➋⓿ | One Fact

73.2K 5.5K 311
                                    


Laura : vi, lo udah sampai mana?

Ovie   : pertigaan macan

Laura : aman?

Ovie   : yes

Laura : kasih tau gue kalau ada sesuatu

Ovie   : ok, Ra

Ovie tersenyum setelah selesai chattan dengan Laura. Lucu rasanya melihat temannya khwatir seperti itu. Juga ada rasa bangga memiliki teman yang begitu peduli. Karena kebanyakan teman itu ada maunya, jarang yang benar-benar tulus.

"Laura sayang banget sama lo, ya."

Ovie tersenyum dan menganggum. Ray melihat anggukan Ovie dari kaca spion.

"Emang sih. Punya teman kayak lo pasti bawaannya pengin ngelindungin."

"Kok gitu? Aku lemah banget, ya." Ucap Ovie sedih.

"Eh, enggak," Ray dengan cepat memperbaiki ucapannya. "Justru lo itu lucu, jadi pengin terus dijagain. Jangan pernah berpikir lo lemah, ya."

Keadaan hening sebentar. Sebelum Ray kembali berbicara.

"Sorry, ya Vi gua langsung anter lo pulang. Nggak bisa ajak mampir ke caffe atau mall soalnya gue mau kerja."

"Kerja?"

"Iya, jadi kasir di indomei dekat komplek Ruberus."

Ovie terkejut, selama ini ia belum pernah nelihat Ray ada di sana. Pasti pria itu baru-baru ini bekerja di sana.

"Sejak kapan?" Tanya Ovie yang rasa penasarannya tidak tertahan.

"Sejak gue berhenti jadi kenek kopaja."


•••

      Satu fakta yang baru saja diketahui Ovie tentang Ray. Apa yang ia lihat sebelumnya tidak sama dengan fakta yang sesungguhnya. Ternyata benar, kita harus mengenal orang lebih dalam dulu sebelum menilai.

Awalnya Ovie pikir Ray adalah laki memiliki orangtua yang kaya yang selalu memanjakannya sehingga sifatnya menjadi tak karuan seperti itu. Tapi ternyata bukan itu dibalik sifat brutal Ray. Ternyata Ray pria mandiri, pria yang melakukan segala hal sendiri. Pria itu rapuh namun tetap menjaga diri supaya terlihat baik-baik saja.

Sebuah usaha memasang topeng yang sebenarnya tidak mudah.

"Ovie," suara Maudy yang berasal dari dapur dan kini sedang menuju ke tempat Ovie.

"Kenapa, kak Udy?"

"Stok cokelat habis, ya. Indomei, skuy! Sekalian beli tamyang."

"Challenge tamyang!" Ujar Ovie bersemangat.

"Oke!"

•••

"Beli cemilan yang banyak, Vi. Sekalian buat marathon nonton." Suruh Maudy.

Ovie mengangguk, tangannya terulur mengambil chiki yang ada di dekatnya.

"Makan tamyang, minumnya coca-cola." Ujar Ovie. Ia membuka lemari es dan mengambil sebotol besar coca-cola bewarna hitam tersebut. Lalu memasukan ke dalam keranjang yang ia bawa.

"Mantap, vi!"

"Mas," Maudy memanggil petugas yang bekerja di indomei. "Cokelat merek silverking mana, ya. Biasanya ada di sini. Udah pindah tempat?"

Possessive Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang