilepas!" Geram Kevin. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi ia masih bingung merangkai kata-kata yang tepat.
Ovie menatap ke arah cafe, memastikan apakah teman-temannya sudah datang atau belum. Ternyata hanya ada Laura dan Tiara disana sambil memainkan ponsel mereka masing-masing. Lalu pandangannya kembali menatap Kevin.
"Ya udah, nggak aku lepas." Ucapnya pasrah. Daripada harus melanjutkan perdebatan mereka. "Aku mau ke dalam. Kakak nggak pulang?" Tanyanya, takut jika kakaknya akan menunggu disini sampai jam 5. Jika sampai terjadi, dipastikan Ovie tidak akan belajar dengan tenang karena mata Kevin mengawasi.
"Tadinya enggak. Setelah kamu bilang begitu, sepertinya boleh juga. Enakan nunggu diluar atau didalam?" Ucapnya tidak serius. Ia tahu maksud dari pertanyaan Ovie mengenai ia pulang atau tidak. Itu karena Ovie ingin memastikan bahwa ia pulang, bukannya menunggu gadis itu.
"Kakak pulang aja, kan banyak kerjaan." Ucap Ovie cepat.
Kevin menatap Ovie sebentar lalu mengangguk. "Oke. Jangan lupa janjinya, manis."
Ovie menghela napas lega saat mobil Kevin sudah pergi menjauh dan kemudian hilang dari pandangannya. Ia berlari kedalam, ia hanya tersenyum saat melewati Tiara dan Laura. Membuat kedua teman perempuannya itu mengernyit bingung saat Ovie hanya melewati. Tujuannya adalah kamar mandi. Sejak kakaknya berkata bahwa jangan dilepas, Ovie sudah mulai gelisah. Dan kini ia takut apa yang takutkan sedari tadi betulan terjadi.
Dengan perlahan, Ovie membuka ikatan lengan jaket itu dari pinggangnya. Kepala Ovie menoleh kebelakakang. Tepat ke arah bokongnya. Dan, matanya melotot seketika. Wajahnya juga memerah sempurna.
Ovie memukuli keningnya. "Astaga..."
•••
Kedatangan wanita berumur 70tahunan, membuat keributan dirumah Seno. Para pekerja yang ada disana menyiapkan segala sesuatu semaksimal mungkin. Takut ada yang kurang dan membuat wanita tua itu mengamuk. Sebenarnya bukan karena sifat wanita itu saja yang galak, tapi auranya yang dikeluarkan wanita itu membuat suasana mencekam. Belum lagi mereka takut kena semprot nyinyiran pedas wanita itu.
"Mana cucu kesayangan mama, Seno?!" Ucapnya pada Seno. Seno hanya bisa meringis sambil menenangkan ibunya.
"Sebentar lagi pulang, mi..." Ujar Luna lembut pada ibu mertuanya.
"Jangan sembunyiin Kevin dari mami!"
"Seno nggak umpetin Kevin, mi." Ucap Seno frustasi.
Siska namanya. Perempuan yang disanggul cantik itu mengambil teh buatan Siti yang ada diatas meja. Dan meminumnya dengan anggun. Kedatangannya kerumah sang putra ada maksudnya. Pertama karena ia merindukan cucu-cucunya. Terlebih lagi pada Kevin. Yang kedua, ia dengar cucu kesayangannya akan dijodohkan. Dan itu tanpa persetujuannya. Ia tidak terima. Maka dari itu ia akan membahasnya. Dan masih ada hal-hal penting lainnya yang ingin ia bahas bersama Seno.
"Jangan panggil mami sebelum Kevin datang!"
Wanita dengan rambut merah menyala hasil dari semiran nampak keras kepala. Yang bisa dilakukan Seno dan Luna hanya menghela napas, dan berharap Kevin cepat pulang sehingga Siska bisa menghentikan dramanya.
"Mami 'kan baru sampai, mau Luna antar ke kamar buat istirahat?"
"Nggak! Mami mau nunggu Kevin!" Ujarnya bertepatan dengan Dini yang merupakan salah satu pekerja dirumah itu datang.
"Nyonya besar, tuan Kevin sudah datang." Ujarnya membuat Siska langsung berdiri. Pintu utama terbuka. Menampilkan Kevin yang matanya menyorot lurus ke Siska. Ia berjalan mendekat sambil menatap neneknya tidak percaya. Sebelum masuk, ia sudah bertanya pada para pekerja yang ada dihalaman luar rumah, mengenai apa yang membuat rumahnya seketika ramai.
"Nenek masih hidup?"
Plak!
Tamparan keras Kevin dapatkan dari Siska. "Begitu caramu menyambut nenek, hah?!"
Kevin mengusap pipinya yang merah. "Habisan 5 tahun belakangan ini nenek nggak ada kabar sama sekali. Nggak usah heran kalau aku pikir nenek udah nggak ada."
Siska menghela napas. Betul juga apa yang Kevin katakan. Ia lebih sibuk bersama teman-teman sosialitanya, dan juga pergi berkeliling dunia. Meskipun sibuk, ia mempunya mata dimana-mana untuk memantau apa yang dilakukan anak serta cucunya. Menikmati hidupnya yang mungkin saja tidak lama lagi mengingat usianya yang sudah sangat memungkinkan jika penyakit menyerang.
Siska kembali duduk. Matanya menatap para pekerja, melalui tatapan ia menyuruh mereka semua meninggalkan ruang tamu.
"Banyak yang ingin mami katakan. Tentang Kevin, dan semua rencana yang kalian lakukan. Jangan kalian pikir mami selama ini nggak tau apa yang kalian rencanakan. Mami selalu memantau kalian."
Luna menatap Seno bingung dengan maksud dari perkataan Siska. Sedangkan Seno mematung dengan jantung berdetak cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother [Revisi]
RomanceOvie merasa punya kakak super posesif seperti Kevin adalah sebuah kutukan. Ia selalu merasa kakak tertuanya itu membenci dan menaruh dendam padanya. Pernyataan itu ternyata tidak hanya ada dalam pikirannya, karena ketiga temannya juga berpikir hal y...